Pesta Yesus Menampakkan KemuliaanNya
2Pt 1:16-19
Mzm 97:1-2.5-6.9
Luk 9:28b-36
Seorang romo pernah bercerita bahwa ia merasa heran karena ditengah kerumunan orang banyak, ia masih dikenal sebagai seorang romo. Pada suatu kesempatan ia berani bertanya kepada orang yang menyapanya Romo tentang bagaimana ia mengenalnya. Orang itu mengatakan bahwa ia adalah seorang aktivis Gereja maka ia mengenal sosok para Romo. Ada yang istimewa dari diri mereka sebagai orang yang diurapi. Penampilannya, cara membawa dirinya, cara berbicara dan dari wajahnya terpancar sinar kekudusan. Ini sebuah sharing sederhana dari salah seorang Romo. Mungkin saja para Romo belum menyadari diri mereka sebagai orang yang diurapi sehingga merasa biasa-biasa saja tetapi kaum awam melihat sesuatu yang berbeda dalam hidup para Romo.



Di samping pengalaman terpesona di atas gunung karena mereka merasakan kehadiran Tuhan, ada juga awan yang menaungi mereka sehingga ada suara yang mengatakan: “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Ketika mendengar suara itu, di mata mereka hanya ada Yesus seorang diri. Pengalaman terpesona dengan kemuliaan Tuhan tidak hanya bersifat sementara. Para murid memiliki tugas dan tanggung jawab yang luhur yakni pertama-tama mereka harus percaya kepada Yesus bahwa Dialah Putra pilihan Bapa. Kedua, Mereka harus mendengar Yesus di dalam hidup mereka setiap hari. Ketiga, mereka siap menyimpan rahasia kehidupan Yesus bahwa kemuliaanNya akan diperoleh melalui penderitaanNya di Salib dan terlaksana di Yerusalem.

Pengalaman nyata Transfigurasi atau Yesus menampakkan kemuliaanNya adalah dalam perayaan Ekaristi. Tuhan menampakkan kemuliaanNya di hadapan kita dalam peristiwa transubstansi, di mana melalui tangan imam yang sudah dikuduskan oleh daya Roh Kudus, imam in persona Christi bertugas menguduskan, memberkati hosti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus. Jadi perubahan rupa hosti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus merupakan peringatan Transfigurasi Yesus di dalam kehidupan kita setiap kali berekaristi bersama. Maka pertanyaan bagi kita adalah apakah kita sungguh-sungguh menghayati Ekaristi yang kita rayakan bersama? Apakah Ekaristi memiliki kuasa mengubah kita untuk dapat mengalami kemuliaan Kristus di dalam diri kita masing-masing?
Leave a Reply