Homili 15 Februari 2017

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-VI
Kej 8:6-13.20-22
Mzm 116:12-13.14-15.18-19
Mrk 8:22-26

Kasih dan kerahiman Tuhan tidak berubah!

Manusia adalah ciptaan yang sangat berharga di mata Tuhan. Ini kiranya kesan pertama yang kita ketahui ketika membaca kisah penciptaan dunia dan isinya. Tuhan menciptakan manusia dan memberi tugas kepadanya untuk menjadi administrator bagi segala ciptaan yang lain. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa manusia pertama jatuh dalam dosa. Sebab itu mereka harus bekerja keras untuk bertahan hidup, akan mengalami banyak penderitaan hingga kematian menjemput. Semua ini merupakan akibat dari dosa asal yang dilakukan oleh manusia pertama. Kitab Kejadian bersaksi bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda tetapi manusia harus berusaha untuk menguasainya (Kej 4:7). Godaan bagi manusia untuk jatuh ke dalam dosa akan tetap ada selagi manusia masih hidup.

Lalu apa reaksi Tuhan bagi manusia yang selalu jatuh dalam dosa yang sama. Tuhan berencana untuk membaharui segala ciptaan. Ia menurunkan hujan dari langit ke atas bumi selama empat puluh hari dan empat puluh malam (Kej 7:4). Nuh beserta keluarganya masuk ke dalam bahtera dan mereka semua dilindungi Tuhan dari air bah. Sedangkan makhluk-makhluk yang lain semuanya tewas. Setelah empat puluh hari Nuh melepaskan seekor burung gagak, kemudian melepaskan seekor burung merpati. Seminggu kemudian ia melepaskan lagi seekor burung merpati dan ketika kembali ia membawa sehelai daun zaitun. Nabi Nuh sadar bahwa air bah sudah surut. Ia pun menunggu sampai air bah benar-benar surut sehingga dapat keluar dari dalam bahteranya.

Pengalaman selama empat puluh hari dan empat puluh malam mini membuat Nuh sadar akan kasih dan kerahiman Tuhan. Manusia memang jatuh dalam dosa namun kasih dan kerahiman Tuhan tidak berubah sama sekali. Di dalam hati-Nya ada kasih dan pengampunan berlimpah. Nuh menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya dengan mempersembahkan kurban bakaran di atas mezbah yang disiapkannya. Tuhan memandang kurban persembahan Nuh dan menerimanya. Ia berkata: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kej. 8:21-22).

Perkataan Tuhan ini memang luar biasa. Manusia boleh jatuh dalam dosa, mengulangi dosa yang sama, namun Tuhan tetaplah kasih. Ia tidak mengutuk bumi karena manusia yang berdosa. Tuhan berjanji untuk tidak membinasakan segala yang hidup. Kita dapat membayangkan betapa Tuhan itu maharahim kepada manusia yang berdosa. Ia berusaha untuk melupakan dosa-dosa manusia. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan wajah kerahiman Allah. Ia berkeliling dan berbuat baik dengan mewartakan Injil dan me nyembuhkan banyak orang sakit.

Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus menyembuhkan seorang yang buta. Orang-orang percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkannya. Mereka membawanya kepada Yesus dan memohon supaya Yesus menyembuhkannya. Yesus menyembuhkan orang buta ini dengan cara yang unik. Ia memegang tangan orang buta, membawanya ke luar kampung, meludahi mata si buta dan meletakkan tangan di atasnya. Orang buta itu mengakami kesembuhan secara bertahap, dari melihat bayang-bayang saja hingga melihat dengan jelas. Orang buta itu dapat melihat terang.

Ketika kita jatuh dalam dosa, kita memang menjadi buta meskipun memiliki mata. Kita jatuh ke dalam dosa berarti kita menyukai kegelapan. Kehadiran Yesus secara pribadi di dalam hidup kita, membawa terang yang luar biasa untuk menerangi kegelapan hidup kita. Kita membutuhkan jamahan tangan-Nya yang menguatkan dan menyembuhkan. Biarlah Ia membuka mata yang buta untuk melihat terang. Kita berusaha untuk memberi diri kita, membawa terang kepada sesame yang lain.

Pada hari ini mata kita yang buta ini juga dibuka oleh Tuhan untuk melihat sesama yang sangat membutuhkan. Tuhan juga menghendaki supaya kita menjadikan tangan kita, pekerjaan-pekerjaan kita menjadi berkat bagi sesama yang lain. Mari kita luangkan waktu sejenak, memberikan waktu, bakat dan kemampuan kita bagi sesama yang sangat membutuhkan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply