Homili 21 Maret 2015

Hari Sabtu, Pekan Prapaskah IV
Yer. 11:18-20
Mzm. 7:2-3,9bc-10,11-12
Yoh. 7:40-53.

Tuhanlah Pelindungku!

Fr. JohnAda serombongan siswa yang berdarmawisata ke sebuah daerah pegunungan. Ketika berangkat, guru pembimbingnya mengingatkan mereka untuk berdoa supaya Tuhan melindungi perjalanan mereka. Mereka memulai perjalanan dengan baik hingga mencapai sebuah pendakian yang tajam. Mobil yang ditumpangi itu tidak bisa mendaki, malah mundur dan menabrak sebatang pohon besar. Untungnya pohon itu tidak tumbang, kalau tidak bus tersebut akan terjun bebas ke dalam jurang. Para siswa dan guru berhasil diselamatkan oleh petugas. Ketika mereka sudah tenang, guru pembimbingnya mengingatkan mereka akan perkataannya sebelum mereka berangkat untuk berdoa seraya memohon perlindungan dari Tuhan. Para siswa dan guru sama-sama memuji Tuhan sebagai pelindung. Banyak di antara kita mungkin memiliki pengalaman yang mirip. Kita tidak bisa berjalan sendiri. Kita butuh Tuhan untuk membimbing dan melindungi kita semua.

Pada hari ini kita berjumpa dengan tiga orang yang menginspirasikan kita untuk percaya dengan teguh kepada Allah. Ketiga orang yang saya maksudkan adalah Raja Daud, nabi Yeremia dan Tuhan Yesus Kristus. Apa yang untuk dari mereka sehingga bisa menginspirasikan kita semua?

Raja Daud pernah meratap kepada Tuhan karena pengalaman-pengalaman pribadinya yang keras. Dia merasa bahawa tidak ada seorang manusiapun yang memihak kepadanya. Satu-satunya pelindung yang diandalkannya adalah Tuhan. Oleh karena itu ia berdoa: “Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku, dan lepaskanlah aku, supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan.” (Mzm 7:2-3). Nah, hidup bersama sebagai sesama manusia ternyata bukanlah hal yang gampang. Orang bisa saja memiliki kecenderungan untuk berbuat baik atau bertindak jahat terhadap sesama manusia. Saudara sendiri bisa menjadi lawan. Tuhan Yesus mendapat perlawanan dari sesama orang Yahudi, dan yang menjualNya adalah Yudas Iskariot muridNya sendiri. Pengalaman-pengalaman yang keras membantu kita untuk mengubah kiblat hidup hanya kepada Tuhan. Dialah satu-satunya pelindung kita di saat-saat yang sulit.

Daud juga memandang Tuhan sebagai hakim yang adil. Ia memohon supaya Tuhan juga menghakiminya dengan adil. Ia berharap kepada Tuhan supaya orang jahat mengalami penghakiman yang adil dan orang benar merasakan peneguhan. Daud berdoa: “Hakimilah aku, Tuhan, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.” (Mzm 7: 9bc-10). Kita semua mengakui iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus bahwa Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Ia memiliki kuasa untuk memisahkan manusia dari segala bangsa sama seperti gembala memisahkan kambing dan domba. Kambing berada di sebelah kiri dan domba berada di sebelah kanan (Mat 25: 32-33). Ia mengadili manusia berdasarkan kasih yang tulus (Mat 25:40).

Raja Daud tetap berharap dan terikat pada Yahwe. Dialah perisai, penyelamat, hakim dan Allah yang adil. Ia tetap bertindak terhadap umatNya. Daud berkata: “Perisaiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.” (Mzm 7: 11-12). Manusia boleh berlaku tidak adil terhadap sesamanya, Tuhan akan mengadili dengan keadilanNya sendiri.

Pengalaman dan situasi bathin Raja Daud ini juga dialami nabi Yeremia. Ia mengalami perlawanan dari orang-orang dekatnya. Oleh karena itu ia mengakui diri serupa dengan anak domba yang belum tahu apa-apa dan akan disembeli. Mereka mengadakan persepakatan jahat terhadapnya dengan berkata: “Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!” (Yer 11:19). Yeremia tetap sadar dan percaya kepada Tuhan bahwa Dialah hakim yang adil. Tuhan akan melakukan yang terbaik baginya. Ia berdoa dan berpasrah kepada Tuhan semesta alam. Ketika anda mengalami kesulitan tertentu, andalkanlah Tuhan. Jangan pernah mengandalkan dirimu sendiri.

Pengalaman Daud dan nabi Yeremia dalam Kitab Perjanjian Baru juga dialami Tuhan Yesus. Karena sabda dan karyaNya maka orang-orang yang mendengar dan menyaksikanNya mempertanyakan jati diri Tuhan Yesus. Ada orang yang menganggap Yesus sebagai nabi yang akan datang, ada yang lain mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Namun masih ada juga pertentangan di antara mereka tentang asal usul Yesus sehingga mereka hendak menangkap Dia. Mereka hanya gertak sambal, sebab tidak ada seorang pun yang berani menangkapNya karena saatNya belum tiba. Ada juga orang seperti Nikodemus yang mengagumi bahkan percaya kepada Yesus karena Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa.

Pada hari ini kita berjumpa dengan tiga figur inspiratif: Daud, nabi Yeremia dan Tuhan Yesus. Mereka berhadapan dengan aneka penderitaan dalam pelayanan dan kepemimpinan mereka. Kita mengambil pengalaman mereka untuk mematangkan hidup kita sendiri. Pengalaman mereka bisa membantu kita untuk memiliki daya tahan dan setia sebagai orang beriman. Mengapa? Karena sama seperti mereka, kita pun meletakkan segala harapan kita hanya kepada Tuhan. Dialah satu-satunya pelindung kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply