Renungan 10 Mei 2012

Kamis Pekan Paskah V

Kis 15:7-21
Mzm 96:1-2a.2b-3
Yoh 15:9-11

Keteladanan itu penting!

Seorang guru SD kelas I, selalu memulai kegiatan belajar mengajarnya dengan berkata, “Anak-anak, buatlah seperti contoh!” Maka setiap kali membaca, menulis dan berhitung selalu dimulai oleh guru dan diikuti oleh para siswa. Suara guru dan para siswa ketika membaca misalnya, bisa kedengaran dari kejauhan. Ini sungguh sebuah interaksi yang bagus antara para guru dan siswa.

Hari ini Yesus mengajak para muridNya untuk memahami makna pokok anggur dan ranting-ranting. Pada dasarnya Yesus mengingatkan para murid untuk mengikuti contoh yang Dia alami bersama Bapa di surga. Untuk tinggal di dalam kasihNya orang perlu mengalami kasih Tuhan. Tentang kasih, Yesus berkata, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu; tinggalah di dalam kasihKu itu”. Apa syarat untuk tinggal di dalam kasih Tuhan? Yesus memberikan dua syarat, pertama, supaya para murid menuruti perintah-perintahNya dan kedua, supaya para murid merasakan sukacita dari Bapa di Surga dalam diri Yesus sendiri.

Pengalaman kasih Allah dialami juga oleh Petrus dan para murid di Yerusalem. Dalam Konsili Pertama di Yerusalem, Petrus mengakui bahwa Tuhan juga telah memilihnya dan melalui mulutnya bangsa lain dapat mengenal Injil dan percaya. Yakobus mengingatkan komunitas di Yerusalem untuk tidak menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain yang bertobat. Paulus dan Barnabas menceritakan kasih Allah melalui mukjizat-mukjizat yang mereka kerjakan. Mereka juga mengalami bahwa kasih Allah memenuhi semua orang sehingga keselamatan pun menjadi milik semua orang yang berkenan pada Allah.

Sabda Tuhan hari ini membuka wawasan kita untuk mengerti makna keteladanan. Setiap orang tua harus memberi teladan yang  baik kepada anak-anaknya. Setiap guru memberi teladan yang baik kepada para siswa. Setiap pemimpin memberi teladan yang baik kepada anggotanya. Mengapa? Kita belajar dari Yesus. Ketika menjelaskan tentang kasih, Ia menunjukkan keteladanan bahwa Ia sendiri mengalami dan Ia juga menghendaki supaya kita mengalami kasih yang sama. Nah, tentu yang diharapkan adalah ketika mulut bisa berkata-kata tentang hal-hal yang baik maka perilaku juga ikut seharusnya sinkron dengan mulut. 

Sabda Tuhan juga mengoreksi kita terutama sikap yang mengangungkan diri sebagai status quo. Artinya terkadang saking bangganya kita sebagai pengikut Kristus sehingga terbentuk pola pikir bahwa mareka yang tidak sepaham, seagama dan kepercayaan dengan kita tidak akan diselamatkan. Keselamatan itu urusannya Tuhan. Kita sebagai manusia adalah sesama ciptaan Tuhan saja. Yang paling penting bagi kita adalah mengikuti perintah-perintah Tuhan supaya dapat tinggal di dalam kasihNya. Tentu saja semua orang dari agama dan kepercayaan bercita-cita yang sama yakni tinggal di dalam kasih Tuhan.

Doa: Tuhan, hari ini Engkau membuka pikiran kami melalui SabdaMu untuk mengalami kasihMu dan tinggal di dalam kasihMu itu. Kami juga Engkau arahkan untuk menghormati sesama, apapun agama dan kepercayaan mereka. Semoga teladanMu menjadi bagian dari hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply