Homili Hari Senin, Oktaf Paskah 2023

Hari Senin, Oktaf Paskah
Kis 2:14.22-32
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11
Mat 28: 8-15

Berani Bersaksi

Kita berada di oktaf Paskah. Ini berarti, selama delapan hari, terhitung dari Hari Raya Paskah sampai Hari Minggu Kerahiman Ilahi, dalam setiap perayaan Ekaristi kita selalu mendoakan ‘Kemuliaan’ dan pada akhir perayaan Ekaristi kita mengucapkan ‘Aleluia’. Nuansa bacaan-bacaan Liturgi selama Oktaf Paskah, umumnya berisi ungkapan kesaksian para saksi mata tentang kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kisah-kisah ini umumnya kita baca dalam tulisan santo Lukas yakni Kisah Para Rasul dan keempat injil Suci. Tentu saja iman kita akan Kristus yang bangkit dengan jaya semakin diteguhkan karena uacapan para saksi mata yang diilhami Roh Kudus.

Pada hari ini kita mendengar kesaksian para rasul dan perempuan-perempuan yang mengikuti dan melayani Yesus. Penginjil Matius mengisahkan bahwa para perempuan melihat makam Yesus sudah kosong. Mereka tidak menemukan jenazah Yesus. Tentu saja suasana takut menguasai mereka. Namun ada juga sukacita karena penyampaian malaikat yang berpakaian putih bahwa Yesus hidup. Para perempuan dengan suasana bathin yang takut bercampur sukacita itu menunjukkan semangat misionernya untuk menyampaikan kepada para murid bahwa Yesus. Masih dalam situasi yang sama, Tuhan Yesus menjumpai mereka dan berkata: “Salam bagimu”. Mereka melihat sendiri Yesus yang bangkit, bukan lagi karena perkataan malaikat itu. Maria Magdalena dan teman-temannya sangat bersukacita. Reaksi mereka adalah memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Tuhan Yesus pun masih mengatakan kepada mereka supaya jangan takut. Mereka harus pergi dan mengatakan kepada saudara-saudara-Nya untuk pergi ke Galilea dan di sana mereka akan melihat-Nya. Pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang bangkit telah mengubah dukacita menjadi sukacita, ketakutan menjadi keberanian untuk menyampaikan kebenaran tentang kebangkitan Kristus.

Pengalaman para Rasul juga luar biasa. Dengan kuasa Roh Kudus, pada Hari Raya Pentakosta, Petrus dan teman-temannya mewartakan Yesus kepada orang banyak. Petrus dengan terus terang mengatakan kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem bahwa Yesus dari Nazaret sungguh ditentukan Allah, dinyatakan kepada orang Yahudi dengan kekuatan, mukjizat dan tanda-tanda heran yang dilakukan Allah dengan perantaraan-Nya. Allah menyerahkan Yesus sesusia dengan maksud dan rencana-Nya. Yesus yang satu dan sama telah dibunuh oleh orang-orang Yahudi salibkan dan bunuh dengan tangan bangsa durhaka. Namun Allah sendiri sudah membangkitkan-Nya dari kematian. Tidak ada lagi maut yang dialami Yesus. Dialah yang mengalahkan maut. Untuk lebih meyakinkan mereka maka Petrus menggunakan pengalaman Raja Daud yang telah lebih dahulu mengatakan tentang Kristus yang selalu memandang kepada Tuhan. Daud sendiri berdiri di samping kanan-Nya dan kakinya tidak goyah. Ini juga menjadi sukacita Daud karena Dia sudah melihat ke depan tentang kebangkitan Yesus sang Mesias. Perkataan Petrus ini sekaligus menjadi sebuah kesaksian. Ia berkata: “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah dan tentang kebangkitan, kami adalah saksi” (Kis 2:32).

Tentu saja dalam memberi kesaksian tentang hal yang unik seperti kebangkitan Kristus membutuhkan keberanian. Yesus sendiri berkata: “Jangan takut!” Perkataan ini sangat mendorong para Rasul untuk berani bersaksi sebagaimana dikatakan Petrus dan Maria Magdalena serta teman-temannya. Keberanian untuk bersaksi karena ada kebenaran. Saya menemukan sebuah ungkapan yang menarik yakni: “Paskah mengatakan bahwa anda dapat meletakan Kebenaran di dalam kubur tetapi Kebenaran itu tidak akan tinggal di sana”. Yesus adalah Kebenaran. Dia telah bangkit dengan jaya. Kita semua terpanggil untuk bersaksi bahwa Dia sungguh bangkit.

Apakah kesaksian tentang kebangkitan Kristus ini berjalan mulus? Tidak. Di dalam Injil kita menemukan usaha untuk melakukan pembohongan publik dengan sogok menyogok. Para imam kepala memalukan hal ini dengan membayar sejumlah uang kepada para penjaga makam dan berdalil bahwa Jenasah Yesus hilang dari kubur-Nya karena dicuri oleh para murid-Nya pada malam hari. Kebohongan ini menjadi sebuah cerita yang diterima oleh mereka. Kultur sogok menyogok dan melakukan pembohongan public masih ada sampai saat ini. Untuk mengelabui mata orang lain tentang kebenaran maka mudah saja orang melakukan hoax dan memviralkannya.

Namun demikian kita sebagai pengikut Kristus memiliki prinsip bahwa Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Kita bersaksi dengan benar atas Kebenaran. Kiranya kebangkitan Kristus meruntuhkan kebiasaan buruk hoax dan berita bohong lainnya di antara kita. Christus Vivid!

P. John Laba, SDB