Renungan 30 Juli 2012

Hari Senin, Minggu Biasa XVII
Yer 13:1-11
Mzm (Ul) 32:18-21
Mat 13:31-35

Jadilah seperti biji sesawi dan ragi!

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya mengikuti upacara adat pernikahan di kampung halamanku. Sebagai pastor saya juga diminta mengenakan sarung adat dan duduk bersama para orang tua, baik dari pihak perempuan (calon isteri) maupun laki-laki (calon suami). Masing-masing pihak memiliki juru bicara yang dianggap bijaksana karena mengerti “bahasa adat”. Mereka menggunakan pantun tertentu dalam kiasan-kiasan dan perumpamaan-perumpamaan. Saya tidak banyak mengerti semua yang juru bicaranya ungkapkan, hanya pada akhirnya saya melihat kedua pihak saling tukar menukar benda adat. Setelah itu mereka saling tepuk tangan diiringi nyanyian berupa pantun tertentu lagi.

Tuhan Yesus ketika menjelaskan tentang Kerajaan Sorga selalu menggunakan perumpamaan-perumpamaan tertentu sehingga dapat membantu para muridNya mengerti dengan baik. Oleh karena daerah Israel dari dulu terkenal dengan sistem pertanian yang baik maka Yesus pun menggunakan perumpamaan seputar kehidupan agraris atau kehidupan sebagai nelayan di danau Galilea. Misalnya Ia menggunakan contoh benih, biji-bijian dan pukat. Hal-hal ini sangat akrab dengan kehidupan para muridNya. Masalahnya adalah para murid memahami semua perumpamaan ini secara harafiah dan sempit sehingga Yesus harus menerangkannya lagi.

Pada hari ini Yesus mengumpamakan Kerajaan Sorga serupa dengan biji sesawi yang ditaburkan orang di atas sebuah lahan. Bagi Yesus, biji sesawi itu memang kecil, tetapi ketika bertumbuh akan menjadi besar melebihi sayuran lainnya bahkan menjadi pohon sehingga burung-burung dapat bersarang di atas cabang-cabangnya. Yesus juga mengumpamakan Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi. Ragi memang sedikit tetapi membuat adonan menjadi besar.

Biji sesawi dan ragi memang kecil dan terkadang kurang diperhatikan atau diabaikan tetapi ternyata memiliki daya yang besar. Biji sesawi dapat menjadi pohon, ragi menjadi adonan besar. Ada daya dari dalam biji sesawi dan ragi yang sifatnya mengubah kehidupan. Ini adalah optimisme Yesus tentang Kerajaan Sorga yang Ia wartakan. Dari sedikit orang yang mendengar pewartaanNya tetapi Ia optimis bahwa pewartaanNya itu akan mencapai seluruh dunia dan selama-lamanya. Para pewarta mengalami perubahan dari dalam dirinya dan dengan demikian mereka akan mengubah sesamanya menjadi baru. Ini semua tidak terlepas dari janjiNya untuk menyertai para utusan hingga akhir zaman.

Hidup kristiani akan bermakna ketika setiap pribadi yang dibaptis bertumbuh dalam iman. Seperti biji sesawi yang kecil bertumbuh menjadi besar, demikian benih-benih iman yang ditaburkan Tuhan di dalam hidup setiap pribadi melalui orang tua dan para pembina diharapkan dapat bertumbuh menjadi dewasa. Kadang-kadang orang boleh mengakui dirinya sebagai orang katolik “dari orok” atau mengakui bahwa nenek moyangnya sudah katolik “dari doeloe” tetapi imannya kerdil. Imannya dari kecil seperti biji sesawi lalu kerdil saat bertumbuh. Biji sesawi harus mendapat lahan yang subur bukan lahan yang mengerdilkan. Demikian juga ragi. Ragi itu sedikit, kelihatan tidak berdaya tetapi ketika diaduk merata bersama tepung terigu, ia membuat adonan itu menjadi besar. Hidup kristiani harus seperti ragi yang menyusup dalam adonan sehingga adonan menjadi besar. Ada roh yang berasal dari dalam diri setiap pribadi yang bekerja diam-diam tetapi memiliki kuasa untuk mengubah hidup banyak orang.

Apa yang harus kita lakukan? Supaya biji sesawi dapat tumbuh subur dan ragi dapat menyusup masuk dan mempengaruhi dari dalam maka kita perlu bertobat. Nabi Yeremia dalam bacaan pertama memberi gambaran nyata hidup manusia yang rapuh di hadirat Tuhan. Ibarat ikat pinggang lenan yang disembunyikan dicela-cela bukit batu dekat sungai Efrat dan menjadi lapuk demikian banyak orang yang mengaku sebagai orang beriman tetapi rapuh di dalam hidup imannya. Selalu saja ada kesombongan dalam diri manusia sehingga tidak mendengar Sabda Tuhan, hatinya degil dan suka menyembah berhala. Namun demikian Tuhan tetap memiliki rencana keselamatan bagi umatNya yang berdosa. Nah, agar orang-orang seperti ini menjadi sadar diri  dan bertobat maka Tuhan menjadikan mereka seperti ikat pinggang yang melekat pada pinggangNya “supaya mereka itu menjadi umat yang ternama, terpuji dan terhormat bagiKu”.

Nabi Yeremia mau mengatakan kebesaran Tuhan yang memiliki inisiatif untuk menarik mereka datang dan bersatu denganNya sebagai satu-satunya Allah yang benar. Laksana ikat pinggang yang menyatu dengan pemakainya, demikian umat Allah yang berdosa sekali pun “ditarik” oleh Allah untuk bersatu denganNya. Sungguh luar biasa Allah kita yang tidak memperhitungkan dosa-dosa tetapi memperhatikan iman kita. Iman sebagai anugerah cuma-cuma dari Tuhan maka tugas kita adalah menumbuhkannya, mematangkannya hari demi hari.

Sabda Tuhan hari ini sangat kaya dengan makna. Kita berusaha untuk bertumbuh dalam iman laksana biji sesawi, biji yang kecil menjadi besar. Iman kita kepada Tuhan jangan tetap menjadi iman seorang anak balita tetapi harus bertumbuh sejalan dengan usia kita. Semakin tua semakin menjadi dalam iman. Iman yang matang itu ditandai dengan kematangan dalam tingkah laku yang mencerminkan kematangan hidup rohani. Nah di sinilah peran ragi yang membuat adonan mengembang menjadi besar dari dalam adonan itu sendiri. Kematangan hidup iman, hidup rohani itu gerakan roh dari dalam diri setiap orang. Ini juga yang boleh disebut kharisma dalam diri setiap orang.

Kita juga bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu punya rencana untuk menyelamatkan dan membaharui hidup kita. KuasaNya laksana ikat pinggang yang menarik dan mengikat erat setiap pribadi untuk bersatu denganNya. Dengan demikian manusia yang berdosa akan menjadi ciptaan baru yang ternama, terpuji dan terhormat. Inilah martabat sebagai anak-anak Allah di dalam Yesus Kristus. Di dalam Kerajaan Sorga, orang-orang yang bertobat dan yang memiliki martabat sebagai anak-anak Allah adalah penghuninya.

Doa: Tuhan, terima kasih atas kasih dan pengampunanMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply