Renungan 25 Januari 2013

Bertobatnya Rasul St. Paulus

Kis 22:3-16 atau Kis 9:1-22
Mzm 117:1.2
Mrk 16:15-18
Ia sanggup memelihara semuanya sampai hari terakhir!
Pesta pertobatan St. Paulus dirayakan di Italia dan Gallia sejak abad ke VIII ketika terjadi pemindahan relikui St. Paulus. Pada akhir abad ke X, pesta ini resmi masuk dalam kalender liturgi Gereja Roma dan dirayakan setiap tanggal 25 Januari. Pesta ini disebut Pertobatan St. Paulus karena mengingatkan kita pada panggilannya yang luhur dalam perjalanan ke Damaskus. Di samping itu semua pengajarannya tentang kuasa rahmat ilahi, perubahannya yang radikal dari hidupnya sebagai penganiaya jemaat Kristiani menjadi rasul sejati. Pertobatan St. Paulus juga menjadi sebuah peristiwa penting di dalam sejarah Gereja karena sejak saat itu ia bertumbuh menjadi misionaris agung di dalam Gereja Katolik. Ia berhasil menginjil berbagai tempat, banyak orang kafir yang bertobat. Ia sendiri berkata, “Aku tahu kepada siapa Kupercayakan diriku dan aku yakin bahwa Ia sanggup memelihara semuanya sampai hari terakhir” (2Tim 1:12; 4:8). Hari ini juga menjadi hari terakhir Pekan doa sedunia untuk oikumene.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan hidup dan panggilan Paulus. Ia berkisah: “Aku ini orang Yahudi, lahir di Tarsus dan tanah Kilikia, tetapi dibesarkan  di kota ini.  Aku dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kalian. Aku menganiaya murid-murid Tuhan sampai mereka mati. Pria dan wanita kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara. “ Dari kesaksian ini kita dapat menduga siapakah Saulus itu sebelum menjadi Paulus. Ia bukan orang biasa tetapi luar biasa. Ia memiliki pendidikan yang memadai dibandingkan dengan orang lain. Dari situ, ketika menangkap orang untuk menganiaya, ia memiliki keberanian dan alasan yang kuat.
Dalam perjalanan ke Damaskus, Saulus mengalami penglihatan. Ada cahaya yang memancar dari langit dan menyilaukannya. Ia merebah ke tanah dan namanya dipanggil: “Saulus…Saulus…mengapa engkau menganiaya Aku?”Saulus bertanya ke arah suara itu, “Siapakah Engkau Tuhan?” Dari cahaya itu datanglah jawaban, “Akulah Yesus, orang Nazareth yang engkau aniaya.” Dia kemudian bertanya kepada Yesus itu tentang apa yang harus ia lakukan. Yesus memintanya untuk pergi ke Damsyik dan di sana akan disampaikan segala sesuatu yang harus dikerjakan. Di Damsyik ia sudah ditunggu Ananias dan dengan bantuan Tuhan, Ananias membuka matanya dan Saulus pun melihat. Dia berubah total. Dari namanya Saulus, berubah menjadi Paulus. Dari hidupnya yang penuh dengan kekerasan berubah menjadi lembut hati.
Kita melihat terjadinya proses perubahan yang radikal dalam diri Paulus. Sebelumnya ia hidup dalam kegelapan dan tidak mengenal Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus mengenalnya, menyapa dengan nama dan mengutusnya. Sikap Yesus terhadap Paulus sangat inspiratif. Komunikasi dua arah memang lancar antara Yesus dan Saulus. Dengan saling mendengar maka Saulus menjadi Paulus. Ia menjadi rasul besar. Paulus juga tidak malu untuk bersaksi tentang dirinya bahwa ia pernah menganiaya jemaat. Orang yang bertobat adalah orang yang terbuka dan tidak malu-malu mengakui kesalahannya.
Penginjil Markus mengarahkan kita untuk pergi ke seluruh dunia  dan mewartakan. Yesus berpesan, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan di hukum”.  Apakah tanda yang dipakai untuk mewujudkan perutusan ini? Demi nama Yesus, mereka akan mengusir setan, berbicara dengan bahasa baru, berani memegang ular. Dan sekalipun minum racun maut, mereka takkan celaka. Dengan meletakkan tangan atas orang sakit mereka bisa disembuhkan.
Perintah Yesus ini dihayati secara sempurna oleh Paulus. Ia merasul kemana-mana dan banyak orang menjadi percaya Kristus. Injil baginya adalah kekuatan yang dahsyat. Itu sebabnya ia sendiri berkata, “Celakalah aku jika tidak mewartakan Injil”(1Kor 9:16). Kita belajar dari Paulus yang berani mewartakan Injil dan menjadi saksi Kristus. Baginya, “Aku hidup dalam kepercayaan kepada Putra Allah, yang mengasihi aku dan telah mengurbankan diriNya bagiku” (Gal 2:20).
Dengan merayakan pesta pertobatan St. Paulus ini mari kita memeriksa bathin dan menyatakan pertobatan pribadi kita masing-masing. Tuhan juga memanggil kita untuk bertobat secara radikal sehingga mampu mewartakan injil. Bersama Paulus kita pun berani bertobat secara radikal supaya layak di hadirat Tuhan.
Doa: Tuhan Yesus jangan memperhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman kami kepadaMu. Amen
PJSDB

 

Leave a Reply

Leave a Reply