Renungan 8 Februari 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa IV

Ibr 13:1-8

Mzm 27: 1.3.5.8b.9abc

Mrk 6: 14-29



Peliharalah kasih persaudaraan!


Ada seorang ibu yang mengendarai sebuah mobil. Ia melihat lampu lalu lintas masih berwarna hijau maka ia berani maju tetapi begitu melewati garis batas setengah meter, lampunya merah maka ia berhenti. Seorang oknum Polisi lalulintas langsung mendatanginya dan mengatakan ia bersalah karena melanggar peraturan lalulintas. Ibu itu berkata, “Maaf pak, saya tadi melihat lampunya masih hijau tetapi ketika saya maju lampunya merah sehingga saya berhenti. Badan mobilku hanya melewati batas setengah meter saja.”Polisi itu berkata, “Ya, tetapi anda sudah bersalah karena melanggar lalu lintas”. Ibu itu berkata, “Karena saya berhenti maka saya bersalah ya Pak. Tadi anda sendiri melihat lampunya merah tetapi orang tetap berjalan sehingga menimbulkan kemacetan di depan tetapi mereka tidak dipersalahkan”. Oknum Polisi itu salah tingkah tetapi tetap bersih keras mengatakan bahwa ibu itu bersalah. Ia meminta STNK dan SIM tetapi ibu itu merasa di pihak yang benar dan tidak mau memberinya. Oknum polisi itu tetap memaksa maka harus denda. Wajah polisi berubah ketika melihat bahwa di antara SIM dan STNK ada lembaran uang seratus ribu rupiah. Oknum polisi itu tersenyum dan mengatakan jangan beri di pinggir jalan tetapi di dalam pos aja. Ibu itu keluar dan melihat pemandangan yang menarik, di dalam pos itu oknum polisi bagi-bagi rejeki harian. SIM dan STNKnya juga dikembalikan sambil mengatakan, “Terima kasih bu, hati-hati di jalan”.


Sebuah pengalaman sederhana yang mau mengatakan bahwa kadang-kadang memang kita berada di pihak yang benar tetapi belum tentu benar menurut orang lain. Ibu tadi merasa berada di pihak yang benar. Ia melihat lampunya merah maka ia berhenti sedangkan pengendara lainnya tetap berjalan namun ia tetap dipersalahkan oleh oknum polisi bahwa ia melanggar lalu lintas sehingga terjadilah suap menyuap di pos polisi. Suap menyuap itu dosa struktural dan turun temurun. Memang orang yang benar tidak selalu benar bagi orang lain. Kebenaran dapat dikalahkan oleh gengsi dan kuasa.


Penginjil Markus hari ini mengisahkan tentang kemartiran Yohanes Pembaptis. Yohanes dipenjarakan karena mengingatkan Herodes bahwa tidak baik kalau ia mengambil dan menjadikan istri Herodias yang adalah istri saudaranya Filipus. Tetapi Herodes merasa tersinggung sehingga menangkap dan memenjarakan Yohanes. Yohanes akhirnya gugur sebagai martir karena kuasa dan gengsi Herodes. Herodes sendiri memang segan dengan Yohanes tetapi demi kuasa dan gengsinya maka ia melakukan kehendak dan janjinya. Herodias puas karena benih kebenciannya pada Yohanes berbuah dengan dipenggalnya kepala Yohanes. Yohanes memang memiliki maksud yang baik dan benar tetapi bagi Herodes dan Herodias, perkataan Yohanes itu menyakiti hati dan patut dihukum. Yohanes tidak bersalah tetapi dijadikan bersalah karena kuasa dan gengsi manusia yang berkuasa.


Hal lain yang kiranya menarik perhatian kita adalah figur Yesus semakin besar dan dikenal di mana-mana. Ia melakukan karya besar dengan mengajar dan membuat tanda-tanda heran. Itu sebabnya Herodes sendiri mendengar berita tentangNya dan mengira Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Segala kalangan mendengar dan berusaha untuk mengenal Yesus lebih dalam. 

Dalam masyarakat sosial kejahatan masih tetap berkembang bahkan cenderung menjadi subur. Banyak orang suka mendengar, melihat dan hidup bersama kejahatan. Namun perlu disadari bahwa pada akhirnya kebenaranlah yang menjadi segalanya. Yesus menderita, wafat dan bangkit dari alam maut. Kejahatan dikalahkanNya dan Dia sendirilah yang akan berkuasa. Penulis surat kepada umat Ibrani dengan tegas menulis, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini maupun selama-lamanya.” (Ibr 13:8).


Yesus mempersatukan semua orang maka perlu memelihara kasih persaudaraan. Penulis surat kepada jemaat Ibrani dalam bacaan pertama menasihati supaya setiap pengikut Kristus membuat karya amal kasih dan kepedulian kepada sesama. Ia menasihati, “Jangan kamu enggan memberi tumpangan kepada orang karena tanpa sadar kamu menjamu malaikat-malaikat”. Persaudaraan sejati juga ditujukkan kepada orang-orang hukuman dan mereka yang diperlakukan sewenang-wenang. Di samping itu ada nasihat-nasihat tentang hidup perkawinan, supaya orang setia dalam perkawinan dan tidak mudah menghancurkan keluarga. Selain hidup perkawinan hidup ekonomi dan keuangan juga diingatkan. “Janganlah kamu menjadi hamba uang, tetapi cukupkanlah dirimu dengan apa yang sudah ada padamu”.


Dalam suasana hidup yang sulit, orang diingatkan untuk selalu mengandalkan Tuhan karena Dialah penolong yang setia. “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut!” Mengapa orang tidak merasa takut? Karena Tuhanlah yang menjadi penolong abadi. Dialah Yesus Kristus yang tetap sama, baik kemarin, hari ini maupun selama-lamanya. Persaudaraan sejati dapat terbentuk ketika orang menyadari bahwa Yesus Kristus hadir dan menjadi penolong baginya dan kemudian ia juga tampil dan menolong sesama yang lain. Mari membangun persaudaraan sejati dalam Kristus. Akan ada perbedaan cara berpikir, cara pandang dan lain sebagainya tetapi orang harus berusaha untuk membangun persatuan dalam kasih. Cinta kasih adalah segalanya!


Doa: Tuhan semoga hari ini kami semakin mengagumi dan mengasihiMu. Amen.


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply