Homili 29 Januari 2021

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-3
Ibr. 10:32-39;
Mzm. 37:3-4,5-6,23-24,39-40;
Mrk. 4:26-34

Memahami Kerajaan Allah

Adalah Kardinal Joseph Ratzinger yang kemudian kita kenal dengan nama Paus Benediktus ke-XVI. Ia pernah menulis buku Jesus of Nazareth. Di dalam buku itu dia menjelaskan tentang makna Kerajaan Allah. Ada tiga pengertian Kerajaan Allah yang ditulis oleh beliau di dalam bukunya ini. Pertama, Kerajaan Allah adalah pribadi Yesus sendiri. Hal ini sejalan dengan pengajaran Origenes bahwa Yesus adalah Kerajaan Allah yang menjelma menjadi manusia. Kedua, Kerajaan Allah ada di dalam hati manusia yang selalu berdoa memohon datangnya Kerajaan Allah itu. Ketiga, Gereja merupakan perwujudan nyata dari Kerajaan Allah di dalam sejarah manusia. (Joseph Ratzinger, Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth, (Double Day, New York, USA, 2007), p.49-50). Ketiga pengertian Kerajaan Allah ini sudah sedang kita alami di dalam Gereja. Kita percaya kepada Yesus sebagai Putera Allah, kita dibaptis dan menjadi bagian daripada-Nya di dalam Gereja. Kerajaan Allah sungguh nyata di mana Allah merajai seluruh hidup kita.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus di dalam Injil Markus. Dia memberikan pengajaran berupa dua perumpamaan untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah. Karena daerah Palestina merupakan daerah agraris sehingga contoh yang diberikan-Nya juga berkisar di dunia agraris. Perumpamaan pertama, Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama seorang penabur yang menabur benih di tanah. Dia membiarkan alam menumbuhkembangkan benih itu hingga menghasilkan buah. Proses pertumbuhan dan perkembangannya tidak diketahui oleh sang penabur tetapi bumilah yang melakukannya. Tentu saja Tuhan yang berkehendak sehingga bumi dapat mengeluarkan benih itu mengikuti prosesnya secara alamiah hingga menghasilkan buah.

Benih adalah sabda Tuhan. Sabda yang menginspirasi manusia untuk tetap teguh mewartakan Kerajaan Allah. Ia bersabda dan manusia mendengar, merenungkan dan melakukannya di dalam hidup. Sabda harus tetap inkarnatoris, artinya Sabda Tuhan itu bukanlah kata-kata kosong, tetapi kata-kata yang menjadi manusia dalam diri Yesus dan tinggal di tengah-tengah kita. Sabda Tuhan itu tentu memiliki daya transformative yag luar biasa. Sekali lagi tepat sekali perkataan Tuhan dalam surat kepada umat Ibrani: ” Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12). Semua ini sudah sedang terjadi di dalam hidup kita.

Nabi Yesaya pernah bernubuat begini: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:10-11). Sabda atau Firman Tuhan tidak akan kembali begitu saja kepada Tuhan. Firman Tuhan akan melakukan segalanya sesuai kehendak Allah sendiri. Yesus sebagai Sabda hidup, melakukan seluruh kehendak Allah Bapa sampai tuntas.

Perumpamaan kedua, Yesus mengatakan bahwa hal Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan ke tanah. Biji sesawi memang kecil tetapi Tuhan akan menjadikan biji sesawi ini bertumbuh, berkembang menjadi besar, bercabang-cabang hingga burung dapat membuat sarang di atasnya. Sabda Tuhan mulanya diterima oleh orang-orang kecil tetapi lama kelamaan sabda itu menguatkan orang-orang kecil menjadi soko guru atau pilar gereja hingga saat ini. Gereja tetap berdiri kokoh karena ada orang-orang kecil yang menjadi pilar gereja secara rohani. Kerajaan Allah yang diwartakan dalam Sabda menguatkan Gereja sepanjang zaman.Yesus adalah Kerajaan Allah yang senantiasa bersabda dan membaharui Gereja-Nya.

Apa yang yang harus kita lakukan?

Penulis surat kepada umat Ibrani menguatkan kita untuk tetap berani mewartakan Kerajaan Allah dalam situasi apa saja yang kita alami. Perkataan ini sangat menguatkan dan meneguhkan kita semua: “Saudara-saudara, ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” (Ibr 10:32-33). Untuk mewartakan Kerajaan Allah kita harus siap dan rela untuk menderita. Namun satu hal penting adalah janganlah kita melepaskan iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Orang yang percaya akan tetap hidup bagi Tuhan.

Kita semua terpanggil untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah dengan iman yang kuat. Tak henti-hentinya kita mengalami penderitaan dan kemalangan demi Kerajaan Allah. Namun Tuhan sendiri menjanjikan upah yang besar di surga. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12). Kita berdoa dengandoa Tuhan: “Tuhan, datanglah kerajaan-Mu di bumi dan di surga.”

PJ-SDB