Homili Hari Kamis Oktaf Paskah – 2021

HARI KAMIS DALAM OKTAF PASKAH – 2021
Kis. 3:11-26;
Mzm. 8:2a,5,6-7,8-9;
Luk. 24:35-48

Kamu adalah saksi dari semuanya ini (Luk 24:48)

Kita semua pasti mengingat lirik lagu yang satu ini: “Setelah dirimu dis’lamatkan, jadilah saksi Kristus. Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus. Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus. Setelah dirimu kau tinggalkan, jadilah saksi Kristus. Kehidupan baru kau dapatkan, jadilah saksi Kristus. Api cinta Kristus kau kobarkan, jadilah saksi Krisus.” Sadar atau tidak sadar, dengan merayakan Paskah kita semua mengalami keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Untuk itu kita perlu menunjukkan diri kita yang sudah diselamatkan ini dengan meninggalkan hidup lama dan menerima hidup baru. Dengan menunjukkan cinta kasih Kristus yang berkobar-kobar di dalam hidup pribadi kita. Ini adalah wujud nyata kesaksian kita akan Kristus yang bangkit.

Di dalam Gereja Katolik kita mengenal kata martyrium (dalam Bahasa Latin) atau martyrion (dalam Bahasa Yunani). Kedua kata ini memiliki satu makna yang sama yaitu kesaksian (testimony). Dalam bahasa Yunani ada kata ‘martys’ berarti saksi. Sepanjang sejarah Gereja darah para martir itu menjadi benih iman Kristiani sebagaimana dikatakan oleh seorang Bapa Gereja bernama Tertulianus. Ia berkata: “Il sangue (dei martiri) è il seme dei cristiani. (Darah para martir adalah benih iman Kristiani.

Kesaksian itu dimulai oleh para Rasul Yesus. Mereka memberi kesaksiaan akan pengalaman bersama Yesus yang bangkit mulia. Dia menampakkan diri kepada para Rasul dengan memberikan damai sejahtera-Nya kepada mereka. Tentu sangat mengejutkan mereka dan mereka masih dalam suasana ketakutan sehingga mereka berpikir sedang melihat hantu. Yesus menunjukkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Ia juga meminta ikan goreng dan memakannya di depan mata mereka. Tuhan Yesus membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci dan mengenal-Nya. Warta pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan Tuhan Yesus kepada mereka. Dan Ia mengharapkan supaya mereka menjadi saksi atas apa yang mereka lihat dan dengar tentang Yesus setelah kebangkitan-Nya.

Bagaimana dengan kesaksian di dalam Gereja? Setelah Roh Kudus turun pada Hari Raya Pentekosta maka para rasul memiliki keberanian yang luar biasa untuk memberi kesaksian kepada orang-orang di Yerusalem. St.Lukas mengisahkan bahwa Petrus menyembuhkan orang lumpuh dalam nama Yesus Kristus. Ini sebuah fakta tentang kesaksian akan Yesus Kristus yang bangkit dengan mulia. Kesaksian Petrus membuat orang terheran-heran sehingga Petrus mengatakan: “Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.” (Kis 3:12-13). Orang lumpuh itu sembuh bukan karena hebat dan kuat kuasanya Petrus dan Yohanes. Mereka hanya bersaksi bahwa Yesuslah yang berkuasa menyembuhkan si lumpuh itu. Yesuslah sang Pemimpin kepada hidup. Buah dari kesaksian Petrus adalah pertobatan yang dialami oleh banyak orang di Yerusalem.

Betapa luar biasanya karya Tuhan di dalam Gereja sepanjang zaman. Gereja tetap hidup karena ada kesaksian bukan hanya melalui perkataan tetapi juga perbuatan dan perbuatan yang nyata adalah menumpahkan darah karena kasih kepada Kristus. Maka genaplah perkataan Yesus ini: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12). Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus selamanya.

P. John Laba, SDB