Homili 2 September 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXII
1Kor. 2:10b-16
Mzm. 145:8-9,10-11,12-13ab,13cd-14
Luk. 4:31-37

Milikilah Pikiran Kristus

Fr. JohnAda dua orang bersahabat sedang melakukan perjalanan dan berdialog satu sama lain. Mereka berdua berbeda agama dan kepercayaan, seorang beragama Yahudi dan lainnya beragama Katolik. Pokok dialog persahabatan mereka adalah bagaimana mewujudkan hidup sebagai orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah. Sahabat Yahudi mengatakan bahwa ia selalu bersatu dengan Elokhim (Allah) sejak saat bangun pagi hingga tidur malam. Saat bangun pagi mereka memulainya dengan “shema” (dengarlah) dan diakhiri dengan syukur. Sahabat Katolik tidak ketinggalan. Ia mengakui selalu bersatu dengan Tuhan dari bangun pagi hingga tidur. Dia selalu memulainya dengan tanda salib dan mengakhirinya dengan tanda salib pula. Sahabat Yahudi bertanya kepada sahabat Katolik: “Apakah anda juga memiliki pikiran Kristus?”

Dialog dua bersahabat ini masih panjang dan berlanjut tetapi saya berhenti pada pertanyaan yang sederhana tetapi mendalam: “Apakah anda juga memiliki pikiran Kristus?” Ini adalah sebuah pertanyaan yang berlaku bagi semua orang yang mengaku beriman kepada Kristus Yesus, satu-satunya penebus, satu-satunya penyelamat dunia. Pikiran kita lalu diarahkan untuk mengerti maksud Paulus dalam pengajarannya tentang hikmat yang benar kepada jemaat di Korintus. Bagi Paulus, hikmat yang benar bagi kita berasal dari Roh Kudus. Tentang hal ini

Paulus berkata: “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (1Kor 2:10). Dalam pikiran Penginjil Yohanes, Roh Kudus adalah Penghibur yang dijanjikan Yesus kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Yesus berkata: “Penghibur yakni Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26). Roh Kudus itu mengajar dan mengingatkan kita untuk mengenal Bapa dalam Yesus Kristus PuteraNya.

Paulus menegaskan bahwa kita semua tidak menerima roh dunia. Roh dunia selalu dikaitkan dengan kegelapan, kedagingan, dosa dan salah yang menghalangi kita untuk mengalami kasih Tuhan. Kita seharusnya menerima Roh Allah yang dapat mengaruniakan segala sesuatu bagi kita. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengatakan tentang buah-buah Roh yakni kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. (Gal 5:22-23). Paulus juga mengatakan bahwa jika kita hidup oleh Roh baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (Gal 5:25). Tentang karunia-karunia Roh ini, Paulus juga mengakui: “Kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” (1Kor 2:14).

Menurut Paulus, ada dua jenis manusia yakni manusia jasmani dan manusia rohani. Manusia jasmani adalah orang yang telah dibaptis tetapi hidupnya lebih dikuasai oleh dunia jasmani saja. Ia tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah karena baginya itu adalah sebuah kebodohan belaka. Manusia rohani adalah manusia yang dibaptis dan dikuasai oleh roh Tuhan. Ia bisa menilai segala sesuatu tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Manusia rohani memiliki pikiran Kristus.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar kisah Yesus bahwa Ia datang ke Kapernaum di Galilea. Ia menggunakan kesempatan untuk mengajar di dalam rumah ibadat dengan perkataan yang penuh kuasa. Ia juga menyembuhkan orang yang kerasukan setan. Semua orang merasa takjub dan akan kuasa dan wibawa Yesus dalam mengajar dan berkarya. Kisah ini juga menarik karena Tuhan Yesus sendiri menunjukkan wibawa dan kuasa sehingga setan-setan pun mengakui Yesus: “Hai Engkau. Yesus orang Nazaret, apa urusanMu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami?Engkaulah yang kudus dari Allah” (Luk 4: 34). Yesus tidak tergoda dengan pujian sebagai Yang Kudus dari Allah tetapi menghardik setan itu: “Diam, keluarlah daripadanya!” (Luk 4:35).

Yesus menunjukkan kekuatan kasihNya untuk mengusir setan-setan. Kuasa kasih Allah mengalahkan segala kuasa kejahatan. Kegelapan berhasil dihalau karena kasih Allah yang tiada batasnya. Tuhan mau membeaskan manusia dan dunia dari kejahatan maka kita pun diarahkan untuk melakukan hal yang sama. Iman kita hendaknya menjadi kekuatan untuk menata dunia ini menjadi sebuah dunia yang baru, dunia yang dikuasai oleh Roh Tuhan. Dengan demikian manusia rohani akan lebih banyak menguasai dunia ini.

Doa: Tuhan, utuslah Roh KudusMu untuk membaharui seluruh muka bumi. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply