Hari Jumat, Pekan Paskah ke-VII
Kis. 25:13-21;
Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab;
Yoh. 21:15-19.
Hanya karena Yesus Kristus!
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang misionaris yang sudah melayani lebih dari tiga puluh tahun di tanah misi. Ia menceritakan suka dan dukanya di tanah misi: belajar Bahasa lokal dan memahami kultur masyarakat lokal, masuk dan keluar hutan, melewati sungai berjam-jam, banyak nyamuk sampai ular berbisa, makan dan minum seadanya. Ini adalah momen-momen penting ketika mereka mengunjungi umat di pedalaman. Saya terkagum-kagum dengan kisah hidupnya sebagai misionaris. Saya bertanya kepadanya apakah dia berniat untuk kembali ke negara asalnya. Dia mengatakan bahwa sekali berada di tanah misi, selamanya tetap berada di sana sampai saudara maut menjemput. Saya bertanya lagi mengapa ia memiliki prinsip demikian. Dan dia mengakui bahwa hanya ada satu alasan saja yakni hanya karena Yesus Kristus. Saya memandangnya penuh keheranan dan matanya berkaca-kaca memandangku. Semua hanya karena Yesus Kristus!
Sorotan mata misionaris dan matanya yang sempat berkaca-kaca menandakan kecintaanya yang besar kepada pribadi Yesus Kristus. Tidak ada motivasi yang lain baginya. Hidup sebagai misionaris memang merupakan sebuah panggilan bukan sebuah kesukaan semata. Dan dia sungguh merasa bahagia sebagai misionaris hanya karena Yesus Kristus. Saya mengingat sebuah buku yang sempat diberikannya sebagai kenangan, dan saya menemukan tulisan tangannya di salah satu halaman buku itu: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (1Ptr 2:21). Dan ia menambahkan kata: “Yes!”. Misionaris ini super sekali. Semua ini hanya karena Yesus!
Pada hari ini saya merenungkan kesaksian Perkius Festus dala Kisah Para Rasul. Beliau adalah seorang prokurator Kekaisaran Romawi untuk Provinsi Yudea pada tahun 59-62, menggantikan Antonius Feliks. Pada suatu saat Festus mendapat kunjungan kehormatan dari raja Agripa dengan Bernike di Kaisarea. Dalam perbincangannya dengan mereka, ia mengisahkan tentang sosok Paulus, seorang tawanan yang ditinggalkan Felix dan berbagai persoalannya sejak berada di Yerusalem dan kini menjadi tawanan di Kaisarea. Inilah sepenggal kesaksian Festus tentang Paulus: “Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup.” (Kis 25:19). Festus menutup ceritanya tentang Paulus dengan berkata: “Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai aku dapat mengirim dia kepada Kaisar.” (Kis 25:21). Hanya karena Yesus maka Paulus menjadi tawanan. Ia memberi kesaksian bahwa Yesus sudah wafat dan bangkit dengan mulia!
Tuhan Yesus dalam sabda Bahagia-Nya berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12). Perkataan ini sungguh dirasakan oleh Paulus setelah melakukan perjalanan misionernya sebanyak tiga kali. Paulus menerima semua ini karena cintanya kepada Yesus Kristus. Ia bahkan mengakui: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).
Pengalaman Paulus juga dirasakan oleh Petrus. Petrus pernah menyangkal Yesus tiga kali tetapi pada akhirnya dia membaharui janjinya sebanyak tiga kali juga bahwa dia mencintai Yesus lebih dari yang lain. Dia bukan hanya menerima tugas sebagai gembala tetapi perutusan ada di hadapannya. Yesus berkata kepadanya: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” (Yoh 21:18). Petrus akan menderita bahkan pada akhir hidupnya, dia disalibkan dengan kepala ke bawah sama seperti Paulus. Mengapa? Semua ini hanya karena cinta kepada Yesus Kristus. Hanya karena Yesus, Petrus dan Paulus menderita. Kita saat ini harus berani untuk bersaksi tentang dan bersama Yesus. Jangan takut bersaksi tentang Yesus!
Tuhan memberkati, Bunda Maria mendoakan. Veni creator Spiritus!
P. John Laba, SDB