Homili 21 November 2023 – Bunda Maria dipersembahkan kepada Allah

Peringatan Wajib SP Maria Dipersembahkan kepada Allah
2Mak. 6:18-31
Mzm. 4:2-3,4-5,6-7
Luk. 19:1-10

Tuhan keselamatan kita

Pada hari ini kita mengenang Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah. Dalam sejarah Gereja, perayaan Santa Perawan Marua dipersembahkan kepada Allah mulai dirayakan di Yerusalem pada abad keenam. Ada sebuah gereja yang dibangun di sana untuk menghormati peristiwa ini. Gereja-Gereja Timur lebih tertarik pada perayaan ini. Perayaan ini menjadi lebih populer lagi di dalam Gereja Katoli pada abad ke-XI. Meskipun perayaan ini kadang-kadang menghilang dari kalender liturgi, namun sejak abad ke-XVI menjadi sebuah perayaan besar hingga saat ini. Sama halnya dengan kelahiran Maria, kita kita menemukan sumber tertulis tentang Maria dipersembahkan di bait suci hanya dalam tulisan-tulisan apokrif. Dalam Protoevangelium Yakobus terdapat kesaksian bahwa Anna dan Yoakim mempersembahkan Maria kepada Tuhan di Bait Allah ketika dia berusia 3 tahun. Hal ini dilakukan untuk memenuhi janji yang telah dibuat kepada Tuhan ketika Anna masih belum memiliki anak.

Meskipun tidak dapat dibuktikan secara historis, persembahan Maria memiliki tujuan teologis yang penting. Hal ini melanjutkan pengaruh perayaan Maria Dikandung Tanpa Noda dan kelahirannya. Ini menekankan bahwa kekudusan yang dianugerahkan kepada Maria sejak awal kehidupannya di bumi terus berlanjut hingga masa kanak-kanaknya dan seterusnya. Terkadang sulit bagi orang Barat modern untuk menghargai perayaan seperti ini. Namun, Gereja Timur masih cukup terbuka terhadap perayaan ini dan bahkan agak bersikeras untuk merayakannya. Meskipun perayaan ini tidak memiliki dasar dalam sejarah, perayaan ini menekankan sebuah kebenaran penting tentang Maria: Sejak awal hidupnya, ia dipersembahkan kepada Allah. Ia sendiri menjadi bait yang lebih besar daripada bait yang dibuat oleh tangan manusia. Allah datang untuk tinggal di dalam dirinya dengan cara yang luar biasa dan menguduskannya untuk perannya yang unik dalam karya penyelamatan Allah. Pada saat yang sama, keagungan Maria memperkaya anak-anaknya. Kita juga menjadi bait Allah yang dikuduskan agar kita dapat menikmati dan mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah.

Saya mengutip perkataan dua orang kudus untuk menginspirasi kita pada hari ini. Pertama, Santo Bernardinus dari Siena. Beliau pernah berkata: “Kamu harus tahu bahwa ketika kamu ‘menyapa’ Maria, dia langsung menyapa kamu! Janganlah kamu berpikir bahwa dia adalah salah satu dari wanita-wanita kasar yang ada di antara begitu banyak wanita kasar – sebaliknya, dia benar-benar sopan dan menyenangkan. Jika kamu menyapanya, dia akan segera menjawab dan berbicara dengan kamu!” Kita terus menerus menyapanya ‘Salam Maria’ dan dia juga senantiasa menyapa kita dengan rama. Kedua, St. Bernard of Clairveaux. Ia berkata: “Pergilah kepada Bunda yang berbelaskasih ini, dan tunjukkanlah kepadanya luka-luka yang ditinggalkan oleh dosa-dosamu dalam jiwamu, maka ia pasti akan memohon kepada Putranya, untuk mengampuni engkau. Dan Putra Allah ini pun mencintainya dengan penuh kasih sayang, pasti akan mengabulkan permohonannya” Ketika mengalami kesulitan datanglah kepada Yesus karena Dia dalah keselamatan kita.

Pada hari ini Tuhan menyapa kita dengan mengambil sosok Zakheus. Zakhes adalah kita. Setelah Tuhan Yesus berjumpa dengan seorang buta dan miskin, ia melanjutkan perjalanan dan berjumpa dengan Zakheus sang pemungut cukai yang amat kaya. Ia memiliki keinginan untuk melihat Yesus dari dekat. Segala usaha dilakukannya supaya bisa melihat Yesus. Ia sempat memanjat pohon ara untuk melihat Yesus dari atas. Namun apa yang terjadi? Tuhan Yesus jauh lebih tinggi dari pohon ara. Dialah yang pertama kali menyapa Zakheus dengan sapaan penuh kasih: “Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku mau menumpang di rumahmu.” Itulah kehebatan Tuhan. Manusia boleh berpikir untuk melihat Tuhan namun Tuhanlah yang pertama melihat dan mengenal siapakah diri kita sebenarnya.

Zakheus meneriam Yesus di rumahnya, menjamu-Nya dan menunjukkan pertobatan radikal. Dia berjanji: “Tuhan separu dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Yesus melihat kesungguhan hati dan semangat tobat Zakheus sehingga Ia memujinya dengan berkata: “Hari ini terjadilah keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Tuhan Yesus sungguh menyelamatkan orang yang terbuka kepada keselamatan.

Zakheus adalah kita. Mari kita membangun pertobatan yang radikal. Bunda Maria, doakan kami untukikut mempersembahkan diri kepada Yesus Puteramu. Amen.

P. John Laba, SDB