Homili 16 Mei 2015

Hari Sabtu, Pekan Paskah VI
Kis. 18:23-28
Mzm. 47:2-3,8-9,10
Yoh. 16:23b-28

Yesuslah Pengantara Allah dan Manusia

Fr. JohnApakah anda pernah menyadari bahwa setiap kali mengakhiri doa-doa yang diarahkan kepada Bapa secara pribadi dan komunitas selalu menggunakan kalimat ini: “Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami”. Tentu saja kalimat ini mengandung kebenaran ilahi karena Yesus adalah satu-satunya Pengantara (mediator) antara Allah dan kita sebagai manusia. St. Paulus dalam suratnya kepada Timotius menulis: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” (1Tim 2:5-6). Bagaimana dengan para kudus? Para kudus berperan sebagai perantara (intercessor) doa dan harapan kita kepada Tuhan Allah melalui Yesus Putra-Nya. Yesus tetaplah sebagai satu-satunya Pengantara, kedudukan-Nya lebih tinggi dari pada para kudus sebagai perantara. Boleh dikatakan bahwa Perantara itu “nunut” pada Pengantara kepada Allah. Jadi kalau kita berdoa dengan perantaraan Bunda Maria dan para kudus di surga, mereka ini pasti harus menyampaikannya melalui Yesus sebagai satu-satunya Pengantara yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus menjanjikan Roh Penghibur, mengatakan suka dan duka yang akan dialami oleh setiap murid dan bagaimana para murid-Nya membangun relasi dengan Bapa di Surga. Bagi Yesus, untuk bisa membangun relasi kasih dengan Bapa maka Dialah Pengantaranya. Ia berkata: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” (Yoh 16 23-24). Perkataan Yesus ini mengandaikan bahwa Yesus nanti sudah tidak ada bersama-sama dengan mereka, tidak ada kehadiran secara fisik seperti yang para murid rasakan saat itu. Pada saat itulah, Ia akan menjadi Pengantara karena apa saja yang mereka minta kepada Bapa dalam nama-Nya akan diberikan kepada mereka. Dengan meminta apa yang dibutuhkan kepada Bapa dalam nama Yesus maka suka cita para murid menjadi penuh.

Lebih lanjut Yesus berkata: “Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” (Yoh 16:26-28). Perkataan Yesus ini tetap berlaku di dalam Gereja, di dalam diri setiap orang yang dibaptis. Artinya bahwa setiap kali kita berdoa kepada Bapa dan memohon segala sesuatu yang kita butuhkan atau menyatakan syukur dan pertobatan kita selalu dalam nama Yesus Putra-Nya. Yesus telah datang dari Bapa akan kembali kepada Bapa. Dia tetaplah menjadi satu-satunya Pengantara kita.

Perikop Injil yang kita baca dan dengar bersama hari ini sebenarnya mengatakan kepada kita tentang bagaimana Yesus menjelaskan rahasia kehidupan-Nya sebagai Putra Allah. Allah Bapa adalah asal sekaligus menjadi tujuan akhir segala sesuatu. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia berasal dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa (Yoh 16:28). Ini adalah kebenaran sejati. Yesus sungguh-sungguh Putra Allah berasal dari Bapa dan kembali kepada-Nya. Kita pun akan merasakan hal yang sama. Tuhan amat mengasihi kita maka kita akan kembali kepada-Nya.

Disamping kita mengenal Yesus sebagai satu-satunya Pengantara kita dengan Bapa, kita semua juga diingatkan hari ini untuk menghayati kehidupan doa. Kita menyampaikan doa-doa permohonan, syukur, pengampunan kepada Bapa selalu dalam nama Yesus Kristus. Dari Yesus sendiri kita banyak belajar tentang doa. Ia sebagai Putra Allah masih memiliki kesempatan untuk berdoa semalam-malaman. Dia juga yang mengajar para murid-Nya untuk berdoa dengan menyapa Allah sebagai Bapa kita bersama. Bagaimana kehidupan doamu? Banyak di antara kita yang berdoa kalau ia lagi butuh sesuatu, ada juga yang selalu lupa bersyukur.

St. Paulus melanjutkan perjalanan misionernya dari Antiokhia dan menjelajahi  seluruh tanah Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati para murid di sana. Di Efesus, tampil seorang Yahudi dari Alexandria. Keunikan Apolos ialah ia fasih berbicara dan mahir dalam hal-hal menyangkut Kitab Suci. Ia mengenal Yesus dan mengajarkannya tetapi sayang sekali karena ia hanya mengenal pembaptisan Yohanes. Untunglah bahwa Priskila dan Akwila bisa mendekati dan meluruskan pengajarannya. Dia menyeberang ke Akhaya untuk menghadirkan Yesus di sana sehingga banyak orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias.

Apolos adalah pribadi yang menyukai tantangan. Dengan pemahaman Kitab Suci yang bagus maka berani mempertanggungjawabkan imannya. Ia dengan tak jemu-jemunya membantah orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus sungguh-sungguh Mesias. Semua ini karena kasih karunia kepada Allah yang turun atasnya. Mari kita juga berani mempertanggungjawabkan iman kita. Tentu saja kita bisa melakukan itu kalau selalu bersatu dengan Yesus Kristus. Dialah satu-satunya penyelamat kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply