Homili 12 Agustus 2021

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XIX
Yos. 3:7-10a,11,13-17;
Mzm. 114:1-2,3-4,5-6;
Mat. 18:21-19:1

Yahwe adalah keselamatan

Pada hari ini kita mendengar babak baru penyertaan Tuhan terhadap bangsa Israel. Tuhan sudah mengingatkan Miryam, Harun dan Musa bahwa mereka tidak akan masuk ke tanah terjanji. Musa sendiri sebagai sahabat dekat Yahwe yang bisa melihat kemuliaan Yahwe dengan matanya sendiri, dia dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, hanya bisa melihat tanah terjanji dari jauh. Ia meninggal dunia di atas gunung Nebo. Tuhan memiliki rencana baru bagi bangsa Israel dengan memilih Yosua untuk memimpin bangsa Israel untuk masuk ke tanah terjanji. Di dalam Kitab Ulangan dikatakan: “Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.” (Ul 34:9). Dengan demikian tokat estafet kepemimpinan bangsa Israel dari Musa diteruskan oleh Yosua.

Nama Yosua diambil dari bahasa Ibrani: יהושׁע (Yehoshua atau Yəhôšuª‘), yang berarti “Yahweh adalah keselamatan atau Juruselamat“. Nama ini nantinya sama dengan nama Yesus, Anak Allah yang dilahirkan oleh Santa Perawan Maria. Tuhan memilih dan menentukan Yosua untuk membawa bangsa Israel untuk masuk ke tanah terjanji. Peristiwa ini sangat luar biasa. Inilah perkataan Tuhan kepadanya: “Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau. Maka kauperintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di sungai Yordan itu.” (Yos 3:7-8). Yosua melakukan semua yang diperintahkan Tuhan dengan berkata: “Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu.” (Yos 3:10). Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelumnya bangsa Israel ketakutan karena ada berita dari para pengintai yang menakuti-nakuti mereka.

Bagaimana mereka akan masuk ke tanah terjanji?

Tuhan mengatur umat-Nya untuk masuk ke tanah terjanji. Para imam memiliki tugas mulia untuk mengangkat Tabut Perjanjian. Mereka akan berjalan mendahului umat Israel dari perkemahan mereka. Mereka akan masuk lebih dahulu ke dalam sungai Yordan, merendam kaki mereka. Air sungai Yordan menjadi kering dan umat Israel masuk ke tanah terjanji melalui tanah yang kering. Setelah mereka semua menginjakan kaki di tanah terjanji baru para imam menyusul dengan Tabut Perjanjian. Kita dapat membayangkan suasana haru dan sukacita yang besar bangsa itu, setelah bertahun-tahun mengembara di padang gurun.

Bagaimana kita membaca kisah ini dalam konteks sejarah keselamatan kita?

Tuhan Allah, Maharahim. Dia menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya kepada bangsa Israel, bangsa pilihan-Nya. Mulanya Tuhan memilih Musa. Dalam Kitab Keluaran, kita menemukan nama Musa (Mošeh משה) artinya “diangkat dari air”. Nama ini berasal dari akar kata mšh משה artinya “mengangkat, menarik ke luar”. Kita membaca dalam Kitab Keluaran 2:10: “Putri Firaun … menamainya Musa (משה), sebab katanya: “Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air.” Musa selamat dari maut yang dirancang Firaun. Ini adalah karya Allah yang besar bagi Musa. Selanjutnya, Musa memimpin bangsa Israel untuk menyeberang laut merah. Bangsa Israel berjalan di tanah kering, dan menghempaskan bangsa Mesir di laut itu. Musa yang ‘diangkat dari air’ menjadi pemimpin bagi ‘umat yang diselamatkan’ melalui laut merah. Selanjutnya, Tuhan memilih Yosua untuk menggantikan Musa untuk mengantar bangsa Israel masuk ke tanah terjanji dengan mewati sungai Yordan. Yosua, nama yang berarti Juruselamat menyelamatkan bangsa Israel dengan merasakan kehadiranTuhan melalui Tabut Perjanjian, dan tanah yang kering di sungai Yordan. Di masa dapan akan muncul Yosua baru, nama yang sama Yehosua artinya Juru Selamat yakni Yesus Kristus. Dialah Musa baru yang menyelamatkan kita dan sakramen pembaptisan adalah pintu masuk kepada kekudusan.

Hanya dalam nama Yesus ada keselamatan. Kita membaca di dalam Kisah Para Rasul: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12). Tidak ada nama lain yang mampu menyelamatkan kita. Melalui air baptis kita disucikan dan menjadi bagian dari Kristus sendiri. Konsekuensinya adalah kita berusaha untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus Kristus, hari demi hari.

Pada hari ini Tuhan Yesus menyadarkan kita bahwa untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya kita harus mengikuti perintah-perintah-Nya. Satu ajaran yang patut kita hayati dalam hidup ini adalah pengampunan yang berlimpah dan tiada batasnya. Mengampuni itu berarti melupakan. Tuhan dapat mengampuni kita tiada batasnya karena Dia melupakan dosa-dosa kita. Dia melihat iman kita kepada-Nya. Nubuat Mikha menunjukkan wajah Allah yang suka melupakan dosa kita: “Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya a untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!” (Mikha 7:18-20).

Sungguh Tuhan adalah keselamatan kita. Dia ada dan hadir dalam diri Yesus Kristus, satu-satunya Penyelamat kita. Dia menguduskan kita melalui sakramen pembaptisan maka marilah kita hidup sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan dalam sakramen Pembaptisan. Bersyukurlah atas sakramen pembaptisan yang sudah diterima satu kali untuk selamanya.

P. John Laba, SDB