Renungan 7 Februari 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa IV
Ibr 12:18-19.21-24
Mzm 48: 2-3a.3b-4.9.10.11
Mrk 6:7-13

Hidup adalah sebuah perjalanan!

Fr. JohnPernah terjadi perkelahian antara dua kakak beradik. Orang tua mereka sudah meninggal dunia. Masalah yang muncul setelah kematian orang tua adalah harta warisan. Si sulung mengklaim dirinya sebagai orang yang tepat untuk membagi dengan adil semua warisan orang tua. Si bungsu juga mengklaim dirinya sebagai orang yang tepat untuk membagi warisan karena orang tuanya sendiri pernah mengatakan kepadanya. Mereka akhirnya berurusan di depan kepala desa. Ketika bertemu di kantor desa, sang kepala desa dengan wibawa mengingatkan mereka, “Kalian berdua adalah kakak beradik, mengapa harus memperebutkan warisan dari orang tua kalian? Hanya kalian berdua sebagai anak dan tidak seorang pun mau merebut warisan itu dari tangan kalian. Ingat, hidup ini hanya sebuah perjalanan. Semua yang ada di dunia sifatnya sementara, ketika meninggal dunia anda tidak akan membawa apa-apa ke liang kubur atau ke surga”. Mendengar perkataan kepala desa ini, kedua kakak beradik merasa malu, mereka berdiri dan berpelukan. Mereka baru sadar bahwa hidup ini hanya sebuah perjalanan atau peziarahan dan bahwa semua yang dimiliki sifatnya hanya sementara saja.

Setelah Yesus ditolak di Nazareth karena orang-orang sekampung halamanNya tidak percaya padaNya, Ia tidak putus asa. Ia melakukan perjalanan dari desa ke desa untuk mengajar tentang Injil dan Kerajaan Allah. Yesus membutuhkan manusia untuk menjadi mitra kerjaNya dalam mewartakan Injil dan menghadirkan Kerajaan Allah. Penginjil Markus mengisahkan bahwa Yesus memanggil keduabelas muridNya dan mengutus mereka pergi berdua-dua. Pasti kita bertanya mengapa mereka pergi berdua-dua? Karena Yesus merasa bahwa para murid harus memberi kesaksian yang benar bahwa Ia sungguh-sungguh Utusan Bapa untuk menyelamatkan manusia (Mat 18:16). Jadi tidak cukup hanya satu orang yang memberi kesaksian (Bil 35:30; Ul 17:6). Di samping itu pekerjaan mewartakan Injil dan menghadirkan Kerajaan Allah dilakukan secara bersama-sama sebagai satu team atau komunitas. Dengan pergi berdua, setiap pribadi akan saling mendukung karena apa yang mereka lakukan bukan atas nama diri mereka. Mereka disadarkan bahwa segala sesuatu yang mereka kerjakan adalah pekerjaan Tuhan.

Yesus tidak hanya memanggil dan mengutus para muridNya. Ia juga memberi kuasa supaya mereka bertindak atas namaNya. Kuasa dalam hal apa? Mereka berkuasa atas roh-roh jahat. Mereka akan mengusir banyak setan, mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Jadi di sini Tuhan memberi kuasa kepada para murid untuk mematahkan kuasa jahat yang dipimpin oleh setan dan mengalahkan sakit penyakit yang diderita oleh manusia. Kuasa berasal dari Tuhan Yesus maka para murid tentu melakukannya bukan atas kuasa dan kekuatan sendiri melainkan kuasa dan kekuatan Tuhan.

Bagaimana para murid dapat berhasil sebagai pewarta khabar sukacita dan Kerajaan Allah? Yesus menasihati mereka untuk melakukan perutusan sebagai murid dalam semangat kemiskinan. Orang yang hidup miskin di hadirat Tuhan akan memiliki Kerajaan Surga (Mat 5:3). Maka mereka diingatkan Tuhan Yesus supaya tidak membawa apa-apa dalam perjalanan, kecuali tongkat dan alas kaki. Makanan berupa roti, uang, pakaian lebih  juga tidak perlu dibawa. Mungkin ada yang berpikir mengapa Tuhan Yesus begitu ekstrim? Ya, karena hidup ini adalah sebuah perjalanan. Tuhan akan menyiapkannya karena seorang pekerja patut mendapat upahnya (Mat 10:10). Tetapi dengan semangat kesederhanaan, orang juga akan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Di samping semangat kemiskinan, para murid juga diingatkan untuk hidup bertahan dalam kesulitan bahkan penderitaan. Mereka harus beryukur kalau kehadiran dan pewartaan mereka diterima. Kalau mereka mengalami penolakan, mereka harus tabah dan bertahan. Sikap miskin dan bertahan dalam derita atau cobaan apa pun membuat para murid tetap memiliki kuasa Tuhan untuk mempertobatkan orang, mengusir setan-setan dan dan menyembuhkan orang-orang sakit.

Penulis kepada umat Ibrani hari ini juga mengingatkan tentang perjalanan yang ditempuh para murid Kristus. Tentu kita tidak lagi mengalami pengalaman Sinai yang menakutkan sebagaimana dialami Musa ketika menyaksikan belukar yang menyala di Padang Gurun. Pengalaman dalam perjalanan sebagai pengikut Kristus adalah pengalaman penuh sukacita, akrab dan bersahabat karena Allah adalah kasih. Maka hidup adalah sebuah perjalanan ditandai dengan perjalanan ke bukit Sion, dan ke kota Allah yang hidup, Yerusalem Surgawi. Di sanalah kita bersatu dengan para kudus, para malaikat dan Kristus sendiri.

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa hidup ini hanya sebuah perjalanan menuju kepada Tuhan sang Pencipta kita. Kita memulai perjalanan dengan Tuhan dan akan diakhiri bersama Tuhan. Maka tugas kita adalah menerima dan memiliki kuasa Tuhan untuk mewartakan Injil dan menghadirkan Kerajaan Surga di atas dunia ini. Semua pelayanan kita bukan berasal dari kekuatan kita tetapi semuanya berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Mari kita menjadi saksi yang benar dan membawa banyak orang untuk semakin dekat dengan Tuhan. Apakah anda menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan?

Doa: Sadarkanlah bahwa hidupku hanya sebuah perjalanan dan biarlah aku ikut serta menjadi abdiMu yang setia. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply