Food For Thought 16 Mei 2015: Dukacita akan menjadi Sukacita

Dukacita mendahului Sukacita

cuore immacolatoBunda Maria mengikuti Yesus Putranya dalam jalan salib. Ia menjumpai Yesus Putranya dalam perjalanan itu. Tentu saja hatinya sangat pedih karena Anaknya tidak bersalah tetapi dijadikan bersalah demi keselamatan manusia. Ketika tiba di bukit Golgota, Bunda Maria bersama Yohanes dan Maria Magdalena menyaksikan banyak hal tentang Yesus:

Pertama, Pakaian Tuhan Yesus ditanggalkan. Raja segala Raja ditelanjangi di hadapan manusia yang berdosa. Tubuhnya yang berdarah-darah menjadi tontonan manusia yang berdosa dan tidak tahu malu.

Kedua, Tuhan Yesus dipaku di kayu salib. Tubuh-Nya yang sudah lemah karena kekerasan fisik yang dialami-Nya, kini ditambah lagi dengan paku-paku tajam yang ditancapkan ke tangan dan kaki-Nya. Tali penahan diikat di kedua lengan-Nya yang semakin lemah. Tangan-Nya yang terlentang seakan memeluk semua orang yang menuju kepada-Nya, memandang dan mengasihi-Nya sama seperti Ia lebih dahulu mengasihi.

Ketiga, Tuhan Yesus diberi minuman anggur asam. Ini merupakan sebuah pengalaman yang keras. Ketika tubuh-Nya semakin lemah, Dia butuh air untuk meneguhkan dahaga-Nya, tetapi yang diberikan bukanlah air. Anggur asam merupakann simbol kejahatan manusia yang ditanggung-Nya.

Keempat, Lambung Yesus ditikam dengan kejam oleh algojo. Ketika itu darah dan air keluar dari lambung-Nya. Darah dan air melambangkan kuasa sakramen-sakramen di dalam Gereja sebagai tanda yang menguduskan. Darah dan air memberi hidup baru kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Kelima, Jenasah Yesus diturunkan dari salib, dipangku oleh Bunda Maria sebelum dikuburkan. Tuhan Yesus wafat di kayu salib supaya kita juga ikut wafat bersama Dia. Kita memang ikut wafat karena dosa-dosa yang sadar atau tidak sadar dibuat setiap saat.

Keenam, Dukacita berlalu begitu cepat karena sukacita akan muncul. Kebangkitan-Nya merupakan sebuah sukacita yang besar. Bunda Maria dan para murid-Nya memang mengalami kesedihan tetapi kesedihan itu berubah menjadi sukacita karena kebangkitan-Nya.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan betapa Bunda Maria ikut merasakan penderitaan bersama Yesus Putranya. Ia berdukacita tetapi dukacitanya berubah menjadi sukacita. Sukacita ini disebarkan oleh Bunda Maria di antara para murid Yesus dan masih terasa di dalam Gereja.

Belajar dari pengalaman Bunda Maria ini, baiklah kita juga belajar untuk melihat penderitaan dan kemalangan sebagai kesempatan untuk matang dalam iman. Kita butuh menderita supaya kita bisa memahami makna terdalam dari kasih. Allah sendiri mengasihi dengan menghendaki supaya Putra-Nya menderita. Allah juga menghenaki supaya Maria berdukacita mendahului sukacita. Terima kasih Bunda Maria.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply