Homili Hari Minggu Paskah ke-VII/B – 2021

HARI MINGGU PASKAH VII/B
Hari Minggu Komunikasi Sedunia
Kis. 1:15-17,20a,20c-26;
Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab;
1Yoh. 4:11-16;
Yoh. 17:11b-19

Wartakanlah bahwa Allah adalah Kasih

Pada hari ini kita merayakan hari Minggu Paskah ke-VII/B. Kita mengenal hari Minggu ini sebagai Hari Minggu Komunikasi sedunia. Perayaan Hari Minggu Komunikasi sedunia ini menyadarkan kita tentang pentingnya kita mewartakan nilai-nilai Injil melalui kemajuan sarana teknologi dan media komunikasi modern (Inter Mirifica 1, 18). Paus Paulus VI bersama para bapa konsili melihat bahwa kemajuan teknologi dan media komunikasi dapat membantu menyegarkan hati, mengembangkan budi, dan menyiarkan serta memantapkan Kerajaan Allah (Inter Mirifica, 2). Dalam semangat Inter Mirifika ini, Paus Paulus VI mulai mencanangkan Hari Komunikasi Sosial sedunia yang pertama pada tanggal 7 Mei 1967. Paus Paulus VI dalam pesannya pada perayaan Hari Komunikasi sedunia pertama kali melihat peluang-peluang positif media komunikasi yang memungkinkan untuk memperkaya kemanusiaan dan sarana menyebarkan pesan Injil, tetapi juga kemungkinan dampak negatif dari penyebaran nilai-nilai yang tidak luhur serta berbagai pertentangan bagi manusia.

Pada tahun ini kita merayakan Hari Minggu Komunikasi sedunia yang ke-55. Bapa Suci Paus Fransiskus memberikan tema yang menarik sejalan dengan masa pandemi yang sedang kita alami bersama: “Datanglah dan Lihatlah” (Yoh 1:47). Secara singkat tema ini mengingatkan kita untuk berkomunikasi dengan menjumpai orang lain apa adanya. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi kebenaran: untuk pergi, melihat dan berbagi. Mula-mula Bapa Suci menaruh harapan kepada setiap pribadi seperti ini: “Kita perlu bergerak, pergi, melihat sendiri, tinggal bersama orang-orang, mendengarkan kisah mereka dan mengumpulkan pelbagai pendapat atas realita yang akan selalu mengejutkan kita dalam beberapa aspek.” Bapa Suci mengutip perkataan Filipus kepada Natanael dalam Injil Yohanes ketika mereka memperbincangkan tentang sosok Yesus, sehingga Filipus mengatakan kepada Natanael: “Datanglah dan Lihatlah”. Paus Fransiskus mengatakan bahwa perkataan ini merupakan cara iman Kristiani dikumunikasikan, sejak pertemuan-pertemuan pertama di tepi sungai Yordan dan Danau Galilea”.

Hal-hal lain yang disinggung dalam pesan Bapa Suci adalah tentang krisis industri penerbitan yang berisiko mengarahkan pemberitaan hanya sebatas di ruang redaksi, di depan computer, di pusat-pusat berita, di jejaring sosial tanpa pernah ‘menghabiskan sol sepatu’. Perjumpaan secara langsung masih sangat dibutuhkan dalam membangun komunikasi karena kita bisa mengetahui kebih pasti realitas yang sesungguhnya. Paus menyampaikan terima kasihnya atas keberanian banyak jurnalis daam meliput berita-berita yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Hal yang perlu diwaspadai adalah peluang dan jebakan di website. Di satu pihak kita mensyukuri adanya internet, di lain pihak kita perlu mawas diri, tidak mempersalahkan sarana dan memiliki rasa tanggung jawab untuk menerima atau menolak konten website yang ada. Pesan-pesan Paus Fransiskus ini sangat menarik untuk kita renungkan di dunia modern ini, sekaligus mangedukasi kita untuk menggunakan sarana komunikasi sosial kepada peradaban yang lebih baik dan memampukan kita untuk memiliki kemampuan mengasihi Tuhan dan sesama manusia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat inspiratif karena membantu dan mengarahkan kita untuk mengkomunikasikan sosok Allah sebagai kasih. Dalam bacaan pertama, santu Lukas membantu kita untuk melihat suasana Gereja perdana. Petrus berbicara di hadapan seratus dua puluh orang tentang sosok seorang yang dapat mengganti jabatan Yudas Iskariot untuk melanjutkan misi Yesus yakni mengkomunikasikan Injil sebagai khabar sukacita. Dalam pemilihan pengganti Yudas Iskariot muncul duan ama yaitu Yusuf yang disebut Barsabas atau Yustus dan Matias. Dengan doa, mereka lalu memilih Matias untuk ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul. Kisah ini menegaskan bahwa setiap karya kerasulan, lebih lagi dalam mewartakan Injil harus mengalir dari Allah kepada manusia. Maka doa adalah hal yang esensial bagi seorang pewarta Sabda.

Tuhan Yesus dalam Injil memberikan teladan komunikasi dalam doa. Penginjil Yohanes bersaksi bahwa Yesus menengadah ke langit dan berdoa kepada Bapa bagi semua murid-Nya. Ia mempercayakan para murid-Nya kepada pemeliharaan Bapa dan supaya para murid juga bersatu sama seperti Dia sebagai Putera bersatu dengan Bapa dalam Roh Kudus. Tuhan Yesus membekali para murid dengan menjaga dan memberikan Sabda-Nya. Dan Dia berharap supaya Bapa melindungi mereka dari kejahatan. Para murid dikuduskan dalam kebenaran sama seperti yang dialami Yesus sendiri. Yesus adalah Imam Agung yang mendoakan para murid-Nya. Buah dari doa yang dikehendaki Yesus adalah supaya para murid-Nya tetap menjadi satu. Semangat ini yang mendasari sifat Gereja Katolik yaitu satu.

Para pewarta sabda harus merelakan ‘sol sepatunya’ dengan bereksodus untuk lebih bebas dalam mewartakan Injil. Yohanes dalam bacaan kedua manganjurkan supaya kita saling mengasihi dan dengan demikian Allah yang adalah kasih akan tetap di dalam kita. Allah begitu mengasihi kita maka kita harus saling mengasihi. Kita membacanya di dalam Injil: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Mengapa kita harus saling mengasihi? Yohanes mengatakan: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1Yoh 4:16).

Datanglah dan Lihatlah! Perkataan Filipus kepada Natanael yang diulangi Paus Fransiskus pada Hari Minggu Komunikasi seduni ini memiliki pesan yang mendalam di masa pandemi ini. Orang dapat mengenal sosok Allah adalah kasih ketika mereka melihat dan mengalaminya di dalam diri kita, rumah tangga, komunitas dan gereja. Apakah cara kita berkomunikasi, cara kita berelasi, kerelaan diri supaya ‘sol sepatu kita hilang’ dapat menjadi power untuk menyapa setiap orang bahwa Allah kita adalah kasih? Mari kita mewartakan bahwa Allah adalah kasih dalam hidup dan pelayanan dengan sharing is caring.

P. John Laba, SDB