Renungan 8 Pebruari 2012

1Raj 10:1-10; Mzm 37:5-6.30-31.39-40; Mrk 7:14-23 

Hati yang menyembah… 

Salomo Hebat! Dia orang bijaksana! Itulah kata-kata pujian yang sempat didengar oleh banyak orang di dalam dan luar Kerajaan Israel. Tentu ada yang langsung percaya bahwa Salomo adalah Raja Israel yang bijaksana tetapi ada juga orang lain yang tidak langsung percaya. Ratu negeri Syeba adalah salah satu contohnya. Ia datang ke Yerusalem hanya untuk menguji kebenaran pernyataan bahwa Salomo adalah raja yang bijakasana. Bersama dengannya terdapat pasukan pengiring yang membawa rempah-rempah, emas, batu permata yang mahal sebagai persembahan. Ratu Syeba menguji kebijaksanaan Salomo dengan teka-teki. Salomo berhasil menjawabnya dengan sempurna sehingga mendapat pujian dari Ratu Syeba. Di samping itu, pujian pun diberikan kepada segenap penghuni kerajaannya. Pujian yang terpenting adalah pujian kepada Tuhan Allah Israel yang memilih Salomo sebagai raja dan mengasihi Israel selama-lamanya. Salomo terkenal karena kebijaksanaan yang dianugerahkan Allah kepadanya sehingga ia mampu mempersatukan setiap pribadi. 

Setiap saat orang berusaha untuk membangun relasi antar pribadi. Masalah yang selalu muncul adalah bagaimana mewujudkan relasi antar pribadi itu secara benar. Orang-orang Farisi menilai Yesus dan para muridNya telah mengabaikan hukum Taurat karena mereka makan dengan tangan yang masih kotor. Bagi mereka cara hidup seperti ini mengganggu tradisi serta relasi antar pribadi dengan Tuhan. Dari situ muncullah kata najis atau tidak najis. Yesus dengan tegas mengatakan: “Apa pun dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya!” Perkataan Yesus ini langsung berhubungan dengan hati sebagai pusat totalitas kehidupan manusia. Dari dalam hati muncul berbagai hal yang baik karena disitulah shekinanya Tuhan (suara hati) tetapi muncul juga kuasa setan yang menajiskan yakni pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 

Santu Bernardus selalu bertanya kepada para anggota komunitasnya: “Ad quid veniste?” Untuk apa anda datang ke sini? Apa yang hendak anda lakukan? Ya, segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini adalah untuk kemuliaan Allah (Ad Maiorem Dei Gloriam) bukan untuk kemuliaan nama kita. Salomo menunjukkan teladan bahwa bukan namanya yang dipuji melainkan nama Tuhan Allah yang patut dipuji. Ratu Syeba adalah wakil orang benar yang mulutnya menuturkan hikmat. Ia juga datang untuk memuji menyembah Allah Israel sebagai Allah yang benar. 

Tuhan memberikan hati kepada manusia sebagai tempat Ia bersemayam dan berbicara setiap saat kepada manusia untuk berbuat yang benar. Masalahnya adalah manusia juga keliru menggunakan hatinya sebagai tempat untuk menimbun aneka dosa dan salah yang menajiskan. Kesadaran baru bagi kita saat ini adalah bagaimana mengunakan hati sebagai tempat Allah berbicara dan menumbuhkan kasihNya. Sudakah anda mematuhi suara hatimu? 

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply