Homili 18 November 2023 – Pemberkatan Basilika Santo Petrus dan Paulus

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXXII
Pemberkatan Gereja-Gereja Basilik St. Petrus dan Paulus
Keb. 18:14-16,19:6-9
Mzm. 105:2-3,36-37,42-43
Luk. 18:1-8

Berdoa dan berdoalah

Hari ini 18 November. Kita mengenang pemberkatan Gereja Basilika Santo Petrus dan Gereja Basilika Santo Paulus di luar tembok (Basilica Papale di San Paolo fuori le Mura). Basilika Santo Petrus merupakan gereja paling terkenal di dunia Katolik. Gereja berukuran besar dan merupakan ‘museum seni’ dan arsitektur yang luar biasa, gereja ini mulai dibangun dengan ukuran dan bentuk yang lebih sederhana. Bukit Vatikan adalah sebuah pemakaman sederhana tempat orang-orang beriman berkumpul untuk berdoa di makam Santo Petrus. Pada tahun 319, Kaisar Konstantinus membangun sebuah Basilika di lokasi tersebut yang berdiri selama lebih dari seribu tahun. Meskipun basilica ini telah dipugar berkali-kali naum basilika ini tetap nyaris runtuh. Pada tahun 1506, Paus Julius II memerintahkan untuk merobohkan dan membangunnya kembali, namun Basilika baru ini juga tidak selesai dan bangun selama lebih dari dua abad.

Basilika Santo Paulus di luar tembok berdiri di dekat Abaazia delle Tre Fontane, tempat Santo Paulus diyakini dipenggal di situ. Sebagai gereja terbesar di Roma hingga Santo Petrus dibangun kembali, basilika ini juga berdiri di atas situs tradisional makam Santo Paulus. Bangunan terbaru dibangun setelah terbakar pada tahun 1823. Basilika ini juga merupakan hasil karya Konstantinus. Proyek pembangunan Basilika oleh Kaisar Konstantinus ini memang menarik perhatian para peziarah yang pertama kali datang ke Roma hingga selama berabad-abad. Sejak pertama kali basilika dibangun hingga kekaisaran Romawi runtuh di bawah invasi “kaum barbar”, kedua gereja ini, meskipun terpisah jarak yang cukup jauh namun dihubungkan oleh barisan tiang-tiang marmer beratap.

Santo Petrus adalah nelayan sederhana yang oleh Yesus disebut sebagai batu karang tempat Gereja dibangun, dan Paulus yang berpendidikan tinggi merupakan penganiaya para pengikut Kristus. Ia betobat, seorang Yahudi berwarga negara Romawi, dan misionaris bagi bangsa-bangsa lain sungguh pasangan yang sangat aneh. Hanya saja kesamaan utama dalam perjalanan iman mereka adalah akhir dari perjalanan tersebut: keduanya, menurut tradisi, mati sebagai martir di Roma – Petrus di atas kayu salib dan Paulus di bawah pedang. Gabungan kharisma mereka membentuk Gereja perdana dan orang-orang beriman telah berdoa di makam mereka sejak masa-masa awal.

Kedua Basilika atau bangunan Gereja besar ini merupakan tempat berdoa bagi umat di Roma maupun para peziarah. Kita dapat menyaksikan bahwa destinasi wisata rohani ke Roma tidak bisa lepas dari kedua Basilika besar ini, selain dua Basilika lainnya yaitu santa Maria Maggiore dan San Giovanni Latterano. Saya sendiri Ketika berada di Roma sangat mengagumi Gereja-Gereja besar ini. Di sinilah akar Kristiani bertumbuh dan berkembang ke seluruh dunia. Hari ini kita memperingati pengudusan kedua Gereja besar ini.

Pada hari ini Tuhan menyapa kita sekaligus mengingatkan kita untuk terus berdoa tanpa henti dalam situasi apa saja. Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan kepada para murid-Nya tentang seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun yang berhadapan dengan seorang janda yang selalu datang untuk memohon pembelaan haknya terhadap lawannya. Sosok hakim ini memang menakutkan karena relasinya dengan Tuhan dan dengan manusia bermasalah. Namun sosok janda sederhana ini tidak berhenti untuk datang, berbicara, membuka diri dengan jujur sehingga membuat hakim itu iba dan membelanya karena takut dirinya diserang.

Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa meskipun hakim itu lalim namun dia masih memiliki hati untuk membela haknya janda tanpa nama ini. Apalagi Tuhan, Bapa yang Mahakasih. Dia pasti siap untuk mendengar dan memperhatikan umat yang memohon kepada-Nya tanpa henti. Tuhan segera menolong manusia dengan mencukupkan apa saja yang dibutuhkan manusia. Kita harus berusaha untuk hidup sebagai Anak Allah. Penginjil Matius menulis: “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5:45). Tuhan mencukupkan segalanya bagi manusia. Satu hal yang penting adalah iman. Kita perlu memiliki iman seperti santo Petrus dan Paulus, bahkan mereka sama-sama menjadi martir di Roma.

Tuhan selalu menunjukkan belas kasihan-Nya kepada manusia. Di saat-saat yang sulit sekalipun, Ketika manusia berdoa maka Tuhan pasti hadir. Kitab Kebijaksanaan menceritakan secara ringkas pengalaman Bangsa Israel dalam perjalanan hingga Laut Merah. Ini merupakan sebuah ujian berat bagi mereka. Namun iman kepada Yahwe menyelamatkan mereka. Kita membaca baguan terakhir dalam bacaan pertama: “Di bawah lindungan tangan-Mu seluruh bangsa berjalan lewat di tempat itu, seraya melihat pelbagai tanda yang mentakjubkan. Seperti kuda ke padang rumput mereka pergi dan melonjak-lonjak bagaikan anak domba, sambil memuji Engkau, ya Tuhan, yang telah menyelamatkan mereka.” (Keb 19:8-9). Orang beriman yang berdoa tanpa henti kepada Tuhan pasti akan mendapat berkat dan perlindungan dari Tuhan. Berdoa dan berdoalah senantiasa.

Santo Petrus dan Paulus, doakanlah kami. Amen

P. John Laba, SDB