Homili 9 Juni 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa IX
Tb 11:5-14
Mzm 146: 2abc.7.8-9a.9bc-10
Mrk 12:35-37

Aku melihat cahaya!

Saya memiliki seorang sahabat yang pernah menderita penyakit mata katarak. Ia pernah merasa bahwa lensa matanya menjadi keruh dan buram sehingga mengakibatkan penglihatannya menurun. Banyak kali ia mengeluh kepada Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan sudah membiarkan matanya perlahan menjadi buta sehingga ia tidak melihat kebesaran-Nya. Ia menjadi seorang buta yang tidak berguna lagi bagi Tuhan dan sesama. Saya mendengar keluhannya ini dan mengatakan kepadanya bahwa Tuhan akan datang dan menolongnya asal saja ia percaya kepada-Nya. Ia mengatakan bahwa ia tetap percaya kepada Tuhan hanya masih merasa kecewa dengan kondisi fisik yang ada. Saya mengatakan kepadanya bahwa Tuhan akan segera menolongnya. Beberapa bulan kemudian ada kunjungan para dokter dari sebuah rumah sakit untuk kegiatan bakti sosial dalam rangka ulang tahun berdirinya rumah sakit itu. Salah satu bentuk bakti sosialnya adalah mengadakan operasi katarak gratis kepada para pasien. Ia mendapat informasi kegiatan amal ini, mendaftarkan diri dan dioperasi hingga sembuh total. Ia bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan menyembuhkannya melalui tangan para dokter yang menunjukkan belas kasih Tuhan kepadanya.

Pengalaman sahabat ini adalah pengalaman dari banyak di antara kita. Banyak kali kita mudah mengeluh ketika mengalami sakit penyakit tertentu. Banyak kali kita menjauh dari Tuhan karena persoalan-persoalan tertentu dalam hidup kita, entah persoalan kecil atau besar. Padahal Tuhan kita jauh lebih agung dari pada segala persoalan hidup yang sedang kita alami. Dia justru tetap menyertai kita hingga akhir zaman. Masalahnya adalah mengapa masih banyak di antara kita yang meragukan kasih dan kerahiman-Nya?

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah keluarga Tobit. Putranya Tobia yang barusan menikah dengan Sara, puteri Raguel, ditemani oleh malaikat Rafael kembali ke rumah Tobit ayahnya. Hana, ibu Tobia duduk sambil memperhatikan ke arah jalan yang akan ditempuh Tobia dan malaikat Rafael. Memang sebagai seorang ibu, ia memiliki firasat yang tajam tentang kembalinya Tobia anaknya ke rumah. Hana bahkan mengatakan kepada Tobit: “Sungguh anakmu tengah datang, dan juga orang yang menyertainya”. Ternyata Tobia dan malaikat Rafael sudah kelihatan di jalan ke arah rumah mereka. Hanna bergegas dan mendekap anaknya. Dengan penuh kasih Hana berkata: “Setelah engkau kulihat, anakku, sekarang aku dapat mati!” Hana dan Tobit adalah orang tua yang memiliki kerinduan yang besar akan kehadiran anak mereka. Anak adalah tanda kasih yang diberikan Tuhan Allah kepada para orang tua di dalam keluarga manusia. Orang tua memiliki kecemasan tersendiri terhadap anak-anak mereka seperti Bunda Maria dan St. Yusuf cemas mencari Yesus yang hilang di dalam Bait Allah.

Sementara itu, Malaikat Rafael mengatakan kepada Tobia bahwa Tobit ayahnya akan sembuh dari penyakit yang membutakannya selama ini. Caranya penyembuhannya adalah Tobia perlu mengoles empedu ikan pada mata ayahnya. Obat ini akan meresap ke dalam matanya sehingga menyebabkan bintik-bintik putih dari matanya akan terkelupas. Dengan demikian mata ayahnya akan sembuh dan dapat melihat cahaya. Maka ketika Tobia melihat ayahnya, ia mengambil empedu ikan, menghampiri ayahnya dan menggosok empedu ikan ke dalam mata ayahnya. Setelah beberapa saat ia mengelupaskan sesuatu di ujung mata ayahnya. Tobiat pun menjadi sembuh dan berbahagia karena dapat melihat anaknya. Ia berkata: “Aku melihat engkau anakku, cahaya mataku”. Satu hal lagi yang kita pelajari dari keluarga Tobit ini adalah mereka melihat anak sebagai cahaya mata. Artinya anak benar-benar buah hati, tanda kasih yang luar biasa di dalam keluarga.

Tobit tidak hanya berhenti pada peristiwa melihat kembali atau matanya sembuh total. Ia juga menunjukkan imannya dengan bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan anugerah kesembuhannya. Inilah doa yang disampaikan Tobit kepada Tuhan: “Terpujilah Allah, terpujilah nama-Nya yang besar, terpujilah para malaikat-Nya yang kudus. Hendaklah nama Tuhan yang besar ada di atas kita dan terpujilah hendaknya segala malaikat untuk selama-lamanya. Sungguh aku telah disiksa oleh Tuhan, tetapi kulihat anakku Tobia!” (Tb 11:14).

Kisah keluarga Tobit ini luar biasa. Ada penderitaan dan kemalangan yang mereka alami namun mereka tetapi percaya bahwa pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Semua persoalan hidup dapat di atasi kalau kita sungguh percaya sebagaimana Tobit dan Hanna percaya kepada Tuhan. Kisah ini meneguhkan para orang tua untuk tetap setia menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Orang tua melihat anak-anak sebagai cahaya mata. Anak-anak menerangi hidup orang tuanya. Di pihak anak-anak, kita belajar dari Tobia yang menunjukkan teladan yang luar biasa dengan menolong ayahnya supaya sembuh. Keluarga Tobit sangat inspiratif bagi keluarga-keluarga masa kini.

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bahwa Tuhan Yesus sedang mengajar di Bait Allah. Ia mewahyukan diri sebagai Tuhan atas langit dan bumi. Para ahli Taurat mengatakan bahwa Mesias adalah Anak Daud, tetapi Ia sendiri mengatakan bahwa Daud sendiri menyapa-Nya sebagai Tuanku. Artinya Daud menyapa Mesias sebagai Tuan bukan sebagai anak. Perkataan Yesus ini memukau banyak orang. Mereka mendengar Yesus dengan penuh minat. Kata kunci bacaan Injil hari ini adalah bagaimana kita dapat mendengar Yesus dengan penuh minat.

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan karena Sabda-Nya memiliki daya transformatif yang luar biasa, baik kepada kita secara pribadi maupun kepada keluarga dan komunitas. Apakah para orang tua melihat anaknya sebagai cahaya matanya? Apakah kita semua yang percaya kepada Tuhan Yesus juga mendengar-Nya dengan penuh minat?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply