Homili Hari Minggu Paskah II/C – Kerahiman Ilahi 2019

HARI MINGGU PASKAH II – Hari Minggu Kerahiman Ilahi
Kis. 5:12-16
Mzm. 118:2-4,22-24,25-27a
Why. 1:9-11a,12-13,17-19
Yoh. 20:19-31

Merayakan Kerahiman Ilahi

Saya memiliki sebuah pengalaman yang menarik tentang perayaan Hari Minggu Paskah II, yang oleh St. Yohanes Paulus II dijadikan sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Setelah merayakan misa kudus bersama umat di Stasi St. Yohanes Bosco, Beto, saya berniat untuk mengunjungi sahabat saya RD. Adrian Ola Duli di stasi Surik Mas, Dili. Kebetulan sudah cukup lama tidak berjumpa dengannya. Saya merasa kaget ketika memasuki pelataran Kapel Surik Mas, karena jalan masuk ke halaman gereja dipenuhi oleh kendaraan roda dua dan empat. Saya sendiri nyaris tidak bisa masuk untuk parkir di halaman Gereja. Untunglah orang mengenal ‘mobil pastor’ maka diijinkan untuk masuk dan parkir di halaman Gereja.

Selanjutnya saya melihat sekolompok orang muda dari Yayasan Ahisaun. Mereka adalah para penyadang disabilitas di Ahisaun. Saya juga menjumpai beberapa orang yang mengenakan kaos bergambar Kerahiman Ilahi dan lebih banyak lagi penyandang disabilitas. Saya lalu perlahan-lahan mengerti bahwa umat stasi Surik Mas merayakan hari Minggu Kerahiman ilahi dengan memberikan rasa bahagia, kenyamanan kepada para penyandang disabilitas. Aksi sosial yang menjadi bagian dari perayaan ini adalah pemeriksaan dan pengobatan gratis kepada para penyandang disabilitas. Saya sendiri mendapat kesempatan untuk menyuapi seorang gadis diasbilitas. Dia sangat terharu dan menangis ketika disuapi seorang Romo. Saya kembali ke komunitas dengan bahagia karena menghayati kerahiman ilahi dan merayakannya dengan nyata bersama para penyandang disabilitas.

Pengalaman hari ini mengingatkan saya pada pengalaman para rasul yang dengan kuasa Roh Kudus mengadakan tanda dan mukjizat di antara orang banyak di sekitar serambi Salomo di Yerusalem. Orang-orang yang percaya kepada Kristus berkumpul bersama dalam suasana persekutuan dan persaudaraan sejati. Ini menjadi kekuatan mereka, sehingga banyak orang segan dan hormat kepada mereka. Tapi hal yang lebih menarik adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya dan membaringkannya di atas balai-balai serta tilam supaya ketika Petrus lewat bayangannya dapat mengenai orang-orang sakit ini dan pastilah mereka sembuh. Petrus menunjukkan wajah kerahiman ilahi kepada orang-orang sakit. Semangat inilah yang menggerakan team kerahiman ilahi Stasi Surik Mas untuk merayakan kerahiman bersama para penyandang disabilitas.

St. Yohanes Paulus II, dikenal sebagai Paus Kerahiman pernah memberikan sebuah homili yang indah dan menarik pada tanggal 17 Agustus 2002. Ia mengatakan bahwa dunia yang sedang kita huni ini sangat membutuhkan Kerahiman Ilahi. Mengapa demikian? Sebab ada banyak konflik yang merajalela dan berkepanjangan, ada banyak orang yang mati padahal mereka tidak bersalah, kebencian, rasa dendam, tidak ada penghargaan terhadap martabat manusia, kultur kematian semakin bersahabat. Ini adalah dosa yang melawan kerahiman ilahi. Sebab itu orang kudus modern ini mengatakan bahwa kerahiman ilahi amat dibutuhkan untuk mengubah pikiran dan hati manusia supaya semakin mengasihi dan membangun damai dan keadilan di dunia ini.

Pada hari ini banyak orang senang merayakan kerahiman ilahi. Ini bukan sebuah perayaan hura-hura belaka. Perayaan ini bukan hanya sekedar mengikuti novena kerahiman, mengarak-arak patung kerahiman, mendoakan doa koronka, mengenakan kaos kerahiman, memegang buku doa kerahiman dan lainnya. Semua ini hanyalah tanda lahiria saja. Kiota perlu sadar diri bahwa ini adalah sebuah perayaan yang dapat mengubah kiblat hidup kita supaya lebih menjadi manusia lagi. Manusia yang memiliki hati untuk mengasihi tanpa batas, mengampuni tanpa batas, yang tidak memeras dan menghancurkan hidup orang lain. Dalam konteks hidup bermasyarakat, ada hal yang memisahkan kita secara politik, beda pilihan dan junjungan. Semoga kerahiman Allah sungguh mengubah hidup kita.

Saya mengakhiri permenungan ini dengan penggalan dalam doa koronka:

Ya Yesus,
Engkau wafat, namun sumber kehidupan tercurah bagi jiwa-jiwa,
Dan lautan belas kasih Allah, terbuka luas bagi seluruh dunia,
O mata air kehidupan, belas kasih Allah yang tak terpahami,
lingkupilah seluruh dunia, dan curahkanlah diri-Mu atas kami.
O, Darah dan Air, yang tertumpah dari Hati-Mu ya Yesus,
sebagai mata air belas kasih-Mu bagi kami,
aku mengandalkan Engkau, Yesus.

Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal, kasihanilah kami,
dan seluruh dunia

Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal, kasihanilah kami,
dan seluruh dunia

Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal, kasihanilah kami,
dan seluruh dunia

Yesus, Raja Kerahiman Ilahi,
aku mengandalkan Engkau.

Amin

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply