Homili Pemberkatan Basilika St. Yohanes Lateran (2013)

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran

Yeh 47:1-2.8-9.12

Mzm 46:2-3.5-6.8-9

1Kor 3:9b-11.16-17

Yoh 2:13-22

 

Kamu adalah tempat kediaman Allah

PejeSDBPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilik St. Yohanes Lateran. Basilik atau bangunan Gereja besar ini didirikan oleh Kaisar Konstantinus pada tahun 324. Basilika ini merupakan basilika agung pertama yang dibangun sebagai lambang kemerdekaan dan perdamaian bagi umat kristiani setelah tiga abad mengalami penganiayaan dari para kaisar Romawi yang masih kafir.  Pada zaman para rasul, mereka selalu berkumpul di tempat-tempat tertentu untuk berdoa bersama dan merayakan Ekaristi serta mendengar Firman Tuhan. Mereka menggunakan rumah-rumah jemaat untuk berkumpul bersama. Selama berkobarnya penganiayaan terhadap jemaat Kristen, mereka berkumpul di katakombe. Ketika Kaisar Konstantinus mengumumkan Edik Milano tahun 313, ia memusatkan perhatiannya pada membangun gereja-gereja dengan dukungan dari Helena ibunya.

Basilika agung pertama adalah Basilik agung st. Yohanes Lateran atau dikenal denganSan_Giovanni_in_Laterano2 nama Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran Lateran. Gereja ini diberkati oleh Paus Silvester I tahun 324. Basilika ini menjadi gereja Katedral Uskup Roma sehingga disebut juga induk dari semua Gereja di dunia. Basilika ini menjadi simbol cinta kasih dan persatuan bagi seluruh Gereja dengan Kristus sendiri. Maka dengan memperingati pesta pemberkatan Gereja ini kita menunjukkan kesetiaan sebagai jemaat Allah yang bersatu dengan Kristus dan menyadari diri kita sebagai tempat kediaman Allah.

St. John Lateran1Bacaan-bacaan liturgi yang dipilih pada hari ini mengarahkan kita pada semangat persekutuan sebagai Gereja yang satu, kudus dan apostolik. Motor penggeraknya adalah Roh Allah sendiri. Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama membagi pengalaman iman dari penglihatannya: “Aku melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup”. Air adalah simbol Roh Kudus yang dicurahkan kepada setiap pribadi yang percaya supaya hidupnya menghasilkan buah dalam ketekunan. Roh Kuduslah yang memberi hidup baru kepada setiap orang. Artinya di dalam diri setiap orang Roh Allah bersemayam dan memberi kesuburan dan kehidupan.

Pandangan Yehezkiel ini kiranya mirip dengan pemikiran St. Paulus. Dalam bacaan kedua, Paulus dengan tegas mengatakan kepada jemaat di Korintus: “Kamu adalah tempat kediaman Allah”. Mula-mula jemaat di Korintus disadarkan Paulus: “Kamu adalah ladang Allah dan bangunanNya”. Paulus menyadari dirinya sebagai arsitek yang merancang bangunan dengan cakap bagi jemaat di Korintus, di mana Yesus Kristus adalah batu yang paling dasar.  Yesus menjadi dasar hidup bagi bangunan komunitas Kristiani. Bagi Paulus, jemaat adalah bait Allah dan Roh Allah sendiri diam di dalam diri kita. Tidak ada kuasa apa pun yang dapat membinasakan Bait Allah.

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah. Apa yang mereka jual di dalam bait Allah? Para pedagangBersama Roh Kudus menjual lembu, kambing, domba, merpati dan uang. Ia menghalau mereka dengan keras dan mengatakan bahwa mereka telah menajiskan tempat yang kudus, yakni Rumah Bapa sendiri. Orang-orang saat itu mempertanyakan kuasaNya sehingga mengusir mereka dari Bait Allah. Yesus mengatakan bahwa TubuhNya adalah Bait Allah. Ia akan menderita, sengsara, wafat dan bangkit pada hari ketiga. TubuhNya jauh lebih mulia dari bangunan yang terbuat dari bebatuan. Cara pandang Tuhan memang berbeda. Ia memandang diriNya sebagai Bait Allah, Allah Bapa dan RohNya hadir di dalam diri Yesus, sedangkan para pedagang di dalam Bait Allah memandang Yesus sebagai manusia biasa.

Kita kembali kepada St. Paulus dalam bacaan kedua dimana ia mengatakan bahwa tubuh kita adalah Bait Allah Roh Kudus. Yesus dalam bacaan Injil mengatakan TubuhNya adalah Bait Allah yang hidup. Logikanya adalah bahwa kita semua yang dibaptis merupakan bagian dari Yesus. Karena Yesus adalah Bait Allah  maka Paulus menamakan kita Bait yang hidup, tempat Tinggal Allah Tritunggal Mahakudus. Sebagai Bait yang hidup, kita berada di dalam Yesus sendiri. Kita tinggal di dalam Yesus (Yoh 15:4-7) sehinga menjadi Bait Allah. Apakah anda pernah menyadari dirimu sebagai Bait Allah? Tetapi mengapa anda tetap jatuh dalam dosa yang menajiskan tubuhmu?

Bait Roh Kudus 2Apa yang harus kita lakukan? Pertama, Pesta pemberkatan Gereja Basilik Lateran mengajak kita untuk membangun persatuan sebagai jemaat dengan Gereja Roma. Gereja kita tetaplah satu, kudus dan apostolik maka persekutuan dengan Gereja induk di Roma adalah keharusan. Kedua, Kita diajak untuk menguduskan diri kita sebagai Gereja yang hidup. “Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus” demikian St. Paulus maka jagalah, rawatilah dan jangan menajiskannya dengan dosa ketidakmurnian! Oleh karena itu jangan berhenti menghargai tubuhmu sebagi tempat kudus bagi Allah. Ketiga, Kita menghargai Gereja sebagai tempat untuk berdoa dalam hal berpakaian yang sopan dan tidak menggunakan gadget di dalam Gereja selama ibadat berlangsung. Kadang-kadang tindakan kita bahkan melebihi para pedagang lembu, kambing dan penukar uang karena kita tidak merasa ada di dalam Gereja, tidak mendengar SabdaNya, mengadili orang lain di dalam hati kita. Mari kita berubah menjadi baru!

Doa: Tuhan, bantulah kami semua untuk menguduskan tempat ibadah kami yakni bangunan Gereja dan tubuh kami sebagai Tubuh Mistik Yesus PutraMu, tempat bersemayamnya Roh KudusMu sendiri. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply