Homili 20 Oktober 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef 3: 14-21
Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19
Luk 12:49-53

Tuhan pasti sanggup

imageKita mengawali semua kegiatan harian kita dengan sebuah antifon yang indah dari Kitab Mazmur: “Rencana Tuhan tetap selamanya, rancangan hati-Nya turun temurun. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya” (Mzm 33:11-12). Pikiran dan hati kita dibuka oleh Tuhan untuk memahami rencana-Nya yang kekal, dan rancangan hati-Nya turun temurun. Kita semua percaya bahwa Tuhan sudah menciptakan langit dan bumi. Ia menciptakan manusia sesuai dengan citra-Nya sendiri dan memberi kuasa kepada manusia untuk memperhatikan segala ciptaan-Nya. Tuhan juga menghendaki agar manusia setia melakukan kehendak-Nya sebab rencana dan rancangan hati-Nya adalah kekal. Cinta kasih dan kerahiman-Nya berlangsung turun temurun, kepada semua generasi manusia. Sebab itu manusia patut berbahagia karena kasih karunia yang Tuhan berikan dalam setiap saat kehidupannya.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan wejangan St. Paulus kepada jemaat di Efesus. Setelah mengatakan dirinya sebagai seorang rasul yang paling hina dari semua orang kudus, ia mengangkat hati dan dan pikirannya kepada Tuhan karena kasih karunia melimpah yang diterimanya sebagai pewarta sabda Tuhan. Kasih karunia Allah telah mendorongnya untuk mewartakan injil kepada bangsa-bangsa asing atau bangsa bukan Yahudi. Mereka menerima pewartaan Paulus dengan sukacita dan mengikuti Tuhan Yesus Kristus.

Apakah Paulus merasa puas dengan pelayanannya sebagai rasul? Tentu saja Paulus merasa puas dengan pelayanannya. Ia menunjukkan kepuasan pelayanannya dengan berdoa bagi jemaat di Efesus. Ia mengaku bersujud di hadapan Bapa, pokok segala keturunan di surga dan di bumi. Segala doa permohonannya diarahkan kepada Bapa di surga. Apa isi doa dari Paulus bagi jemaat di Efesus?

Pertama, Paulus berdoa supaya Tuhan meneguhkan jemaat oleh Roh Kudus dalam bathin mereka supaya karena iman, Tuhan Yesus Kristus boleh menetap dalam hati mereka dan dengan demikian mereka semua juga memiliki satu fondasi yang kuat yakni kasih. Isi doa pertama ini bersifat Trinitaris karena diarahkan oleh Paulus kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Dengan demikian harapannya adalah supaya iman jemaat menjadi kuat dalam kasih.

Kedua, Paulus berdoa supaya jemaat bersama para kudus dapat memahami misteri kasih Kristus. Jemaat di Efesus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya, betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus. Kita dapat mengenal kasih meskipun melampaui segala pengetahuan manusiawi kita.

Ketiga, Paulus berdoa supaya jemaat di Efesus sungguh-sungguh dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Baginya, Allah sanggup melakukan jauh lebih Banyak dari pada yang kita doakan atau kita pikirkan, seperti ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam diri kita. Sebab itu, bagi-Nya segala kemuliaan di dalam jemaat dan dalam Yesus Kristus turun temurun sampai selama-lamanya.

Doa-doa permohonan Paulus ini sangat bermakna bagi kehidupannya. Ini merupakan ungkapan puji dan syukurnya kepada Tuhan bagi jemaat yang dikasihnya. Ia percaya bahwa Tuhan pasti sanggup mendengar dan mengabulkan doa-doa permohonannya. Pertanyaan bagi kita saat ini: apakah anda berdoa? Apakah doa merupakan sebuah kebutuhan? Berdoa berarti kita mengangkat hati dan budi kita hanya kepada Allah sendiri saja. Ini berarti dalam situasi apa saja kita tetap berdoa. Tidak ada alasan bagi kita untuk membenarkan diri supaya tidak berdoa.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya tentang tujuan ia datang ke dunia. Ia datang untuk melemparkan api ke bumi dan Ia berharap supaya api itu selalu menyala. Tuhan Yesus melemparkan api merujuk pada pengadilan terakhir di mana api berguna untuk memurnikan umat manusia (Yes 66:15-16; Yeh 38:22). Ada orang berpendapat bahwa api itu merupakan simbol Sabda Tuhan yang menimbulkan pertentangan dan pemisahan seperti perkataan para nabi (Yer 5:14; Sir 48:1). Api menjadi simbol Roh Kudus. Yesus yang bangkit dari alam maut mengurapi para rasul-Nya dengan Roh Kudus pada hari raya Pentekosta (Kis 2:1-13).

Yesus berkata: “Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum itu berlangsung”. Ia menyadari bahwa akhir hidup-Nya adalah sebuah penderitaan dan kematian. Ia sedang menuju ke Yerusalem dan di sana rencana Allah Bapa menjadi nyata di dalam diri-Nya. Baptisan yang diterima adalah penderitaan dan kematian yang akan dialami-Nya. Hal yang sama terjadi bagi manusia sebelum pengadilan terakhir. Yesus sudah mengatakan hal ini kepada anak-anak Zebedeus (Mrk 10:38). Kini Ia akan menyempurnakan kehendak Bapa untuk menyelamatkan manusia melalui misteri Paskah-Nya.

Pada akhirnya Yesus mengatakan bahwa Ia datang ke dunia bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan. Damai adalah anugerah Mesianis. Ketika seorang menolak Injil, berarti ia menolak Yesus sendiri. Penolakan ini bisa terjadi di dalam keluarga di mana akan ada pertentangan satu sama lain. Para murid Yesus akan mengalami penolakan. Banyak di antara mereka menjadi martir. Perkataan Yesus ini menjadi nyata kelak di mana banyak orang menjadi martir.

Tuhan pasti sanggup mengatasi segala persoalan yang di hadapi oleh manusia (Gereja). Banyak kesulitan yang dihadapi oleh Gereja dari dulu hingga sekarang, namun Tuhan tetap menunjukkan kasih dan kesetiaan-Nya. Ia sendiri berjanji untuk tetap menyertai Gereja hingga akhir zaman. Tuhan tetap sanggup mengatasi segala persoalan hidup anda dan saya. Hal yang penting adalah kita tetap percaya kepada-Nya. Kita berdoa tak jemu-jemu kepada-Nya. Berdoa berarti mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan budi kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply