Bunda Maria Menerima Khabar Sukacita
Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria menerima Khabar Sukacita dari Malaikat Gabriel. Perayaan ini menjadi awal Misteri Inkarnasi atau Misteri Sabda menjadi manusia dan tinggal bersama kita (Yoh 1:14).
Kisah tentang perayaan Khabar Sukacita ini kita temukan terutama di dalam Injil Lukas (Luk 1:26-38). Penginjil Lukas menceritakan bahwa pada bulan yang keenam, Tuhan Allah mengutus Malaikat Gabriel untuk menjumpai seorang gadis bernama Maria, yang bertempat tinggal di Nazareth, sebuah kota yang terletak di daerah Galilea. Pada saat itu Maria baru bertunangan dengan Yusuf, seorang pemuda yang berasal dari keturunan Raja Daud. Ketika bertemu dengan Maria, malaikat Gabriel menyalaminya dengan berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Tentu saja Maria merasa kaget mendengar perkataan Malaikat ini dan tidak memahaminya dengan baik.
Selanjutnya, Malaikat Gabriel berkata kepada Maria: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:30-33).
Maria belum juga memahami perkataan Malaikat Gabriel. Maria masih bertanya kepada Malaikat tentang makna dari semua perkataannya ini karena ia belum bersuami. Malaikat lalu menjelaskan kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Luk 1:35-37). Dengan penjelasan malaikat ini maka Maria menjadi percaya dan mentaati kehendak Tuhan. Ia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38).
Mengapa peristiwa Khabar Sukacita di dalam Injil ini begitu penting bagi Gereja sepanjang zaman? Alasannya adalah karena Gereja benar-benar mengingat peristiwa Khabar Sukacita sebagai bagian dari sejarah keselamatan umat manusia. Tuhan Allah begitu mengasihi manusia maka untuk menyelamatkannya, Ia rela menjadi manusia dalam diri Yesus yang lahir dari rahim Maria. Maria adalah seorang gadis sederhana pilihan Tuhan Allah sendiri. Pada saat ia dengan bulat hati menerima panggilan dan pilihan Tuhan ini, dimulailah peristiwa Inkarnasi atau peristiwa Sabda menjadi daging dan tinggal bersama manusia. Di pihak Tuhan Allah, Ia begitu menghormati martabat Maria sebagai pribadi yang bebas. Tuhan tidak pernah memaksa Maria untuk menjadi ibunda Yesus Putera-Nya. Tuhan Allah hanya meminta kesediaan Maria. Di pihak Maria, dia tidak juga terburu-buru menerima panggilan dan pilihan dari Tuhan melalui Malaikat Gabriel. Ia sendiri menyadari bahwa Tuhan memanggil dan memilihnya karena Tuhan menganggap dia layak untuk menerima khabar sukacita ini. Sifat manusiawi Maria yang nampak adalah dia merasa ragu-ragu dan bertanya akan makna Khabar Sukacita ini. Di balik keraguannya ini, masih ada satu modal penting yakni imannya kepada Tuhan Allah. Iman membawanya kepada ketaatan akan perkataan dan kehendak Tuhan Allah.
Perayaan Hari Raya Khabar Sukacita hari ini membuka wawasan kita semua untuk memahami Yesus yang kita imani sebagai sungguh Allah dan sungguh Manusia. Yesus sungguh Allah karena kuasa Roh Kudus yang menaungi Maria sehingga Ia mengandung secara ajaib dan mengagumkan. Dia dinamai Yesus yang berarti Tuhan adalah keselamatan. Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi sebagaimana diakui oleh Malaikat dan Dia adalah satu-satunya keselamatan kita. Hari Raya Khabar Suckacita juga menunjukkan bahwa Yesus sungguh manusia. Hari ini merupakan awal dari hidup Yesus dalam kodrat-Nya sebagai manusia. Melalui Maria ibu-Nya, Yesus menjadi anggota umat manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa.
Bagaimana denga kehidupan pribadi Santa Perawan Maria setelah peristiwa Khabar Sukacita ini? Gereja sepanjang zaman percaya bahwa keperawanan Maria sebelum, selama, dan setelah mengandung Puteranya yang Ilahi selalu dianggap sebagai bagian dari iman kita sebagai Gereja. Gereja sepanjang zaman merasa yakin dan percaya bahwa Maria tetap perawan berdasarkan fakta-fakta dan kesaksian-kesaksian sejarah. Para Bapa Gereja seperti santo Hironimus, Sirilius, Efrem dan Agustinus mengatakan bahwa kesediaan Maria untuk mentaati kehendak Tuhan sangatlah penting bagi penebusan berlimpah umat manusia. Peristiwa Inkarnasi atau penjelmaan Putera Allah menunjukkan bahwa kuasa Roh Kudus memasuki rahim suci Perawan Maria untuk membentuk kemanusiaan Kristus. Santo Thomas Aquinas (dalam Summa Teologi III:30), mengatakan bahwa penebusan umat manusia berdasar pada kesediaan santa Perawan Maria untuk menjadi Bunda Yesus. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa Allah dalam rencana-Nya terikat pada kehendak seorang manusia, dan juga bahwa manusia tidak akan ditebus, jika Maria tidak setuju. Ini hanya berarti bahwa kesediaan Maria sudah diramalkan sejak sedia kala, dan oleh karena itu diterima sebagai sesuatu yang esensial dalam rencana Allah sendiri.
Dengan merayakan Hari Raya Khabar Sukacita ini, kita semua dipanggil untuk menyerupai Maria yang patuh dan setia kepada kehendak dan perkataan Tuhan Allah. Sebuah kepasrahan total sebagai anak-anak Allah dan membiarkan diri kita dibimbing oleh Tuhan sendiri. Mari kita mengikuti teladan hidup santa Perawan Maria. Doakanlah kami ya Santa Bunda Allah supaya kami dapat menepati janji Kristus. Amen.
P. John Laba, SDB