Homili 15 Agustus 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa XIX
Yos. 24:14-29
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,11
Mat. 19:13-15.

Janganlah anda menjadi penghalang!

Fr. JohnSaya pernah mengikuti upacara tahbisan para imam dari sebuah tarekat hidup religious. Bapak Uskup Pentahbis memberikan sebuah homili yang sederhana, singkat dan mengena sum-sum kehidupan pribadi seorang imam. Ia mengharapkan agar para imam mengumat, memiliki semangat pastoral gembala baik seperti Yesus sendiri. Dalam kaitan dengan hidup mengumat sebagai seorang imam, Bapa Uskup mengharapkan supaya para imam janganlah menjadi penghalang bagi umat untuk berjumpa dengan Tuhan Allah. Bapak Uskup tidak menjelaskan lebih dalam apa artinya menjadi penghalang bagi umat. Namun menjadi sebuah refleksi kritis bagi kami semua yang mendengar pewartaan gembala umat ini. Seorang imam berkomentar, mungkin Bapak Uskup tahu bahwa para imamnya belum menjadi gembala yang baik, dan hidup pribadi mereka bisa menghalangi umat gembalaannya untuk berjumpa dengan Tuhan. Misalnya ada imam yang bergaya hidup borjuis, orang kaya baru (okb) di dalam gereja, jarang mengunjungi umatnya tetapi berada di pastoran untuk berinternet atau ber-gadget meriah. Selalu tidak memiliki waktu untuk menjumpai umat terutama mereka yang sangat membutuhkan pelayanannya.

Bacaan Injil mengadirkan sosok Yesus yang menyempatkan diri untuk memberkati anak-anak. Mereka itu dibawa oleh para orang tua kehadapan Yesus seraya memohon berkat-Nya. Ia meletakkan tangan-Nya yang kudus ke atas mereka dan mendoakan mereka satu persatu. Reaksi datang dari para murid-Nya. Mereka memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil itu. Maksud mereka memang baik karena mereka mau menjaga ketenangan bersama. Terhadap sikap para murid ini, Tuhan Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 19:14). Tuhan Yesus juga melatakkan tangan-Nya atas mereka.

Saya tertarik dengan kalimat ini: Janganlah anda menjadi penghalang bagi umat yang mau berjumpa dengan Tuhan Yesus. Kita harus jujur dengan diri kita sendiri karena mungkin pernah menghalangi orang-orang untuk berjumpa dengan Tuhan. Mungkin bukan hanya menghalangi anak-anak kecil tetapi menghalangi orang-orang dewasa melalui sikap dan tingkah laku yang menjerumuskan ke dalam dosa. Bisa saja karena sama-sama berbuat dosa yang sama. Dalam bertutur kata secara lisan dan verbal, orang bisa menjadi penghalang bagi sesama untuk berjumpa dengan Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita diingatkan oleh Tuhan Yesus untuk terbuka dan menerima semua orang apa adanya. Orang-orang kecil itu adalah yang empunya Kerajaan Surga. Tantangan bagi kita adalah apakah kita memilih orang-orang tertentu saja atau semua orang menjadi sesama dan saudara kita. Kedua, Janganlah kita menjadi penghalang bagi orang-orang yang datang kepada Yesus. Penghalang bisa juga merupakan batu sandungan, skandal tertentu yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar, yang bisa menjauhkan orang dari Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply