Homili Pesta Rasul Bartolomeus – 2021

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXI
Pesta St. Bartolomeus
Why. 21:9b-14;
Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18;
Yoh. 1:45-51

Transformasi Radikal dalam hidup

Pada pagi hari ini saya mendapat kiriman sebuah ayat Kitab Suci dari seorang sahabat. Ia memiliki kebiasaan membagikan ayat-ayat Kitab Suci tanpa mengomentarinya. Saya mengerti maksudnya yakni supaya setiap orang membaca dan merenungkannya sendiri-sendiri tanpa perlu dipengaruhi oleh orang lain. Ayat Kitab Suci yang saya maksudkan adalah: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna“ (Rom 12:2). Saya membacanya beberapa kali sambil merenungkannya. Dan saya sungguh merasa disapa oleh Tuhan melalui ayat Kitab Suci ini. Tuhan menyapa saya untuk berubah menjadi lebih sepadan lagi dengan Tuhan Yesus Kristus. Sebuah kata yang cocok di sini adalah kata Transformasi. Transformasi dalam akal budi untuk membedakan manakah kehendak Allah atau bukan kehendak Allah. Kita semua pasti pernah merasakan transformasi hidup yang sifatnya radikal atau bertahap. Tujuannya hanya satu yakni menjadi lebih baik lagi di hadapan Tuhan dan sesama.

Kata transformasi sangat inspiratif untuk memahami kisah panggilan Rasul Bartolomeus. Nama Bartolomeus artinya ‘‘Anak Tolmai’. Penginjil Yohanes mengenalnya dengan nama Natanael. Dia adalah sahabat aktrab Filipus yang diajak untuk mengikuti Yesus (Yoh 1: 45–51). Nama Nathanael dalam Bahasa Ibrani נתנאל, berarti “pemberian Allah”. Nama ini sangat bermakna dan melekat pada seluruh hidupnya. Meskipun orangnya sama namun terlihat sebuah transformasi radikal dalam dirinya. Dari injil-injil Sinoptik dan Kisah para Rasul, kita menemukan nama Bartolomeus artinya anak dari Tolmai. Tolmai berarti ‘petani’ jadi Bartolomeus berarti ‘anak petani’. Ini berarti nama sesungguhnya belum diketahui. Tranformasi terjadi dalam Injil Yohanes. Ia disapa Natanael atau pemberian Allah bagi komunitas Yesus dan bagi Gereja sepanjang zaman.

Natanael adalah seorang nelayan muda dari Kana yang di Galilea. Ia mengenal dan mengikuti Yesus karena ajakan dari Filipus sahabatnya. Yohanes bersaksi dalam Injil bahwa Filipus bertemu dengan Natanael dan menyampaikan sebuah berita yang istimewa: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” (Yoh 1:45). Berita ini tentu mengagetkan Natanael. Ia menunjukkan keasliannya dengan bertanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Perlu dimaklumi bahwa Nazaret letaknya di gunung dan sepertinya ada anggapan bahwa dari gunung itu tidak ada sesuatu yang istimewa. Nama Nazaret sendiri diyakini berasal dari akar kata Ibrani “נצר” (netzer) yang berarti “tunas” atau “taruk yang tumbuh”. Belum ada orang yang memahami bahwa suatu saat Taruk yang sedang bertumbuh itu adalah sosok Yesus Kristus sendiri yang disebutkan di dalam Kitab Musa menurut Filipus.

Filipus dipakai oleh Tuhan Yesus untuk membawa Natanael kepada-Nya. Filipus mengajak Natanael: “Mari dan lihatlah”. Perjumpaan pertama dengan sang ‘Tunas yang bertumbuh’ ini dengan Natanael sangatlah mengesankan. Natanael sendiri belum pernah bertemu dengan Yesus, namun Yesus sendiri sudah mengenal dan mentransformasikan dirinya dalam waktu singkat. Yesus berkata: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Natanael berubah secara total. Perkataan Yesus menacap ke hatinya bahwa dia orang Israel sejati tanpa ada kepalsuannya. Ia berani bertanya kepada Yesus: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan berkata kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”

Pohon ara adalah sebuah bahasa simbolis di dalam Kitab Suci. Pohon ara merupakan lambang umum umat Israel maka Yesus mengatakan bahwa Natanael adalah orang Israel sejati tanpa kepalsuan. Natanael sang ‘pemberian Allah’ dan Israel sejati sedang duduk di bawahnya. Para Rabi sering duduk di bawah pohon ara untuk mencari kebijaksanaan dan kehendak Allah. Maka tepatlah kalau sebelum Natanael bertemu dengan Yesus, dia sudah mencari-Nya di bawah pohon ara. Dia sudah memiliki finalitas yakni mencari dan menemukan Yesus. Ternyata, Yesuslah yang lebih dahulu menemukan dan mengenalnya. Tuhan memang luar biasa. Dialah yang selalu malakukan pendekatan pertama, atau inisiatif pertama selalu datang dari Tuhan. Manusia baru merencanakan, Tuhan sudah lebih dahulu mengetahuinya.

Reaksi positif dari Natanael adalah mengakui Yesus. Ia berkata: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Pengakuan iman ini adalah buah transformasi radikal manusia di hadapan Tuhan. Dia sudah mencari-Nya di bawah pohon ara, kini dia mengakui-Nya sebagai Rabi, Anak Allah dan Raja orang Yahudi. Pola pengenalannya luar biasa, dari level manusiawi (Rabi) ke level ilahi (Anak Allah) dan diharapkan untuk menjadi pemimpin bangsa Yahudi. Tuhan Yesus melakukan transformasi radikal hidup Natanael saat itu juga dalam ungkapan ini: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1: 50-51). Natanael berubah pandangan kepada Yesus. Dari sosok seorang Rabi (manusi) menjadi sungguh-sungguh Allah. Ini juga yang manjadi iman kita. Kita percaya bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh Allah.

Natanael adalah pemberian Allah bagi kita untuk bertransformasi. Kita bertransformasi secara radikal di hadapan Tuhan saat ini juga untuk bisa menikmati kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah (Why 21:10). Yerusalem baru atau surga adalah janji Tuyhan bagi kita semua. Kita tidak hanya diajak “Mari dan lihatlah” tetapi akan datang dan tinggal selamanya bersama Tuhan Yesus di Yerusalem baru yang dijanjikan Tuhan kepada kita. Mari bertranformasi secara radikal!

P. John Laba, SDB