Homili 10 Juni 2017

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-IX
Tob 12:1.5-15.20
MT (Tob) 13:2.6.7.8
Mrk 12:38-44

Berani bermurah hati!

Ada seorang ayah selalu menasihati anak-anaknya untuk bermurah hati kepada sesama yang lain. Ia selalu mengulangi nasihat yang sama kepada anak-anaknya. Pada suatu kesempatan anak bungsunya bertanya kepada ayahnya: “Ayah, mengapa selalu mengulangi nasihat yang sama supaya kami dapat mengasihi sesama yang lain?” Ayahnya menjawab: “Nak, keluarga kita boleh bahagia sekarang karena sebelumnya ada orang lain yang memperhatikan kita. Ayah dapat bekerja karena pertolongan orang lain yang tidak kamu kenal.” Anak bungsu itu mengangguk dan berjanji dalam hati untuk tetap memperhatikan sesamanya. Nasihat sang ayah ini sederhana namun memiliki kekuatan yang luar biasa. Anak-anak di dalam keluarga ini bertumbuh dalam kasih. Pengalaman kasih inilah yang mampu ditularkan kepada sesama yang lain. Kebiasaan yang baik di dalam keluarga akan menghasilkan buah kebaikan dalam hidup pribadi setiap anggota keluarga.

Pada hari ini kita berjumpa lagi dengan keluarga Tobit. Dikisahkan bahwa setelah perayaan nikah Tobia dan Sara, Tobit menunjukkan kepekaannya dengan menaruh perhatian dan kasih sayangnya kepada Malaikat Rafael yang menemani perjalanan Tobia. Tobit menasihati Tobia supaya memberikan upah kepada Rafael, bahkan ia berharap supaya Tobia menambahkan upahnya itu. Tobia patuh kepada ayahnya, maka ia memanggil Rafael dan berkata: “Ambilah sebagai upahmu separuh dari segala sesuatunya yang kaubawa waktu datang, lalu engkau boleh pergi dengan selamat.” (Tob 12:5). Di sini kita melihat figgir inspiratif dari Tobit kepada anaknya Tobia untuk tahu bersyukur. Ini adalah pendidikan nilai dari orang tua yang ditanamkan dalam diri anak-anak supaya bermurah hati.

Apa reaksi dari Rafael terhadap sikap Tobit kepada Tobia? Ketika itu Rafael memanggil Tobit dan Tobia untuk menasihati mereka supaya berfokus kepada Tuhan Allah bukan kepada dirinya. Inilah nasihat-nasihat dari malaikat Rafael kepada Tobit dan Tibia: “Pujilah Allah dan muliakanla Dia di depan mata semua orang yang hidup karena segala anugerah yang telah diberikanNya kepad kamu. Pujilah namaNya dan bernyanyi-nyanyilah kepadaNya. Wartakanlah kepada segala manusia perbuatan-perbuatan Allah sebagaimana layaknya. Jangan berayal memuliakan Dia. Memang baiklah rahasia raja disembunyikan, tetapi pantaslah perbuatan Allah disingkapkan dan dimuliakan. Lakukanlah yang baik, niscaya malapetaka tidak akan menimpa kamu. Lebih baiklah doa benar dan sedekah jujur daripada kekayaan yang lalim. Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa. Orang yang melakukan sedekah akan menjadi puas dengan umurnya. Sebaliknya, orang yang berbuat dosa dan lalim menjadi seteru hidupnya sendiri. Segenap kebenaran hendak kuwartakan kepada kamu dan tidak kusembunyikan apa-apa terhadap kamu. Sudah kutandaskan kepadamu: Baiklah rahasia raja disembunyikan, tetapi pantaslah perbuatan Allah disingkapkan. Makanya, ketika engkau dan Sara berdoa maka ingatan akan doamu itu kusampaikan ke hadapan kemuliaan Tuhan. Dan demikianpun waktu engkau menguburkan orang-orang mati. Ketika engkau tidak ayal-ayalan dan bangkit serta meninggalkan makananmu untuk pergi mengapani mayat itu, maka aku diutus untuk mencobai engkau. Lagipula aku diutus oleh Allah untuk menyembuhkan baik engkau sendiri maupun Sara, menantumu. Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia. Oleh sebab itu, pujilah Tuhan di atas bumi dan muliakanlah Allah! Camkanlah! Aku naik kepada Dia yang telah mengutus aku. Tuliskanlah semuanya yang telah terjadi pada kamu.” (Tob 12:6-15.20).

Tuhan sungguh baik dan sangat baik. Ia mengutus malaikat Rafael untuk mendampingi dan meneguhkan manusia yang sedang dilanda banyak kesulitan. Pada saat yang sama, Tobit menunjukkan kepekaannya yang tinggi sehingga ia meminta anaknya Tobia untuk berbagi kasih kepada Rafael. Rafael sendiri menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada manusia. Sebab itu ia merasa diri tidak layak untuk menerima pujian, tetapi membawa Tobit dan Tobia kepada Tuhan supaya mereka sendiri dapat memuji dan memuliakan Tuhan. Rafael membuka kesadaran Tobit dan Tobia untuk selalu memuji dan memuliakan Allah di hadapan semua orang yang hidup karena semua anugerah yang sudah Tuhan limpahkan kepada mereka. Nama Tuhan patut dipuji dan nyanyian pujian tertuju hanya kepada Tuhan di Surga.

Dalam bacaan pertama ini, kita mendengar bagaimana Tuhan turut bekerja dalam mendampingi anak-anak-Nya yang sedang dalam kesulitan. Tobit dan Sara disembuhkan secara ajaib oleh tangan Tuhan. Tobit mengalami kebutaan tetapi disembuhkan oleh Tuhan. Hanna merasa bahagia kembali ketika berjumpa dengan anaknya Tobia. Sara sedang kerasukan roh jahat, namun Tuhan memiliki rencana untuk menyelamatkannya. Maka, Tobit sembuh total dan melihat terang. Sara bebas dari kuasa roh jahat dan hidup bahagia dengan Tobia. Tobia bahagia memandang Sara istrinya. Malaikat Rafael menyembuhkan kita semua dari kebutaan spiritual.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar bahwa Tuhan Yesus selalu berkeliling dan berbuat baik. Pada suatu kesempatan Ia mengajar para murid-Nya bagaimana mereka dapat memiliki sikap waspada terhadap para ahli Taurat. Para ahli Taurat banyak kali menunjukkan sikap munafik di hadapan orang lain, dalam hal berpakaian dan posisi tertentu. Mereka itu berbicara dengan baik namun tidak mempraktekkannya. Mereka sulit untuk menjadi pribadi yang murah hati. Untuk menarik perhatian para murid-Nya, ia memangil mereka dan menjelaskan sikap hidup yang benar sebagai seorang murid yakni bermurah hati kepada semua orang seperti janda miskin.

Apa yang dilakukan si janda miskin dalam Injil? Ia memasukkan dua peser yaitu satu duit. Yesus memuji janda miskin itu di hadapan para murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk 12:43-44). Kemurahan hati yang benar adalah kemampuan untuk memberi tanpa menghitung apa yang sudah kita berikan. Banyak kali kita selalu menghitung-hitung apa yang sudah kita berikan kepada sesama yang lain. Bagaimana dengan anda? Apakah anda juga bermurah hati?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply