Renungan 1 Desember 2011

Beato Dionisius dan Redemptus

Yes 26:1-6
Mzm 118: 1.8-9.19-21.25-27a

Mat 7: 21.24-27

Membangun rumah di atas wadas atau di atas pasir

Setelah menyampaikan semua pengajaran Sabda Bahagia di atas bukit, Yesus lalu menyampaikan epilog pengajarannya tentang bagaimana menjadi murid yang sejati. Banyak orang yang mendengar Sabda bahagia dan penjelasannya di atas bukit tetapi Yesus tahu bahwa tidak semuanya akan menghayatinya di dalam hidup. Oleh karena itu Ia dengan tegas mengatakan kepada para muridNya: “Bukan setiap orang yang berseru-seru kepadaKu: Tuhan,Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di Sorga.” 

Kata-kata Yesus ini ditujukan kepada para muridNya yang saat itu penuh antusias dan kharismatis mendengar pengajaranNya. Sayang sekali komitmen hidup kristianinya sangat minim. Keterlibatan dalam hidup bersama sangat terbatas. Mereka ini berpikir bahwa sudah cukuplah mewujudkan iman dengan kehidupan devosional atau berani menyatakan iman mereka di depan umum. Bagi Yesus orang-orang ini adalah pengikutNya yang palsu! Belum cukup! Maka tidak cukup memanggil dan mewartakan: Tuhan, Tuhan! Tetapi terutama secara serius melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa itu yang paling penting karena Yesus sendiri melakukannya.

Selanjutnya untuk mempertegas maksud Yesus tentang pengikutNya yang berkomitmen atau tidak berkomiten, Dia memberi perumpamaan tentang orang yang membangun rumah di atas wadas atau di atas pasir. Ini merupakan analogi antara orang yang mendengar SabdaNya di atas bukit itu dan melakukanNya. Mereka ini seperti orang bijaksana yang membangun rumah di atas batu wadas. Sedangkan para pendengarNya yang mendengar Sabda tetapi tidak melakukannya itu seumpama mereka yang membangun rumah di atas pasir. Fundasinya tidak kuat dan mudah roboh. Yang terpenting di sini adalah keterbukaan untuk melaksanakan  atau mengerjakan (poieîn) kehendak Bapa. Jadi Kehendak Bapa sangat dijunjung tinggi.

Iman kita kepada Tuhan hendaknya memiliki pijakan pada wadas. Wadas dalam bahasa Kitab Suci adalah Tuhan sendiri. Jadi pijakan hidup kita adalah Tuhan sendiri. Tuhanlah wadas perkasa! Kita ditantang oleh Yesus hari ini, apakah kita sungguh memiliki komitmen untuk melakukan kehendak Bapa? Apakah kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku Firman? Berbahagialah orang yang mendengar Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.

Marana-tha

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply