Homili Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga – 2017

HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab
Mzm. 45:10bc,11,12ab
1Kor. 15:20-26
Luk. 1:39-56

Jiwaku memuliakan Tuhan

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga. Kita sebenarnya merayakannya setiap tanggal 15 Agustus, namun pada tahun ini Gereja Katolik di Indonesia memajukannya pada hari ini, bertepatan dengan Hari Minggu Biasa ke-XIX/A. Tentu saja Gereja Katolik di Indonesia bermaksud untuk membantu umat sekalian supaya lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yesus Kristus melalui Bunda Maria. Semboyan “ad Iesum per Mariam” atau menuju kepada Yesus melalui Bunda Maria menjadi semakin dihayati oleh setiap pribadi. Saya yakin bahwa banyak orang katolik sepakat dengan semboyan ini sebab Bunda Maria senantiasa mendoakan dan mendekatkan kita kepada Yesus Kristus Puteranya sekaran dan di saat ajal sebagaimana kita doakan dalam doa Salam Maria.

Saya memulai homili hari ini dengan mengutip perkataan St. Yohanes Krisostomus yang berbunyi: “Adalah layak bahwa ia, yang tetap perawan pada saat melahirkan, tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan bahkan setelah kematiannya. Adalah layak bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat tinggal di dalam tabernakel ilahi. Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang telah memandang Putera-Nya di salib dan yang telah menerima di dalam hatinya pedang duka cita yang tidak dialaminya pada saat melahirkan-Nya, dapat memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa. Adalah layak bahwa Bunda Tuhan memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan bahwa ia layak dihormati oleh setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba Tuhan.” Perkataan St. Yohanes Krisostomus ini membuka wawasan kita untuk memandang Bunda Maria dengan hati yang penuh kasih kepadanya. Bunda Maria adalah orang kudus yang memberikan teladan kekudusan dengan hidup tanpa cela di hadirat Tuhan. Tubuhnya tidak ada cacat dan cela secara jasmani dan rohani. Ia dikandung tanpa noda dosa. Ini menjadi alasan mendasar mengapa Gereja percaya bahwa Bunda Maria layak untuk bersatu dengan Tuhan Allah Tritunggal yang Mahakudus di surga.

Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostolik Munificentimtissimus Deus menulis seperti ini: “…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44). Bunda Maria adalah orang kudus yang tubuh dan jiwanya diangkat ke dalam kemuliaan surgawi. Ia menunjukkan teladan kekudusan bagi kita dan kita pun akan menjadi serupa dengannya kelak. Konsili Vatican II ikut menegaskan dogma Munificentissimus Deus: “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut.” (Lumen Gentium, 59).

Apa kata Sabda Tuhan pada hari ini?

Dalam bacaan pertama dari Kitab Wahyu, kita mendengar bagaimana Tuhan memiliki rencana yang indah bagi seorang wanita yang digambarkan berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari duabelas bintang di atas kepalanya. Perempuan itu sedang mengandung dan merasakan kesakitan menjelang ia bersalin. Perempuan itu akhirnya melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Anak laki-laki itu direnggut dan dibawa lari kepada Allah dan kepada takhta-Nya. Sedangkan perempuan itu lari ke padang gurun di mana Tuhan Allah sendiri sudah menyediakan tempat baginya.

Kehadiran perempuan dan anaknya itu bukan berarti semuanya baik-baik saja. Yang terjadi justru ada ancaman serius terhadap anak yang akan dilahirkan. Sebelumnya, dikisahkan bahwa ada seekor naga merah padam, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, bermahkota tujuh. Ekornya berhasil menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya di atas bumi. Naga tersebut bahkan berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan ini segera sesudah melahirkan anaknya. Untungnya naga tersebut tidak berhasil menelan anak yang dilahirkan sebab Allah melindunginya.

Dalam kacamata Kristiani, perempuan ini adalah gambaran dari Bunda Maria sendiri. Ia mengandung dan melahirkan Yesus, sang Terang sejati yang nantinya akan mengalahkan kegelapan maut dan semua kejahatan di atas dunia. Tuhan Yesus adalah Anak Allah yang lahir bagi manusia. Ia adalah satu-satunya penyelamat kita. Bunda Maria sendiri sudah berada di tempat yang disediakan Allah baginya. Kita sebagai gereja masa kini, perlu bertekun dalam hidup terutama ketika berhadapan dengan berbagai pengalaman penderitaan dan kemalangan. Pengalaman penderitaan hendaknya membawa kita kepada kebahagiaan kekal. Sama seperti Bunda Maria yang mengalami penderitaan demi keselamatan kita, demikian juga kita saat ini hendaknya berjuang untuk menyelamatkan sesama yang lain. Sangh Pemazmur hari ini mengatakan dengan tepat perkataan ini: “Segala keturunan akan menyebut aku bahagia” (Mzm 45:10d). Bunda Maria akan mengulanginya dalam Magnificat.

Dalam bacaan kedua, kita mendengar St. Paulus mengakui bahwa Kristus adalah buah sulung, sesudah itu mereka yang menjadi miliknya. Perkataan Paulus ini berkaitan dengan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Paulus menghubungkan pengalaman Adam yang jatuh ke dalam dosa asal dan berpengaruh terhadap seluruh hidup manusia dari segala generasi. Adam hanya satu orang yang jatuh ke dalam dosa dan menyebabkan semua orang berdosa. Yesus Kristus tidak berbuat dosa, namun Ia rela wafat dan bangkit untuk menyelamatkan semua manusia yang berdosa. Manusia pun akan hidup kembali bersama Yesus, satu-satunya yang bangkit dari kematian. Orang-orang mati hidup dalam persekutuan dengan Adam, sedangkan orang-orang yang hidup akan bersatu dengan Kristus. Kristus menjadi Raja dan semua makhluk tunduk kepada-Nya. Tuhan Yesus memang luar biasa. Kebangkitan-Nya membebaskan dan menghidupkan kita semua. Jiwa kita hendaknya memuliakan Tuhan selama-lamanya.

Kekudusan Bunda Maria tidak hanya tergambar dalam perkataan tetapi lebih-lebih dalam tindakannya. Penginjil Lukas melukiskan bagaimana Bunda Maria menjadi pelayan bagi keluarga Elizabeth. Setelah menerima khabar sukacita, ia bergegas ke Ayin Karem, untuk melayani Elizabeth saudaranya yang sedang siap untuk melahirkan Yohanes Pembaptis. Perjumpaan Bunda Maria dan Elizabeth adalah perjumpaan penuh sukacita sebagai abdi Tuhan. Maria dan Elizabeth adalah dua wanita yang sama-sama mengalami kehadiran Roh Kudus. Sebab itu ketika Bunda Maria menyalami Elizabeth maka Elizabeth pun penuh dengan Roh Kudus dan bersukacita. Yohanes yang berada dalam kandungan Elizabeth pun melonjak kegirangan ketika berjumpa dengan Yesus dalam kandungan Maria. Elizabeth bersukacita dan dengan iman berkata: “Berbahagialah ia yang tekah percaya sebab Firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana”. Bunda Maria menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan dengan mengatakan Magnificatnya.

Saya mengakhiri homili Hari Raya Bunda Maria diangkat ke surga ini ini dengan mengutip perkataan seorang Bapa Gereja bernama Theoteknos dari Livias (600), yang mengatakan: “Adalah layak … bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi oleh rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh …. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surga dengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan Tuhan.” Semoga jiwa Bunda Maria dan jiwa kita memuliakan Tuhan selama-lamanya.

Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu ajal menjemput kamu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply