Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Doa Bapa Kami

09/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Doa Bapa kami dalam bahasa lain:


1. Bahasa Aram:
Avvon d-bish-maiya, nith-qaddash shim-mukh.
Tih-teh mal-chootukh. Nih-weh çiw-yanukh:
ei-chana d’bish-maiya: ap b’ar-ah.
Haw lan lakh-ma d’soonqa-nan yoo-mana.
O’shwooq lan kho-bein:
ei-chana d’ap kh’nan shwiq-qan l’khaya-ween.
Oo’la te-ellan l’niss-yoona:
il-la paç-çan min beesha.
Mid-til de-di-lukh hai mal-choota
oo khai-la oo tush-bookh-ta
l’alam al-mein. Aa-meen.

2. Bahasa Yunani: 

Pater hêmôn ho en toes ouranoes;
hagiasthêtô to onoma sou;
elthetô hê basileia sou;
genêthêtô to thelêma sou,
hôs en ouranô, kae epi tês gês.
ton arton hêmôn ton epiousion dos hêmin sêmeron;
kae aphes hêmin ta opheilêmata hêmôn,
hôs kae hêmeis aphiemen toes opheiletaes hêmôn;
kae mê eisenenkês hêmas eis peirasmon,
alla rhysae hêmas apo tou ponerou.
hoti sou estin hê basileia kae hê dynamis kae hê doxa eis tous aeônas;
amên.

3. Bahasa Latin:

Pater Noster, qui es in caelis, 
Sanctificetur nomen tuum.
Adveniat regnum tuum,
Fiat voluntas tua,
sicut in caelo, et in terra.
Panem nostrum quotidianum da nobis hodie,
Et dimitte nobis debita nostra,
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem,
Sed libera nos a malo.
Amen.

4. Bahasa Inggris dan Yahudi:
Our Father who art in heaven, hallowed by Thy Name. Thy kingdom come
Avinu shebashayim, yitkadash sh’meka, tavo malkhuteka
Thy will be done on earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread,
Yeyasse r’tsonkha k’mo bashamayim keyn ba’rets. Et lekhem khukeynu teyn lanu
and forgive us our trespasses as we forgive those who trespass against us. And
hayom, uslakh lanu et khovoteynu kaasher salahknu gam anakhnu lehkayaveynu
lead us not into temptation, but deliver us from evil [Amen]
veal-t’vyeynu liydey nisayon ki im-haltseynu min [Amen]

Meditasi

16/08/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Meditasi Mat 18:21-19:1

Sabarlah dahulu…
Seorang anak menangis histeris di ruang makan karena ibunya lambat menyiapkan bubur kesayangannya. Buntutnya adalah selesai bubur disiapkan dan mau disuap, anaknya tidak mau makan. Ibunya berusaha mengontrol rasa marahnya. Dia meletakkan kembali bubur ke dalam tempat masaknya. Dua tokoh dengan sifat yang berbeda. Anak ini tidak sabar, bermental instan. Ketika menginginkan bubur maunya “bersabda maka jadilah” kalau tidak dia akan menolak untuk makan bubur. Jadi ujung dari tidak sabar adalah menolak. Ibu itu berusaha untuk menjadi orang yang sabar. Ia memilih diam, tenang menyiapkan bubur, menawarkan bubur lalu menyimpan kembali. Kesabaran itu selalu berjalan bersama dengan kontrol diri dan ketenangan bathin.
Sekarang perhatikan kisah Injil ini. Setelah Yesus mengajar Petrus untuk mengampuni tanpa batas, Ia merasa masih kurang jelas sehingga perlu menjelaskannya dengan perumpamaan. Ada dua orang hamba yang sama-sama memiliki hutang. Hamba pertama memiliki utang 10.000 talenta (10.000 talenta sebanding dengan Rp. 750 Miliar). Ketika Raja menagih hutangnya,  hamba ini berlutut sambil berkata, “Sabarlah dahulu, hutang akan kubayar.” Raja menunjukkan kesabarannya. Hamba pertama bertemu hamba kedua yang berhutang 100 dinar (upah sehari kerja sekitar Rp.75.000) kepadanya. Hamba kedua meminta, “Sabarlah dahulu, aku akan membayarnya”. Hamba pertama tidak sabar, malah menganiaya hamba kedua. Akibatnya Raja hilang kesabaran dan menghukum hamba pertama yang utangnya lebih besar.
Perhatikanlah betapa raja yang tidak lain adalah Allah Bapa sendiri begitu sabar dengan manusia. Ketika hamba yang utangnya (sama dengan dosa) banyak meminta belaskasih dan pengampunan maka Allah mengampuninya. Tetapi ketika hamba itu berhadapan dengan sesamanya, dia tidak sabar, tidak berbelaskasih dan tidak mampu mengampuni. Hamba pertama adalah cerminan anda dan saya yang tidak sabar. Suka meminta belaskasih dan pengampunan tetapi tidak mampu berbelaskasih dan mengampuni sesama. St. Paulus menasihati kita untuk sabar dengan sesama (Kol 3:12-13). St. Petrus mengingatkan kita bahwa kesabaran Tuhan itu adalah saat keselamatan bagi kita (2Ptr 3:15). 

Apa untungnya anda menjadi orang yang tidak sabar?
PJSDB

Meditasi Sabda Tuhan

05/08/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Minggu Biasa XVIII/B
Kel 16:2-412-15;
Mzm 78: 3.4bc.23-24.25.54
Ef 4:17.20-24
Yoh 6:24-35
Menjadi Baru!
Pada waktu Jemaah Israel berada di padang gurun, mereka bersungut-sungut kepada Musa dan Harun. Mereka berkata, “Ah kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” Memandang perilaku orang-orang Israel ini maka Tuhan bersabda, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu, maka bangsa ini akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari. Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan makan roti maka kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu”.
Perjalanan kita menuju ke tanah terjanji, Yerusalem Baru atau Surga sangat mirip dengan perjalanan jemaah Israel di padang gurun. Selalu saja ada godaan untuk bersungut-sungut kepada Tuhan. Mentalitas sebagai orang beriman cenderung menjadi mentalitas orang atheis padahal Tuhan sendiri menyiapkan segala kebutuhan hidup kita. Alam yang subur diciptakanNya dan setiap saat memberi makan dan minum kepada manusia. Secara rohani, Ia menyiapkan mana baru yakni roti baru yang turun dari surga dalam diri Yesus PuteraNya dan kita menerimanya setiap kali berekaristi bersama.
Memang kita boleh mengakui realitas dunia ini di mana masih banyak orang yang lapar dan haus atau berkekurangan. Namun apakah Tuhan berhenti memberi rejeki setiap hari bagi manusia ciptaanNya? Tidak! Ketika di suatu daerah ada bencana kelaparan, orang mulai ketakutan dan bersungut-sungut maka Tuhan selalu mengirim bala bantuan melalui sesama yang lain. Banyak orang memiliki semangat berbagi karena digerakkan oleh kasih Tuhan untuk membantu sesama yang berkekurangan. Nah, ketika memberi rejeki kepada orang-orang yang bersungut-sungut kepadaNya atau yang bermentalitas atheis, Tuhan selalu bersabda, “Maka kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu”.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menulis, “Saudara-saudara di dalam Tuhan aku menegaskan hal ini kepadamu: Janganlah hidup dengan pikiran yang sia-sia, seperti orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah belajar mengenal Kristus, mendengarNya serta menerima pengajaran tentang kebenaran di dalam Yesus. Oleh karena itu tinggalkanlah manusia yang lama yang dapat binasa karena nafsu yang menyesatkan sehingga kamu dapat dibaharui di dalam roh dan pikiranmu. Kenakanlah manusia baru yang diciptakan  menurut kehendak Allah dalam kebenaran dann kekudusan.”
Dengan bersungut-sungut terus menerus kepada Tuhan di dalam hidupnya berarti manusia lama yang penuh dengan nafsu menyesatkan itu masih menguasai pribadi manusia itu. Paulus mengingatkan agar kesadaran sebagai orang yang dibaptis harus menjadi nyata. Pembaptisan adalah sebuah rahmat yang mengubah secara radikal kehidupan pribadi seseorang sehingga sungguh-sungguh menjadi anak Allah. Dengan sakramen pembaptisan membuat orang mengalami pergeseran dari hidup lama yakni hidup orang yang belum mengenal Tuhan atau hidup yang sia-sia ke dalam hidup baru yang penuh rahmat Tuhan. Hidup baru berarti hidup yang serupa dengan hidup Yesus sendiri.
Saya merasa kaget ketika mendengar sharing seorang sahabat. Anaknya sebelumnya adalah misdinar yang rajin tetapi merasa kecewa karena dilecehkan oleh romonya di sakristi. Dengan sikap romo yang tak bermoral ini maka anak itu behenti dari tugasnya sebagai misdinar. Belakangan ini dia mengajukan permohonan untuk mencabut surat baptisnya di gereja. Ia tidak mau lagi menjadi orang katolik. Ia mau hidup sendiri tanpa butuh yang namanya Tuhan karena dirinya dilecehkan oleh seorang pelayan Tuhan. Sungguh sebuah pengalaman yang ekstrim yang menimbulkan luka bathin mendalam. Hidup sebagai orang beriman adalah sebuah relasi pribadi dengan Tuhan. Tuhan menghormati kebebasan manusia. Semoga Tuhan menyembuhkan luka-luka bathin orang-orang yang dilecehkan. Terlepas dari pengalaman yang ekstrim ini, kita perlu memahami bahwa sakramen pembaptisan tetaplah sakramen yang menguduskan, sakramen yang mengubah manusia lama menjadi manusia baru.
Yesus di dalam bacaan Injil hari ini berkata, “Sesunguhnya kamu mencari aku bukan karena tanda-tanda yang sudah kamu lihat melainkan karena kamu sudah makan roti dan kamu kenyang. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa melainkan untuk makanan yang dapat bertahan sampai kepada hidup yang kekal yang akan diberikan Anak manusia kepadamu. Akulah Roti hidup. Barangsiapa datang kepadaKu tidak akan lapar lagi dan barang siapa percaya kepadaKu tidak akan haus lagi.”
Pada suatu kesempatan diadakan survey terhadap umat katolik yang mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu di sebuah kota terkenal di Italia. Survey menunjukkan bahwa ada 17% yang menjawab senang pergi ke Gereja dan mengikuti Ekaristi. Alsan mereka ke gereja adalah karena tradisinya seperti itu, karena mereka membutuhkan Tuhan di dalam hidup. Ada 83% yang mengatakan tidak mau pergi lagi ke Gereja. Alasan mereka adalah pergi ke Gereja itu hal yang membosankan. Tidak ada lagi hal yang menarik di Gereja. Ada yang mengatakan tidak pernah mengerti tentang segala sesuatu dalam perayaan Ekaristi.
Saya teringat seorang anak Bina Iman berkata kepada saya, “Romo, saya malas ke Gereja katolik. Di sana bina imannya tidak bagus.” Saya bertanya kepada orang tuanya alasan mengapa anaknya bisa mengatakan demikian.  Orang tuanya dengan polos menjawab, “Romo, guru bina iman di Gereja katolik kurang kreatif. Fasilitas gereja untuk bina iman pun sangat terbatas. Saya mau anak saya tetap katolik tetapi bertumbuh dalam pengajaran protestan”. Wah, betapa susahnya mengikuti Kristus. Tetapi saya berpikir ungkapan anak bina iman dan orang tuanya patut menjadi bahan refleksi bagi kita semua untuk membenahi diri.
Kita mengikuti Yesus bukan karena alasan manusiawi belaka. Kita mengikuti Yesus karena panggilanNya bagi kita. Dengan kata lain, menjadi orang katolik itu sebuah panggilan. Menjadi pertanyaan bagi kita adalah: untuk apa anda menjadi orang kristiani? Apakah anda mau dibaharui dalam Roh? Silakan terbukalah pada rencana Tuhan yang indah dan biarkan Ia membimbingmu!
PJSDB

Kuk

19/07/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

“Pikullah kuk yang Kupasang karena enak!”
(Mt 11:29-30)

Fr. JohnHari ini Penginjil Matius mengisahkan Yesus yang berbagi dengan manusia. Yesus mengajak: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu. Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu…Kuk yang Kupasang itu enak” Kalimat-kalimat ini sudah dihafal banyak orang tetapi makna kata kuk belum banyak yang mengerti. Ketika merayakan misa saya bertanya kepada umat, apakah kalian mengerti kata kuk? Ada seorang guru bahasa Indonesia menjawab, “Kuk adalah kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak.” Umat lain lagi mengatakan kuk adalah cara membenamkan atau menekan ke atas tepi pelat atau profil baja sepanjang sambungan keling dengan suatu alat agar sambungan tersebut kedap air. Yah, jawaban persis di Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Di dalam Alkitab, Kuk memiliki banyak makna. Kuk adalah perkakas yang dikenal sebagai alat yang menghubungkan dua (atau lebih) lembu menjadi satu. Kuk menjadi kiasan atau metafora bagi perbudakan atau pekerjaan yang sangat berat. Mungkin ini merupakan akibat hukuman Allah atas orang berdosa. Allah memakai kuk sebagai gambaran bagi orang yang terjerat dalam perbudakan salah dan dosa. Dan hanya dengan iman kepada Kristus-lah pribadi itu dapat terlepas dari kuk ini. Bacalah: Im 26:13; Ul 28:48; Yes 9:3; 10:27; 14:25; 47:6; 58:6, 9; Yer 2:20; 27:2-12; 28:2-14; 30:8; Rat 1:14; 3:27; Yeh 34:27; Hos 11:4; Kis 15:10; Gal 5:1.

Kuk juga merupakan pelayanan kepada Tuhan oleh orang yang sungguh-sungguh percaya. Pelayanan itu membuahkan sukacita karena kasih mereka kepada Tuhan, tapi merupakan beban bagi orang munafik (Yer 5:5; Mat 11:29, 30). Secara kiasan, kuk itu berarti kesukaran atau ketaatan paksa. Dalam gaya kenabian, Yeremia memakai kuk pada lehernya sebagai lambang beritanya bahwa Yehuda akan tunduk paksa kepada Babel (Yer. 27:2). Yesus berkata-kata tentang kuk yang ringan (Mat. 11:29-30) yang tidak melukai. Para Rabi Yahudi berbicara tentang memakai Kerajaan Surga, yang maksudnya ialah tunduk pada kedaulatan kehendak Allah. Para imam menggunakan stola sebagai lambang pelayanan dan kepatuhan kepada Tuhan.

Ada juga terjemahan dari beberapa kata Ibrani dan Yunani, dipakai baik secara harfiah untuk kerangka kayu yang menghubungkan dua ekor binatang (biasanya lembu jantan), maupun secara metaforis untuk melukiskan takluknya seorang pribadi kepada orang lain. Kata-kata itu ialah mot (Nah 1:13) dan mota (Yes 58:6; Yet 27:2, dst), ‘balok’; ‘ol (Kej 27:40; Rat 1:14, dst), ‘kuk’; tsemed (1 Sam 11:7; Ayb 1:3, dst), ‘pasangan lembu’; zeugos (Luk 14:19), ‘pasangan’; zygos (Mat 11:29; 1 Tim 6:1, dst), ‘kuk’, ‘beban’. Dalam 2 Kor 6:14 Paulus menggunakan heterozygeo, ‘berpasangan dengan lawan jenis’. Untuk ‘teman sekerja’ dalam Flp 4:3.

Jadi kuk berarti saat berbaginya Tuhan dengan manusia. Dia mengajak kita untuk datang kepadaNya dan Dia akan tunduk dan ikut memikul beban kita. Kita berjalan bersama Dia! Kita tidak sendirian. Kuk bukan saja lambang penindasan tetap lambang kepatuhan kepada kehendak Allah. Pikulah kuk Yesus dalam hidupmu.

PJSDB

Komentar Injil Markus (Malam Paskah)

07/04/2012 by P. John Laba SDB 1 Comment


Dia sudah Bangkit!

Komentar Injil Markus (16:1-8)


A. Konteks

Bab ke-16 Injil Markus merupakan kesimpulan dari bagian kedua Injil ini (8:31-16:8). Bagian ini dimulai dengan mengisahkan pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikutiNya dan mncapai puncaknya pada peristiwa kebangkitan Yesus Kristus dan penampakan malaikat kepada para wanita yang datang ke kubur Yesus. Kisah ini juga mendahului epilog Injil Markus karena setelah itu hanya ada kisah-kisah tentang penampakan Yesus dan perutusan para murid (16: 9-20).

B. Struktur

Struktur atau susunannya sederhana. Di mulai dengan introduksi (ayat 1) yang menceritakan bagaimana setelah hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria Ibu Yakobus serta Salome yang mau membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Ayat 2-3 menjelaskan tentang keinginan yang menjadi perbuatan para wanita ini menuju ke kubur Yesus. Ayat 4-6:  Para wanita ini masuk ke dalam kubur dan melihat seorang pemuda berpakaian putih. Ayat 7-8: para wanita ini keluar dari kubur dengan penuh ketakutan. Ayat-ayat ini melukiskan suasana bathin para wanita ini: terkejut dan takut (5.7.8)

C. Isi

Hari Sabat memang perlahan-lahan berlalu bukan hanya secara kronologis tetapi juga secara teologis bagi Markus. Yang terjadi sekarang adalah waktu atau saat baru, waktu setelah hari Sabat, hari penciptaan baru.

* Para wanita “melihat”. Para wanita ini berniat untuk meminyaki serta membalsemi jenasah Yesus karena mereka tidak sempat melakukan hari sebelumnya mengingat hari Sabat sudah tiba. Tindakan meminyaki dan membalsemi itu selalu dilakukan dalam upacara perawatan jenasah. Ketika hari baru tiba, matahari perlahan mulai bersinar barulah mereka pergi ke kubur Yesus untuk merawat jenasahnya. Dalam perjalanan ke kubur, mereka khawatir dan saling bertanya siapakah yang mampu mengguling batu penutup kubur Yesus. “Melihat” bagi Markus pada perikop ini bukan hanya sekedar melihat secara manusiawi dengan sepasang mata mereka tetapi melihat secara rohani karena di sini merupakan awal mereka berjalan dalam pengalaman iman yang baru. Jadi ini merupakan sinkronisasi mata, pikiran dan hati untuk menyelami misteri Yesus Kristus. Batu penutup kubur sudah terguling dan kubur yang terbuka menjadi petunjuk bagi mereka untuk masuk ke dalam dunia yang baru. Para wanita yang tadinya memikirkan Yesus secara manusiawi kini masuk dalam dunia baru di mana Tuhan menampakan diriNya secara baru, TubuhNya sudah mulia.

* Pemuda dengan pakaian putih.

Seorang pemuda berpakaian putih! Dia yang menerima para wanita ini berpakaian putih. Ini mengingatkan kita pada pribadi Yesus yang menampakkan kemuliaanNya di gunung Tabor di mana pakaianNya putih berkilau-kilau. Reaksi pertama yang muncul adalah ketakutan, lebih lagi di tempat yang belum dikenal. Tetapi pemuda yang serupa dengan Malaikat itu meyakinkan para wanita supaya jangan takut tetapi memiliki keberanian untuk suatu perutusan dan pewartaan yang baru. Suatu kerygma ketika dikatakan bahwa Yesus orang Nazaret yang di salibkan itu bangkit. Dia bangkit dan Dia juga tidak ada di sini. Yesus bangkit! KuburNya kosong. Kubur kosong adalah tanda yang jelas bahwa Dia bangkit, titik pijakan bagi iman, kesaksian bagi orang-orang yang percaya.

* Rasul. Para wanita ini diutus oleh pemuda berpakaian putih yakni malaikat untuk menjadi rasul (utusan) bagi para rasul Yesus. Pewartaan para wanita sebagai utusan bagi para rasul tentang Yesus bangkit diterima oleh para rasul terutama oleh Petrus. Petrus telah ditentukan Tuhan untuk menjadi orang yang tepat untuk menguatkan iman saudara-saudara yang kurang percaya. Dia adalah wadas kokoh yang menopang jemaat. Dari para rasul, pewartaan tentang kebangkitan Kristus akhirnya mencapai seluruh penjuru dunia. Yesus berpesan untuk menunggu di Galilea karena di Galilea Dia memulai karyaNya dan sekarang Dia mau menyertai para RasulNya untuk memulai lagi secara baru.

* Matahari baru terbit. Ini merupakan sebuah tanda yang jelas. Yesus tidak hanya berakhir pada peristiwa Salib. Dia justeru meneruskanNya dengan peristiwa KebangkitanNya yang mulia. KebangkitanNya ini laksana matahari yang terbit dan menerangi segala ciptaan. Nah di sini, kehebatan Markus adalah, dia tidak membuat sebuah deskripsi tentang kebangkitan Kristus tetapi dia mewartakan kepada kita sebuah peristiwa sebagaimana disuarakan oleh pemuda berpakaian putih: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini…!” Para wanita mencari manusia Yesus dari Nazaret yang wafat dan dimakamkan (6a), pemuda berpakaian putih mengundang mereka untuk mencarinya di tempat yang jauh: “Dia telah bangkit! Dia tidak ada di sini!” (6b). Ini adalah campur tangan Tuhan Bapa di Surga untuk membangkitkan PuteraNya yang terkasih, yang berkenan padaNya (Mrk 1:11). Ini merupakan pesan utama Paskah. Para wanita memiliki suasana bathin di mana mereka memiliki pencarian yang penuh kerinduan akan sang Maestro tetapi diliputi juga dengan ketakutan. Pesan kebangkitan Kristus oleh Markus menjadi peristiwa yang terus menerus direnungkan Gereja dan di wartakan ke seluruh dunia.

Kesimpulan

Kubur kosong tetaplah menjadi tanda dan titik pijakan iman bagi kita yang percaya bahwa Yesus Putera yang dikasihi Bapa telah dibangkitkan. Dia hidup dan siap dijumpai di Galilea yakni tempat di mana kita masing-masing berpijak. Di sinilah Galileaku!

PJSDB

« Previous Page
Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Food For Thought: Cinta kasih yang besar 14/02/2019
  • Homili 14 Februari 2019 14/02/2019
  • Food For Thought: Emang Kamu Kenal Dia 11/02/2019
  • Homili 11 Februari 2018 – Hari Orang Sakit Sedunia 11/02/2019
  • Homili Hari Minggu Biasa ke-V/C – 2019 10/02/2019

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • February 2019 (11)
  • January 2019 (34)
  • December 2018 (32)
  • November 2018 (40)
  • October 2018 (26)
  • September 2018 (22)
  • August 2018 (41)
  • July 2018 (28)
  • June 2018 (17)
  • May 2018 (13)
  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2019 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in