Renungan 3 Oktober 2012

Hari Rabu, Pekan Biasa XXVI
Ayb 9:1-12.14-16
Mzm 88:10bc-11.12-13.14-15
Luk 9:57-62

Mengikuti Yesus secara radikal

Ada seorang ibu yang mengaku punya hobi menyanyi. Ia mempunyai satu lagu kesayangan dan suka menyanyikannya. Lagu itu berjudul: Ai zhe Yesu (Ku mau cinta Yesus)

wo yao yong yong yuan yuan ai zhe Yesu
ku mau cinta Yesus selamannya
wo yao yong yong yuan yuan ai zhe Yesu
ku mau cinta Yesus selamanya
sui ran sheng ming zhongkuang feng he bao yu
meskipun badai silih berganti
jie lian bu duan na
dalam hidupku
wo reng ran yong yong yuan yuan ai zhe Yesu
ku tetap cinta cinta Yesus selamanya

Lagu ini memang sudah populer dan kadang-kadang orang kurang memperhatikannya. Lagu ini memberikan inspirasi yang besar bagi kita untuk memahami Sabda Tuhan hari ini terutama Injil untuk mengikuti dan mencintai Yesus secara radikal. Penginjil Lukas melukiskan Yesus yang sedang memulai perjalanan menuju ke Yerusalem. Yerusalem adalah tempat di mana Ia akan mewujudkan dan menyempurnakan sampai tuntas cinta kasih Allah bagi manusia. Yesus melakukan pekerjaan Bapa sampai tuntas. Oleh karena itu para pengikutnya dituntut untuk memiliki sikap yang tegas misalnya, meninggalkan segala jaminan, memperjuangkan Kerajaan Allah dan selalu mengarahkan pandangan ke depan.

Dikisahkan bahwa dalam perjalanan ini, ada seorang tanpa nama datang kepada Yesus dan berkata: “Aku akan mengikuti Engkau kemana pun engkau pergi”. Orang ini memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti Yesus. Menanggapi perkataan orang ini, Yesus memberikan wejangan bijaksana: “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang tetapi anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” Jawaban Yesus ini mau mengingatkannya bahwa untuk menjadi murid yang baik, ia harus merefleksikan secara serius karena ini adalah suatu pilihan yang radikal dan akan berdampak bagi kehidupan pribadinya selama hidup. Orang juga diingatkan untuk memiliki sikap lepas bebas dari segala harta dan kekayaan. Yesus berkata bahwa Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala. Ya, Yesus memilih hidup miskin supaya kita menjadi kaya dalam namaNya. Dia tidak terikat pada apa pun yang ada di dunia.

Kepada orang lain yang bukan murid, Yesus berkata, “Ikutlah Aku”. Orang itu berkata, “Izinkanlah aku pergi dahulu untuk menguburkan bapaku”. Memang tugas menguburkan jenazah orang tua adalah tugas penting sebagaimana dituliskan dalam Taurat. Yesus berkata kepadanya, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Yesus mau supaya setiap pengikutNya juga belajar untuk melupakan masa lalu. Mereka harus selalu rendah hati dan siap dengan pandangan tajam ke depan terutama untuk mewartakan Injil. Seorang lain lagi berkata, “Tuhan, aku akan mengikuti Engkau tetapi ijinkanlah aku pamitan dulu dengan keluarga”. Yesus berkata kepadanya, “Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Jawaban Yesus adalah sebuah ajakan baginya untuk fokus pada hal yang terpenting dan merupakan pilihannya.

Dalam bacaan pertama, Ayub berbicara dengan teman-temannya. Penderitaan yang sedang dialami Ayub dilihat hanya dari kacamata keadilan. Artinya penderitaan itu dilihat dari segi hukuman atas dosa-dosa pribadi orang tersebut. Ayub tidak sependapat dengan teman-temannya. Penderitaannya bukan karena ia berlaku jahat di hadirat Allah. Ia sendiri tidak mempersalahkan Allah. Figur Ayub memang unik: ia menderita tetapi tidak mempersalahkan siapa-siapa! Ini adalah sikap pasrah kepada kehendak Tuhan.

Dari dialog Yesus dengan orang-orang yang datang dan berkeinginan untuk mengikutiNya, kita menemukan beberapa sikap yang tepat sebagai orang yang dipanggil. Pertama, orang harus merasa bahwa panggilannya itu berasal dari Tuhan bukan semata-mata dari dirinya. Ia sendiri harus merasa yakin bahwa dirinya dikasihi Tuhan. Kedua, Sikap lepas bebas. Artinya, orang yang merasakan panggilan Tuhan untuk menjadi abdinya harus rela melepaskan segala-galanya dan membaktikan diri hanya untuk Tuhan. Melepaskan di sini bukan soal harta benda saja tetapi pribadi-pribadi yang kita cintai. Ketiga, matiraga dan menyangkal diri. Apabila orang mau mengikuti Yesus maka ia harus berani memikul salibnya hari demi hari. Ketiga hal ini dapat membantu kita untuk mengikuti Yesus secara radikal. Cintailah Yesus selamanya!

Doa: Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menjadikan kami pengikutMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply