Food For Thought: Bersyukurlah…

Hati Penuh Syukur

Adalah Marcus Tullius Cicero. Beliau adalah negarawan dan penulis kenamaan dari Kerajaan Romawi kuno. Ia pernah berkata: “Hati yang penuh syukur bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan induk dari segala kebajikan yang lain.” Saya sepakat dan memberi jempol kepada Cicero. Hidup kita memang bermakna ketika memiliki hati yang penuh syukur. Hati yang penuh syukur menjadi induk bagi semua kebajikan yang lain, seperti kerendahan hati, pengharapan, cinta kasih dan lain sebagainya. Penyair Yunani, Aesopus, berkata: “Rasa syukur adalah tanda dari jiwa yang mulia”. Orang yang selalu bersyukur dalam hal yang kecil dan besar memiliki jiwa yang mulia. Seharusnya kita semua memiliki jiwa yang mulia, ketika mensyukuri apa adanya yang kita alami dalam hidup ini.

Hari ini kita belajar dari satu dari sepuluh orang kusta dalam Injil Lukas yang mengalami penyembuhan karena kuasa sabda Yesus. Kesepuluh orang kusta ini senasib. Mereka mengalami penolakan dalam masyarakat, dikucilkan karena masyarakat tidak mau terkontaminasi dengan kenajisan mereka. Sebab itu mereka tinggal bersama, orang Yudea dan Samaria tanpa ada perbedaan yang mencolok sebab mereka sama-sama najis di mata masyarakat. Setiap kali mereka keluar dari lingkungannya, mereka harus berpakaian compang camping, berteriak dengan suara keras bahwa mereka kusta. Lihatlah betapa menderitanya mereka karena mengalami pengucilan.

Tuhan Yesus datang mengunjungi umat-Nya dalam perjalanan ke Yerusalem. Kesepuluh orang kusta ini memohon pengasihan dengan suara yang mudah menggugah hati penuh belas kasih Yesus. Yesus mendengar dan meminta mereka untuk menunjukkan diri mereka kepada imam, sebagai tanda bahwa mereka tidak najis lagi dan siap bergabung dengan sesama. Dalam perjalanan menuju kepada para imam, mereka mengalami kesembuhan. Sembilan orang kusta yang sembuh adalah orang Yahudi dan mereka melanjutkan perjalanan, tertawa, gembira karena sembuh. Hanya orang kusta berdarah Samaria yang kembali untuk bersyukur dengan bersungkur di kaki Yesus sang imam agung yang sudah menyembuhkannya. Yesus adalah Imam Agung yang menyembuhkan, menyelamatkan kita satu kali untuk selama-lamanya. Sebab itu rasa syukur yang mendalam itu perlu dan harus.

Banyak kali kita lalai, angkuh dan sombong di hadapan Tuhan sehingga tidak bersyukur. Banyak orang katolik, setelah novena dan intensinya terkabul maka ia tidak bersyukur lagi. Ia lupa dan menunggu periode novena berikutnya. Ini tandanya masih banyak orang yang tak punya hati untuk bersyukur. Berapa kali dalam sehari kita bersyukur? Apakah sang suami bersyukur kepada istri atau sebaliknya? Apakah anak-anak bersyukur kepada orang tuanya atau sebaliknya? Adakah kalian yang sempat berterima kasih kepada sopir, tukang ojek atau pelayan restoran? Hmm setelah makan siang, bayar, titip tip dan pulang. Rasa syukur itu hilang ketika semuanya diukur dengan uang! Semua berharga, semua bayar maka syukur tidak bermakna lagi. Apakah ini benar? Ini adalah tanda hati yang kosong dengan syukur.

Damai Tuhan,

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply