Homili 21 November 2013

Bunda Maria dipersembahkan Kepada Allah

1Mak 2:15-29

Mzm 50: 1-2.5-6.14-15

Luk 19:41-44

 

Ujian Kesetiaan kepada Tuhan

 

P. John SDBPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan Bunda Maria dipersembahkan kepada Allah. Devosi ini dimulai sejak tahun 543, ketika gereja St. Perawan Maria dekat Kenisah Yerusalem diberkati. Gereja-gereja Timur memiliki devosi ini sejak abad ke-VI dan Gereja Katolik memasukannya di dalam kalender liturgy pada abad ke-XIV. Bagi Gereja-Gereja Timur, Maria adalah Theotokos (Bunda Allah), sungguh-sungguh Bait Allah yang hidup karena Yesus sang Penebus hidup di dalam dirinya. Bagi Gereja Katolik (Barat), Maria sejak kecil sangat istimewa bagi Tuhan sehingga Tuhan memilihnya untuk menjadi Bunda sang Penebus. Peringatan ini membantu kita untuk menyadari bahwa sejak awal Bunda Maria diberkati oleh Tuhan dan ia menjadi tempat kediaman Roh Kudus. Dengan demikian ia mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia melaksanakan kehendak Bapa dengan sempurna dan menjadi Bunda Yesus Kristus. Ia juga disebut berbahagia karena melaksanakan kehendak Allah lewat SabdaNya. Kita mengikuti jejak Maria sebagai orang yang dibaptis dengan mempersembahkan diri kita kepada Tuhan.

Bunda Maria bersedia menjadi Theotokos karena ia percaya kepada Allah. Ia menjadi makhluk yang paling istimewa dan segalaMaria dan Malaikat Gabriel makhluk yang ada. Imannya kepada Allah penuh dengan ujian kesetiaan kepada Tuhan. Kita membayangkan kisah awal setelah menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel. Ia mulanya ragu dan bertanya: bagaimana mungkin semuanya ini bisa terjadi karena dirinya sendiri belum bersuami. Tetapi ia menunjukkan imannya ketika mengatakan: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Ia memiliki kesetiaan yang besar kepada sabda Tuhan. Kesetiaan Maria kepada Tuhan membawa keselamatan kepada kita semua.

Sebenarnya kalau kita menelusuri Kitab Suci, kita juga berjumpa dengan pribadi-pribadi yang memiliki kesetiaan iman kepada Tuhan. Di dalam bacaan pertama pada hari ini kita mendengar kisah Matatias di dalam Kitab Makabe yang pertama. Matatias dan anak-anak serta kaum kerabatnya dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit: menjadi setia kepada Tuhan atau menjadi murtad dengan menyembah berhala. Ada magnet tersendiri yang diberikan oleh raja kafir Antiokus Epifanes yakni iming-imingnya untuk kesejahteraan, dihormati, menghadiakan perak, emas dan banyak hadia lainnya. Namun Matatias berani mengambil keputusan dengan berkata: “Kalau pun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi perintah seri baginda dan masing-masing murtad dari agama nenek moyangnya serta menyesuaikan  diri dengan perintah seri baginda, namun aku serta anak-anakku dan kaum kerabatku hendak tetap hidup menurut perjanjian nenek moyang kami. Semoga Tuhan mencegah kami untuk meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. Titah raja itu tidak dapat kami taati. Kami tidak dapat menyimpang sedikitpun dari agama kami” (1Mak 2: 19-22).

Matatias tetap berjuang untuk mempertahankan kemurnian ajaran agama Yahudi. Bersama dengan anak-anaknya, Matatias melarikan diri ke gunung, meningalkan segala harta miliknya. Matatias menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan dengan kesiapannya untuk mati demi mempertahankan iman, dan meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya. Ia memiliki sikap lepas bebas. Hidupnya tepat sebagaimana dikatakan pemazmur: “Siapa yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang datang dari Allah” (Mzm 50:23). Pada zaman ini banyak orang mudah meninggalkan keyakinan mereka hanya karena mengejar uang, kedudukan dan popularitas. Orang-orang seperti itu sebaiknya belajar pada Matatias yang tidak mengandalkan kemauan teman-teman untuk menyembah berhala dan murtad tetapi percaya diri dan yakin akan Allah yang benar. Ia mau tetap setia kepada perjanjian.

Tuhan Yesus juga menunjukkan kesetiaanNya kepada Bapa. Ia perlahan-lahan memasuki kota Yerusalem. Di atas bukit Zaitun, Ia memandang Yerusalem dan kemegahannya. Ia menangisi Yerualem karena Yerusalem tidak setia kepadaNya. Berkali-kali ia mengajak mereka untuk bertobat, mendengarNya tetapi hati mereka tertutup. Tawaran keselamatan dari Yesus tidak diterima. Orang lebih suka hidup dalam dosa dari pada hidup bersama Tuhan. Ia berkata: “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi hal ini tersembunyi bagi matamu”. Yesus juga menubuatkan kehancuran Yerusalem dan dalam sejarah, Yerusalem dihancurkan pada tahun 70M. Yerusalem adalah kota damai tetapi tidak ada damai! Mereka tidak menerima kehadiran Tuhan, atau saat Tuhan hadir dan melawat mereka.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk setia kepadaNya dengan mempersembahkan diri kita seperti Bunda Maria. Ia memberi dirinya secara total kepada Tuhan. Kita semua juga terinspirasi oleh kehidupan Matatias yang tidak tergiur oleh harta duniawi dan kehormatan. Iman kepada Tuhan adalah taruhannya. Yesus mencintai kita semua maka Ia menangis kalau kita tidak bertobat. Tuhan luar biasa menyapa kita hari ini.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu, supaya hari demi hari kami dapat setia sebagai orang beriman. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply