Renungan 5 Mei 2012

Hari Sabtu Pekan Paskah ke IV

Kis 13:44-52

Mzm 98:1.2b-3.3c-4

Yoh 14:7-14

“Melihat Bapa”
Fr. JohnDalam Kitab Perjanjian Lama terdapat kepercayaan bahwa tatapan mata Allah selalu tertuju pada mata manusia. Oleh karena itu tak seorang pun yang dapat melihat Allah itu hidup. Penglihatan Allah dicurahkan hanya bagi sedikit orang dan hanya dalam rupa symbol-simbol tertentu. Namun keinginan untuk melihat Allah merupakan hasrat hati yang sangat kuat dari setiap orang. Kita mengingat apa yang dikatakan Yesus dalam Sabda Bahagia, “Berbahagialah mereka yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Philipus dalam Injil berkata kepada Yesus, “Guru, tunjukanlah Bapa dan itu sudah cukup bagi kami.” Musa juga punya hasrat yang sama, “Perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku!”(Kel 33:18). Permohonan Musa dan Philipus ini berfokus pada pencarian rohani setiap pribadi akan Allah.
Dalam prolog Injil Yohanes dikatakan tidak seorang pun pernah melihat Allah (Yoh 1:18). Melihat Allah hanya dapat terjadi pada akhir zaman (Mt 5:8), kita akan melihatnya dengan mata kita (1Kor 13:12). Dengan memahami permintaan Filipus, pikiran kita terarah pada pengalaman teofani Allah di gunung Sinai atau penglihatan para nabi tentang Takhta Kerajaan. Yesus hendak mengatakan kepada mereka bahwa tidak diperlukan lagi teofani karena mereka telah melihat Yesus sebagai tanda kehadiran Bapa sendiri. Dia adalah Sabda yang menjadi daging dan tinggal bersama manusia (Yoh 1:14). Dia adalah Allah yang dapat dilihat, didengar dan disentuh.
Paulus coba memahami misteri Kristus dan mewartakannya kepada orang-orang di Antiokhia di Pisidia. Kecemburuan orang Yahudi pun terjadi. Mereka menghendaki status quo dalam arti keselamatan itu menjadi milik orang Yahudi dan bukan untuk bangsa-bangsa lain juga. Itu sebabnya Paulus berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan terlebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal.” Untuk memperjelas misinya Paulus bersaksi tentang pengalamannya, “Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi” Pengalaman Paulus menjadi rasul ini berakhir pada penderitaannya baik bersama dalam komunitas maupun penderitaan pribadinya.
Hari ini Tuhan mengingatkan kita untuk senantiasa mencariNya. Ada kerinduan istimewa untuk mencari dan menemukan Tuhan. Ada hasrat untuk dapat memandangNya dengan mata kita sendiri. Keinginan ini akan disempurnakan ketika kita melihat Dia dengan mata kita sendiri kelak. Tetapi sekarang pun Tuhan membiarkan diriNya dilihat di dalam perayaan Ekaristi. Semua mata kita tertuju pada Tubuh dan Darah Kristus.
Sabda Tuhan juga menuntun kita untuk menjadi terang bagi sesama. Terang yang nampak dalam nilai-nilai Injili yang dihayati dan hendak diwartakan kepada sesama. Maka kita perlu sadar bahwa mewartakan Injil dan nilai-nilainya adalah sebuah panggilan. Panggilan yang sama untuk membawa terang bagi bangsa-bangsa. Panggilan ini menjadi sempurna ketika kita sendiri dapat memandang Bapa yang mengasihi atau Bapa yang menjadi sumber kasih yang kekal.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply