Homili 22 Januari 2014

Hari Rabu, Pekan Biasa II

1Sam 17:32-33.37.40-51

Mzm 144: 1.2.9-10

Mrk 3:1-6

 

Hanya Tuhanlah kekuatan kita

Fr. JohnKisah Daud berlanjut. Melalui Samuel Tuhan sudah mengurapinya sebagai raja bagi umat Israel menggantikan Saul. Daud digambarkan sebagai pribadi yang sederhana. Dia adalah seorang gembala yang kerjanya menggiring ternak ke padang. Ketekunannya dalam bekerja sebagai gembala ini membuat dia dikasihi Tuhan dan dipilih menjadi raja bagi Israel. Dia diurapi dengan minyak urapan, lambang kehadiran Roh Kudus. Semua pekerjaan yang dilakukannya berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Tuhan adalah kekuatan Daud. Ia berdoa: “Tuhan adalah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak goyah” (Mzm 62:2). “Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahahan untuk menyelamatkan aku, sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku” (Mzm  71:3). Daud memiliki iman kepada Tuhan.

Pada hari ini kita mendengar kisah heroik dari Daud. Ia merasa bahwa kehadiran orang-orang Filistin akan mengancam eksistensi bangsa Israel maka ia berjuang untuk melumpuhkan mereka. Caranya adalah ia harus berhadapan dengan tokoh Filistin terkenal bernama Goliat dan mengalahkannya. Sebelum berhadapan dengan Goliat, Daud berjumpa dengan Saul untuk meminta ijin. Saul sendiri meragukan kemampuan Daud mengingat ia hanya seorang gembala sederhana, tak punya pengalaman sedangkan Goliat adalah seorang prajurit. Daud mengatakan kepada Saul bahwa ia memiliki Tuhan dan Tuhan pasti akan menolongnya. Buktinya adalah ia pernah mengalahkan singa dan beruang yang mencoba menerkam domba-domba ayahnya.

Hari pertarungan yang dinantikan pun tiba. Goliat datang dengan semua senjata lengkap yakni pedang, tombak dan lembing. Daud hanya seorang gembala yang membawa tongkat dan batu kali yang licin. Dengan angkuhnya Goliat meremehkan Daud. Kisah mencapai puncaknya ketika dengan batu kali yang licin berukuran kecil, Daud berhasil membunuh Goliat. Batu yang dilayangkan Daud menghantam dahi Goliat. Ia jatuh terkapar. Daud dengan cepat mengambil pedang Goliat dan memutuskan lehernya. Goliat yang bertubuh besar, seorang prajurit berpengalaman tewas di tangan seorang gembala bertubuh kecil.

Kisah Daud dan Goliat ini menarik perhatian kita. Ini adalah kisah hidup kita setiap hari di mana selalu saja ada sikap goliatisme. Sikap goliatisme di dalam diri manusia ditandai dengan sikap sombong, angkuh, suka meremehkan orang lain terutama yang lemah, tidak mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Sikap Daud  juga ada di dalam diri kita, di tandai dengan iman yang besar kepada Tuhan, kerendahan hati dan kesederhanaan. Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 14:11). Tuhan juga akan menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah (Luk 1:52).

Saya teringat pada Teolog Karl Rahner yang mengatakan bahwa iman berarti menempatkan diri dengan hati yang tidak bisa dimengerti atas Tuhan untuk seumur hidup. Paus Benediktus XVI dalam Ensikliknya Spe Salvi mengatakan bahwa iman adalah segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Daud adalah contoh orang yang memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan pasti akan melakukan hal istimewa baginya dan bangsanya ketika berhadapan dengan Goliat.  Iman orang yang sederhana layak di hadirat Tuhan.

Dalam bacaan Injil, penginjil Markus melukiskan bagaimana seorang yang mati sebelah tangannya disembuhkan oleh Yesus pada hari Sabat. Tentu saja orang yang mati sebelah tangannya itu mengimani Yesus. Ia percaya bahwa Yesus akan melakukan sesuatu baginya. Yesus memanggil orang sakit itu untuk berdiri di tengah-tengah lalu menyembuhkannya. Orang sakit membutuhkan penyembuhan dari Yesus. Yesus melakukan perbuatan kasih kepada orang sakit. Orang-orang Farisi hanya bersikap legalistis tanpa mempedulikan kasih dan keadilan kepada sesama.

Banyak kali kita mengakui diri kita sebagai orang beriman kepada Tuhan tetapi tidak mencerminkan hidup kitayang  sebenarnya. Kita mungkin arogan dan legalistis dengan hal-hal dalam agama kita dan lupa bahwa yang terpenting di hadirat Tuhan adalah kasih dan keadilan. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk mawas diri terhadap semua kesombongan, keangkuhan dan mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan adalah kekuatan kita. Mari kita mengimaniNya dan berpasrah kepadaNya.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai pribadi yang rendah hati. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply