Renungan 12 Januari 2012

1Sam 4:1-11; Mzm 44:10-11.14-15.24-25; Mrk 1:40-45 


Tuhan Setia selamanya 


Israel dan Palestina. Dua bangsa yang memiliki konflik berkepanjangan hingga saat ini. Akar konfliknya adalah kesombongan manusiawi.Di satu pihak Israel mengklaim bahwa teritori yang mereka tempati adalah pemberian dari Tuhan kepada nenek moyang mereka. Sementara Palestina juga berangapan bahwa teritori yang mereka tempati adalah warisan leluhur mereka. Selagi tidak ada titik temu yang jelas maka konflik itu akan tetap ada. 

Kitab Pertama Samuel memberi kesaksian akan konflik yang dialami oleh nenek moyang kedua bangsa ini. Kaum Filistin berseteru dengan kaum Ibrani. Peperangan antara kedua etnis yang bermigrasi ke tanah Kanaan ini dimenangkan oleh kaum Filistin. Banyak korban jiwa dari pihak kaum Ibrani. Pengalaman ini membuat para tua-tua Ibrani mengingatkan seluruh bangsanya untuk membangun kembali kesetiaan kepada Yahve yang hadir di tengah-tengah mereka. Simbol yang menunjukkan kehadiran Yahve adalah Tabut Perjanjian.  

Injil Markus mengisahkan penyembuhan seorang yang sakit kusta. Orang kusta zaman itu biasanya dibuang dari komunitas karena penyakit kulit yang mereka alami. Penyakit kulit itu menajiskan. Dia dengan berani datang pada Yesus dan memohon kesembuhan dan Yesus menyembuhkannya. Yesus lalu mengingatkan dia supaya menunjukkann diri pada imam dan mempersembahkan pesembahan sesuai hukum Taurat. Dengan demikian ia bisa diterima kembali dalam komunitas. Namun dia justru mewartakan bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Akibatnya Yesus ditolak dan harus tinggal diluar kota. 

Menjadi orang yang setia selama-lamanya itu tidak mudah. Kita boleh berjanji dihadapan Allah dan Injil untuk setia dalam hidup sesuai dengan panggilan tetapi selalu ada tantangan untuk menggagalkan kesetiaan. Banyak di antara kita yang tidak setia dalam panggilan. Sangat mudah mengingkari janji setia kita di hadapan Tuhan. 

Apa yang harus kita lakukan? Hendaknya kita merasa membutuhkan Tuhan. Tuhan itu setia selamanya kepada kita meskipun kita tidak setia. Mari membuka diri kita di hadiratNya dan biarkanlah Dia berkarya di dalam hidup kita. Dia melakukan segalanya bagi kita. Renungkanlah: Apakah anda setia dalam panggilanmu? 


 PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply