Homili 28 Maret 2015

Hari Sabtu, Pekan Prapaskah V
Yeh. 37:21-28
Mzm (Yer). 31:10,11-12ab,13
Yoh. 11:45-56

Ut Unum Sint

Fr. JohnTuhan Yesus pada malam perjamuan terakhir mengucapkan doa sebagai Imam Agung. Satu intensi yang disampaikanNya kepada Bapa di surga adalah bahwa sama seperti Ia sendiri bersatu dengan Bapa, demikian pula Ia berharap supaya semua yang sudah ditarik oleh Bapa kepadaNya juga bersatu. Itulah sebabnya Ia berdoa: “Ut unum sint” (Yoh 17:21), semoga mereka semua menjadi satu. Perkataan Yesus “Ut Unum Sunt” ini memiliki kekuatan yang luar biasa. St. Yohanes Paulus II, ketika menjabat sebagai Paus, pernah menulis sebuah ensiklik berjudul Ut Unum Sint pada tanggal 25 Mei 1995. Ensiklik ini membahas tentang hubungan antara Gereja Katolik dengan Gereja Ortodox dan gereja-gereja denominasi lainnya. Ini salah satu bentuk keterbukaan Gereja katolik untuk melakukan dialog ekumenis dengan gereja-gereja lainnya. Tuhan mendoakan persekutuan umatNya. Gereja dengan kekuatan Roh Kudus juga tetap mendoakan persekutuan anak-anak Tuhan supaya menjadi satu kawanan dan satu gembala.

Menjelang pekan suci ini, Tuhan melalui SabdaNya mengajak kita untuk bersatu dengan Tuhan Yesus yang merelakan diriNya sebagai tebusan bagi banyak orang, dan kita sebagai umat Tuhan bersatu sebagai orang yang sudah dikuduskan dalam sakramen pembaptisan. Boleh dikatakan bahwa Tuhan menghendaki supaya perintah baru, dalam hal ini kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama benar-benar diwujudkan dalam hidup setiap hari. Mengikuti Kristus berarti bersatu denganNya sama seperti Ia bersatu dengan Bapa dan bersatu dengan sesama, sama seperti Kristus bersatu dengan GerejaNya.

Tuhan melalui nabi Yehezkiel bernubuat: “Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka.” (Yeh 37:21). Tuhan berjanji untuk mengumpulkan bukan untuk memisahkan atau mencerai-beraikan umat manusia. Hanya kesombongan manusialah yang dapat memisahkan persaudaraannya. Hanya egoisme berlebihan yang menghacurkan persekutuan dan persaudaraan umat manusia. Inilah yang terjadi di mana-mana di belahan dunia ini.

Tuhan juga berniat untuk menjadikan Israel sebagai satu bangsa dan satu raja yang memimpin mereka di gunung Tuhan. Pada waktu itu ada dua Kerajaan di tanah Israel yakni Kerajaan Yudea di Yerusalem dan Kerajaan Israel di Samaria. Kedua kerajaan ini hancur dan menjadi tawanan bagi bangsa-bangsa asing yakni bangsa-bangsa Asyur dan Babel karena kesombongan mereka di hadirat Tuhan. Mereka menyembah berhala kepada dewa-dewa asing bukan kepada Yahweh, Allah nenek moyang mereka. Tetapi Tuhan Allah itu mahabaik. Ia akan melepaskan mereka semua dari penyelewengan ini dan semuanya menjadi satu untuk menyembahNya sebagai Allah dalam Roh dan Kebenaran. Mereka akan menjadi umat baru dan Yahwe akan menjadi Allah mereka.

Tuhan akan memberikan tanah sebagai tempat untuk tinggal dan berkarya. Daud akan menjadi raja bagi Israel dan mereka akan memiliki satu gembala saja. Tuhan juga akan mengadakan sebuah perjanjian yang baru dengan Bangsa Israel dan memberkati mereka serta membuat mereka menjadi banyak. Satu tempat kudus akan diberikan Tuhan bagi mereka untuk selama-lamanya. Dengan demikian semua bangsa akan percaya kepada Tuhan dan tempat kudusNya di tengah-tengah mereka.

Perikop kita ini menggambarkan betapa Allah sangat mengasihi manusia. Orang-orang berdosa karena kesombongan dan menyembah berhala diampuniNya. Ia mempersatukan mereka sebagai satu kawanan dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat kudusNya. Tuhan juga melakukan hal yang sama, setiap kali kita berkumpul dan berekaristi bersama. Kita semua yang berbeda-beda tetapi menjadi satu dalam rumah Tuhan, mendengar sabda yang sama dan ikut menerima satu Tubuh dan Darah yang sama. Tuhan tidak menghendaki perpecahan tetapi persekutuan.

Nabi Yeremia dalam Mazmur Tanggapan mengingatkan kita akan persekutuan yang dikehendaki Tuhan. Semua orang yang berbeda-beda akan menjadi satu kawanan dan satu gembala. Akan ada sukacita yang besar karena kuasa Tuhan melingkupi mereka semua. Tuhan juga melakukan hal yang sama kepada semua orang yang berharap kepadaNya. Ia menghendaki agar semua orang dikumpulkan dalam satu kawanan dan satu gembala. Gereja kita membuktikan dirinya sebagai satu persekutuan umat Allah. Sifatnya adalah satu.

Peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dalam Injil Yohanes membawa dampak yang besar terutama pandangan para pemimpin Yahudi terhadap Yesus. Peristiwa ini sangat memukau banyak orang di sana. Banyak juga yang percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi ada juga yang tidak percaya kepadaNya. Mereka malah bertemu dengan kaum Farisi dan menceritakan segala sesuatu yang sudah Tuhan Yesus lakukan. Pertemuan bersama dilakukan oleh para imam kepala dan orang-orang Farisi serta para pemuka agama untuk membahas mukjizat yang dilakukan Yesus ini. Alasannya sederhana: kalau Yesus tidak dibunuh maka semua orang akan digiring untuk bersamaNya dan kaum Romawi akan datang dan menguasai mereka beserta tempat-tempat kudus.

Kayafas adalah Imam Besar pada masa itu berkata: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh 11:49-50). Perkataan Kayafas ini memiliki nilai profetis yang tinggi. Tuhan Yesus adalah satu-satunya orang yang akan mati untuk seluruh bangsa Israel. Dari sinilah muncul kesepakatan untuk membunuh Yesus.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk melihat Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Ia akan mati satu kali untuk selama-lamanya bagi kita semua. Ia mengorbankan diriNya untuk mempersatukan semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Inilah Pekerjaan yang sudah diserahkan Bapa kepadaNya yaitu bahwa semua orang akan bersatu dan dikuduskan olehNya. Ia menebus kita dengan darahNya yang mulia. Ia mempersatukan kita sebagai satu kawanan yang kudus dan Dialah satu-satunya gembala yang baik. Terima kasih Tuhan Yesus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply