Homili 4 Agustus 2021 – Injil untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu Pakan Biasa ke-XVIII
Peringatan Wajib Yohanes Maria Vianney
Bil. 13:1-2a,25-14:1,26-29,34-35;
Mzm. 106:6-7a,13-14,21-22,23;
Mat. 15:21-28

Lectio:

“Pada suatu hari Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”
Demikianlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus

Renungan:

Kerahiman-Mu menyelamatkan

Pada hari ini, bersama seluruh Gereja Katolik, kita mengenang St. Yohanes Maria Vianney. Orang kudus ini dikenal berasal dari keluarga yang sederhana dan menjadi imam yang sederhana pula, tetapi sangat menginspirasi di dalam Gereja terutama sebagai pelindung bagi para imam. Yohanes Maria Vianney menggambarkan keluhuran martabat imamat dan pelayanan seorang imam berkaitan dengan kerahiman Allah dengan berkata: ”Untuk mendapatkan pengampunan, apakah Anda akan pergi kepada Bunda Maria atau kepada Malaikat? Tidak. Apakah mereka akan memberikan Anda Tubuh dan Darah Kristus? Tidak. Jika Anda memiliki dua ratus malaikat, apakah mereka dapat mengampuni engkau? Tidak. Seorang imam karena kuasa Kristus sendiri dapat melakukan hal itu; ia dapat mengatakan ’pergilah dalam damai!, saya mengampunimu’. Oh, betapa agungnya seorang imam. Seorang imam berusaha untuk menghadirkan Kristus kepada orang lain. Imamat berada pada jantung hati Yesus. Ketika engkau memandang seorang imam, engkau pasti berpikir tentang Yesus dan matamu tertuju kepada-Nya.”

Saya secara pribadi merasa selalu dikuatkan ketika membaca dan merenungkan kembali perkataan orang kudus ini. Berkaitan dengan sakramen tobat, Yohanes Maria Vianney berkata: “Apabila kita pergi mengaku dosa, haruslah kita paham akan apa yang sedang kita lakukan. Dapat dikatakan kita sedang melepaskan Tuhan kita dari salib. Apabila engkau mengaku dosa dengan baik, engkau telah membelenggu si iblis. Dosa-dosa yang kita sembunyikan semuanya akan tersingkap.” Perkataan orang kudus ini membuat saya bersyukur karena dalam diri saya yang lemah, Tuhan menguatkanku untuk meneruskan kerahiman Allah bagi sesama di dalam Gereja Katolik.

Kita barusan mendengar kisah Tuhan Yesus di dalam Injil Matius tentang perjumpaan dan dialog sederhana antara Yesus dan seorang wanita Kanaan yang berasal dari Tirus dan Sidon. Kalau kita perhatikan baik-baik kisah Yesus dalam Injil Matius Bab ke-15 ini, Dia sempat beradu pendapat dengan kaum Farisi sehingga membuatnya berbicara dengan keras kepada mereka sebagai orang-orang munafik karena mereka sedang memuliakan Allah dengan bibirnya padahal hati mereka begitu jauh dari Tuhan Allah (Mat 15:7-8). Setelah peristiwa ini, Yesus bergerak keluar dari Galilea menuju ke daerah Tirus dan Sidon dan berjumpa dengan seorang wanita tanpa nama yang juga datang menuju ke arah Yesus untuk memohon belas kasih dan kerahiman dari Yesus. Ia berkata: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Yesus digambarkan seolah-olah tidak mendengar rintihan sang ibu ini, bahkan para murid juga datang kepada Yesus dan berkata kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”

Penginjil Matius menulis injilnya untuk kaum Yahudi sehingga Yesus di sini digambarkan seolah-olah diam dan mengatakan: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Namun karena iman sang ibu ini maka Tuhan Yesus membuat mukjizat dengan menyembuhkan anak perempuan sang ibu yang kerasukan setan dan sangat menderita. Tuhan Yesus menunjukkan kerahiman Allah dengan melihat iman sang ibu: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Perkataan Yesus sekaligus mengoreksi kaum Farisi yang hanya menyembah Tuhan dengan mulutunya tetapi hantinya begitu jauh dari Tuhan. Ternyata orang yang dianggap kafir karena berada di luar komunitas Yahudi memiliki iman yang dapat menyelamatkan dari sakit penyakit yang dialami.

Bacaan Injil hari ini sangat kaya maknanya bagi kita: Pertama, Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Untuk menyelamatkan manusia Ia selalu memiliki inisiatif pertama, pendekatakan pertama dengan pergi dan menjumpai manusia dan menyelamatkan mereka. Hal ini yang menjadi misi Gereja untuk selalu terlibat dan melakukan pendekatan pertama dalam usaha menyelamatkan sesama manusia. Kedua, Wanita Kanaan menginspirasi kita yakni kalau kita mau merasakan kerahiman Allah, kita perlu mengimani Allah dan berusaha datang kepada Allah dalam doa. Sikap aktif dalam beriman ini memang penting dan harus bagi kita untuk memperoleh keselamatan. Ketiga, Injil hari ini mengoreksi kita yang selalu berpikir bahwa dengan berdoa dan berdevosi itu sudah cukup. Ternyata belum cukup. Kita harus memiliki iman, maka mintalah Tuhan untuk menambah iman kita. Keempat, di masa pandemi ini banyak orang tua dan saudara-saudara yang merintih seraya memohon pertolongan. Apakah kita hanya seperti para rasul yang meminta Yesus untuk menyuruh diam atau justru kita sebagai Gereja semakin kreatif untuk melayani dan menyelamatkan seperti Tuhan Yesus sendiri.

Mari kita memohon rahmat Tuhan melalui santo Yohanes Maria Vianney supaya pada hari ini sebagai Gereja kita berusaha untuk terlibat dan setia mewartakan kerahiman Allah bagi semua orang. St. Yohanes Maria Vianney, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB