Dominikus Savio doakan kami
Mengakhiri hari ini saya kembali merenung tentang Santo Dominikus Savio. Nama Dominikus berarti milik Allah. Dari situ dia menginspirasi kehidupan banyak orang untuk tetap merasa diri sebagai milik Allah. Dia memiliki kiblat hidup yang jelas yakni menjadi kudus. Ia rajin berdoa secara pribadi di kapel dan merasakan keintiman dengan Tuhan. Kadang-kadang ia menolak untuk bermain dengan teman-temannya, raut wajahnya menjadi muram sehingga wajah ceriahnya tidak nampak jelas. Don Bosco pernah memanggilnya dan berdialog: Don Bosco bertanya, “Apakah anda sakit?” “Tidak, sungguh, saya dalam keadaan sehat dan bahagia.” Jawab Dominikus. “Kalau sehat, mengapa kamu tidak mau bermain seperti biasanya? Mengapa mukamu demikian muram?” tanya Don Bosco kepadanya. “Saya ingin menjadi kudus, Romo.” Jawab Dominikus. Don Bosco memberi jempol kepadanya sambil menasehatinya supaya senantiasa gembira dan tidak merasa khawatir; melayani Tuhan adalah jalan menuju kebahagiaan dan kekudusan sejati.
Nasehat Don Bosco memberikan hasil yang terbaik. Dominikus menjadi teladan sukacita bagi teman-temannya. Suatu hari, saat ia menyambut seorang anak baru di Oratorio, ia menjelaskan programnya: “Di sini kita mencapai kekudusan dengan hidup penuh sukacita. Kita menghindarkan diri dari dosa yaitu pencuri besar yang merampok rahmat Tuhan bagi kita serta merampas kedamaian hati; kita tidak melalaikan tugas, serta mencari Tuhan dengan segenap hati. Mulailah dari sekarang dan jadikan kata-kata ini moto hidupmu: “Servite Domino in laetitia: Layanilah Tuhan dengan sukacita yang kudus.”
Saya secara pribadi selalu mengingat empat janji Dominikus ketika ia menyiapkan diri untuk menerima komuni pertama. Keempat janji dimaksud adalah: Pertama, saya akan menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi sesering mungkin. Kedua, saya akan berusaha memberikan hari Minggu serta hari-hari libur sepenuhnya untuk Tuhan. Ketiga, sahabat terbaikku ialah Yesus dan Maria. Keempat, lebih baik mati daripada berbuat dosa. Keempat janji Dominikus Savio ini sangat inspiratif sepanjang masa. Apakah kita juga sering mengaku dosa, menyatakan tobat, tidak bersikap boros dan tamak? Apakah kita rajin beribadah di masa pandemi ini? Apakah kita memiliki relasi yang akrab dan mendalam dengan Yesus dalam sakramen Mahakudus? Apakah kita berani menolak dosa dan kejahatan dalam bentuk apapun dengan berprinsip seperti Dominikus Savio yakni ‘Lebih baik mati dari pada berbuat dosa.’
Dominikus Savio, kami membutuhkan engkau. Kami membutuhkanmu untuk mengubah mindset kami yang cenderung tidak merasa berdosa padahal nyata dan terang benderang dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian adalah kebiasaan-kebiasaan kami. Kami membutuhkan engkau supaya membantu kaum muda kami agar mencintai kemurnian hidupnya. Kami membutuhkan engkau untuk membantu kaum muda supaya sadar diri: ‘lebih baik mati dari pada berbuat dosa’. Anak-anak kita malah berprinsip: ‘lebih baik berdosa dari pada mati’ Lebih baik jaringan internet untuk bermain game dari pada mengikuti misa dan kegiatan rohani secara online.
St. Dominikus Savio, doakanlah kami. Doakanlah orang-orang muda supaya mengikuti jalan kekudusanmu.
Tuhan melindungi dan memberkati kita,
P. John Laba, SDB