Homili 3 Pebruari 2014

Hari Senin Pekan Biasa IV

St. Blasius

2Sam. 15:13-14,30; 16:5-13a;

Mzm. 3:2-3,4-5,6-7;

Mrk. 5:1-20

 

Tuhan hadir dalam pergumulan manusia

P. John SDBAda seorang pemuda yang bekerja sebagai petani. Ia sangat rajin dan pandai mengolah tanah pertaniannya. Tanahnya digemburkan, diberi pupuk organic ditanami dengan tanaman yang berguna. Ia hidup dari tanah yang dimilikinya. Ia juga berusaha hidup sederhana. Selama bertahun-tahun menyendiri, ia hanya mau memiliki rumah yang terbuat dari bambu dan beratap alang-alang. Semua hasil pertanian dari kebun disimpannya di lumbung yang menyatu dengan rumah tinggalnya. Daerah di mana dia tinggal selalu mengalami wabah tikus. Tentu saja yang mengalami dampak lebih besar adalah pemuda ini. Dia memiliki lumbung yang menyatu dengan rumahnya maka tikus-tikus juga membuat kerajaannya di dalam rumahnya. Ia berusaha membasmi semua tikus itu dengan racun tikus tetapi tetap gagal karena terlalu banyak tikusnya. Pada suatu malam ia kembali dari rumah temannya dalam keadaan mabuk. Ia langsung tidur dan malam itu segerombolan tikus menganggunya. Tikus-tikus bahkan masuk ke dalam selimut,menggigit dan mengencingi bantalnya. Saking emosi dan dalam keadaan mabuk, ia mengambil minyak tanah, menyiram sekeliling rumahnya dan membakar rumahnya. Semua tikus mati, tetapi ia kehilangan semua yang dimiliki. Kesadaran ini muncul setelah ia sadar dari kemabukannya.

Kisah pemuda ini banyak kali kita alami dalam hidup. Seringkali kita juga mengalami gangguan, pencobaan tertentu yang menguji kesabaran kita di hadirat Tuhan. Banyak kali ada pergumulan tertentu, ibarat tikus-tikus yang mengganggu kehidupan pribadi kita. Apa yang terjadi? Kita kurang sabar terhadap diri sendiri dan sesama. Kita cepat mengambil keputusan tertentu yang membahayakan diri kita sendiri. Jadi ketika menghadapi masalah, hadapilah dengan tenang, kepala dingin, berpikirlah secara logis. Janganlah mengandalkan emosi lalu mengambil tindakan yang membabi buta, tidak matang. Penyesalan mendalam hanya dimiliki oleh orang yang tidak bijaksana di dalam hidupnya.

Pada hari ini kita mendengar kisah Daud dan pergumulannya. Konon ada seseorang yang memberitakan kepada Daud bahwa hati orang Israel telah condong kepada Absalom. Absalom adalah anak kesayangan Daud. Absalom berarti ayah damai. Relasi dengan Daud ayahnya rusak karena ia membuat persepakatan gelap untuk mengadakan mafia pengadilan di Israel dan mengklaim dirinya sebagai raja Hebron. Situasi ini menakutkan Daud dan staf pemerintahannya sehingga mereka melarikan diri. Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis. Ia berjalan dengan kaki kosong, mengenakan kain selubung di kepala diikuti staf dan rakyat yang mendukungnya menuju ke Jordan.

Daud tidak hanya mengalami kesulitan dari Absalom puteranya. Ia juga mendapat kesulitan dari para pengikut raja Saul. Salah satunya adalah Simei bin Gera di Bahurim. Ia mengutuk dan melemparinya dengan batu. Ia mengatakan kepada Daud: “Enyalah, enyalah engkau penumpah darah, orang dursila. Tuhan telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul yang engkau gantikan sebagai raja, Tuhan menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Engkau dirundung malang karena engkau penumpah darah” (2Sam16: 7-8).

 Apa reaksi dari Daud? Daud pasrah kepada Tuhan. Ia membiarkan orang mengutuknya karena ia yakin bahwa itu adalah rencana Tuhan baginya. Daud juga mengatakan bahwa mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraannya dan akan membalas dengan kebaikan sebagai ganti dari kutukan yang dialaminya saat itu. Daud menerima penderitaan dengan kesabaran dan ia berhasil mengatasi segala persoalan hidupnya. Ia tidak mengandalkan emosi tetapi mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya.

Sekarang mari kita memeriksa bathin kita masing-masing. Banyak kali mungkin kita tidak seperti Daud yang mengolah situasi yang tidak nyaman menjadi nyaman di hadirat Tuhan. Banyak kali kita memiliki mental instan dan mau menyelesaikan semua persoalan hidup dalam waktu yang singkat. Kita lupa bahwa dengan diri kita sendiri saja, kita sebenarnya tidak mampu. Kita butuh Tuhan yang membantu kita mengatasi semua persoalan hidup seperti Daud. Kita juga hendaknya seperti Tuhan Yesus yang membuat banyak tanda heran, tetapi dicemooh bahkan diusir oleh orang-orang pada zamannya. Bayangkan, roh jahat boleh taat kepada Yesus tetapi manusia yang berakal budi justru menghujatNya. Manusia yang mengaku beriman kepadaNya tetapi dalam hidup nyata, perilaku hidupnya jauh dari diri sebagai orang beriman.

Pada hari ini, kita semua dikuatkan dan dingatkan oleh Sabda untuk berubah di dalam hidup. Kita meletakkan seluruh harapan kita kepada Tuhan. Tentu satu hal yang penting di sini adalah kemampuan kita untuk berubah, untuk bertobat sehingga layak di hadirat Tuhan. Biarkanlah Tuhan menumbuhkan kuasaNya di dalam hidup kita.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatmu supaya dalam setiap pegumulan hidup kami, Engkau  boleh hadir dan meneguhkannya, Engkau juga melindungi dan memberkati kami semua. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply