Homili 27 Maret 2015

Hari Jumat, Pekan Prapaskah V
Yer. 20:10-13
Mzm. 18:2-3a,3bc-4,5-6,7
Yoh. 10:31-42

Tuhan, Engkaulah Penolongku!

Fr. JohnAda seorang sahabat menceritakan sebuah pengalaman hidupnya. Ia bersama teman-temannya mengadakan perjalanan ke pulau untuk memancing. Perahu kecil yang ditumpanginya itu mengalami gangguan mesin sehingga nyaris tenggelam. Dalam situasi yang tegang itu ia berdoa dalam hatinya: “Ya Tuhan, Engkaulah Penolongku”. Ia mengucapkannya seperti sebuah mantra berkali-kali sampai situasi menjadi tenang kembali. Hingga saat ini ia yakin akan mantranya ini. Setiap kali mengalami kesulitan ia merasa bahwa pertolongan Tuhan itu selalu tepat pada waktunya, meskipun situasi itu sangatlah sulit.

Nabi Yeremia dalam bacaan pertama mengungkapkan keluh kesanya sebagai utusan Tuhan. Ia sendiri mendengar ancaman dari orang-orang dekatnya. Ia juga merasa diintai oleh para sahabatnya untuk menemukan kelemahan-kelemahan tertentu yang dimilikinya di hadapan Tuhan dan sesama. Lebih jelas inilah hal yang didengar Yeremia: “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!” Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!” (Yer 20:10).

Dalam situasi yang sulit karena ancaman yang didengarnya sendiri, Yeremia tetap percaya dan yakin bahwa Tuhan menyertainya. Orang-orang yang melawan dia akan merasakan sandungan sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga akan merasa malu karena gagal menganiayanya. Pada akhirnya Yeremia mengakui dalam doa akan perlindungan ini: “Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku. Menyanyilah untuk Tuhan, pujilah Tuhan! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.” (Yer 20:12-13).

Yeremia memiliki satu modal penting dalam dirinya yaitu kepercayaannya yang teguh kepada Tuhan. Ia berpasrah atau berserah diri kepada Tuhan dan sesamanya. Modal iman, harapan dan kasih hanya kepada Tuhan dan sesama. Oleh karena itu ia tidak gentar menghadapi semua ancaman yang sedang berada didekatnya. Ia mulai belajar untuk tahu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dalam segala situasi hidupnya. Kita tidak bisa membalikan waktu untuk kembali ke posisi awal.

Raja Daud pernah berkata: “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.” (Mzm 18:6). Daud merasa dan mengakui bahwa Tuhan selalu menyertaiNya dalam situasi suka maupun duka. Ia tidak pernah meninggalkannya sendirian. Pengalaman Daud adalah pengalaman kita semua.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil juga menderita karena penolakan-penolakan yang dialamiNya. Akibatnya Ia dengan tegas mengatakan kepada mereka untuk memilih: mengimaniNya sebagai utusan Bapa dan sebagai Putera Allah atau membunuh Dia karena dianggap menghojat Allah. Banyak kali kita juga merasakan pengalaman seperti Tuhan.

Ia datang ke dunia bukan untuk melakukan kehendakNya, bukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaanNya melainkan untuk melakukan segala pekerjaan yang telah Bapa percayakan kepadaNya. Segala pekerjaan yang Bapa percayakan kepadaNya adalah pekerjaan-pekerjaan yang baik bagi manusia. Pekerjaan-pekerjaan itu sudah dilakukan sendiri oleh Yesus melalui tanda-tanda heran dan mereka mengalaminya. Misalya orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tulis mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22). Mereka melihat tetapi seolah-olah tidak melihat, mereka mendengar tetapi seolah-olah tidak mendengar.

Orang-orang Yahudi menolak Yesus bukan karena pekerjaan-pekerjaan baik melainkan karena mereka beranggapan bahwa Yesus sudah menghujat Allah. Dia hanya seorang manusia biasa tetapi berani menyamakan diriNya dengan Allah. Yesus menegaskan kepada mereka bahwa Dia adalah Yang Kudus dari Allah. Dia dikuduskan oleh Bapa dan diutus ke dunia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Dengan demikian kita diharapkan percaya kepadaNya terutama bahwa Dia dan Bapa adalah satu adanya. Pekerjaan yang paling besar adalah ketika Ia berani memberi diriNya sebagai tebusan bagi banyak orang. Terima kasih Tuhan Yesus.

Banyak kali kita juga terjebak dengan melihat hal-hal lahiria dalam diri saudara-saudari kita. Kita menilai orang berdasarkan cara pandang kita sendiri. Orang mengatakan bahwa jangan hanya menilai buku dari kulit depannya saja. Jangan hanya memandang cashingnya saja! Cara pandang kita haruslah berubah, artinya kita sadar diri bahwa sesama kita memiliki jati diri. Biarkanlah dia bertumbuh sesuai kehendak sang Penciptanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply