Renungan 3 Desember 2011

Fransiskus Xaverius
Yes 30: 19-21.23-24
Mzm 147:1-6
Mat 9: 35-10, 1.6-8



Pekerja kebun anggur



Kehidupan orang-orang Israel zaman dahulu mengikuti siklus musim karena kebanyakan mereka petani. Itu sebabnya dalam Kitab Pengkotbah tertulis: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam…” (Pkh 3:1-2). Bagi seorang petani, saat panen adalah saat yang penuh sukacita. Setelah panen, biasanya mereka berkesempatan untuk berziarah ke Yerusalem dan mensyukuri segala penyelenggaraan Jahve.

Di dalam Kitab Suci, saat memanen kadang menjadi simbol penghakiman terakhir (Yes 9:2-3; Hos 6:11). Mereka yang bekerja di ladang adalah para malaikat yang memngumpulkan laki-laki dan perempuan untuk diadili. Yesus sendiri memberikan perumpamaan tentang lalang yang bertumbuh bersama gandum, di mana pada saat musim panen tiba, lalang akan dipisahkan dari gandum (Mat 13:30).

Namun dalam perikop injil hari ini, memanen adalah simbol memulai perutusan Yesus. Para Rasul diutus bukan untuk mengadili orang tetapi untuk mewartakan nama Yesus dan InjilNya. Memanen dan menggembalakan adalah dua gambaran yang digunakan Yesus untuk mengumpulkan  pria dan wanita supaya menjadi bagian dari Yesus. Para Rasul sendiri bertugas untuk memanen dan menggembalakan domba kesayangan Tuhan. Semua karya Yesus diteruskan oleh para Rasul dan ini berarti para Rasul bekerja atas nama Yesus bukan atas nama diri mereka sendiri. Apa lagi pula yang punya tuaian adalah Tuhan sendiri bukan para Rasul yang hanya pekerja.

Dengan suka cita dan semangat misioner Santo Fransiskus Xaverius, kita juga diajak Tuhan hari ini untuk menjadi misionaris. Kita keluar dari diri sendiri untuk menjumpai saudara-saudara lain dan menyatakan iman akan Allah Tritunggal yang mengasihi tanpa batas, yang menerima semua orang apa adanya, yang mengampuni dan menyelamatkan. Kabar sukacita Yesus Putera Allah diwartakan ke sampai ke ujung dunia. Hindarilah kesombongan pribadi karena kita hanya para hamba yang melakukan pekerjaan Tuhan. Apakah kita siap menjadi pewarta Injil? PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply