Uomo di Dio

Mentalitas Bekicot

 

P. John SDBKita semua mengenal bekicot sebagai hewan yang unik. Ia memiliki kepala, leher, kaki dan cangkang yang berfungsi untuk melindungi dirinya. Kepalanya memiliki tentakel yang berfungsi sebagai indera pencium dan penglihat. Tubuhnya selalu berlendir. Bekicot atau Achatina fulica adalah siput darat yang termasuk suku Achatinidae. Bekicot adalah hewan hermaprodit. Konon bekicot berasal dari daerah Afrika Timur dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri terdapat tiga spesies yakni achatina fulica rodatzi, achatina fulica sinistrosa, achatina fulica umblicata. Ada banyak manfaat dari bekicot yakni sebagai sumber protein hewani yang bermutu tinggi karena memiliki asam amino, dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung yang suka berdebar, insomnia. Lendir pada bagian dalam cangkangnya berguna untuk mengobati luka sayat. Daging bekicot bisa mengobati hepatitis B dan liver.

Saya pernah memperhatikan seekor bekicot. Pada saat yang sunyi ia berjalan di atas dahan pohon dengan berani. Tentakel atau bagian tubuh di kepala seperti antene atau tanduk itu berfungsi sebagai indera untuk mengarahkan dia berjalan. Tentakelnya itu selalu keluar dan masuk kepalanya. Ketika berada dalam situasi yang tidak nyaman misalnya saat itu tangan saya menyentuh tentakelnya, tentakelnya itu akan masuk ke dalam kepalanya dan perlahan-lahan tubuhnya masuk ke dalam cangkangnya yang keras. Ketika situasi aman kembali maka kepalanya akan muncul dan perlahan-lahan seluruh tubuhnya muncul sambil memikul cangkangnya berjalan. Tuhan sudah menciptakan bekicot dengan segala keunikannya yang luar biasa.

Bekicot sebagai hewan lunak ini memiliki perilaku yang kadang sadar atau tidak sadar dimiliki oleh setiap orang. Meskipun manusia tidak memiliki cangkang dan tentakel atau antene yang kelihatan di kepala seperti bekicot tetapi perilaku bekicot selalu ada dalam diri setiap orang. Sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya bahwa ketika berada dalam situasi aman bekicot akan leluasa bergerak dengan menggunakan tentakelnya.Tentakelnya itu selalu keluar dan masuk, memberi komando untuk bergerak atau mengurung dirinya di dalam cangakang. Demikian terjadi juga dalam diri manusia. Ada orang yang memiliki ketakutan terselubung  di dalam lingkungannya. Ketika ia keluar, ia melihat-lihat apakah situasinya aman baginya untuk berbicara dan bertindak. Kalau situasinya aman maka ia kelihatan berani tetapi kalau situasi tidak aman maka ia akan mengurung dirinya dalam cangkangnya yang tidak kelihatan. Orang-orang seperti ini sangat berbahaya di dalam hidup bersama.

Perilaku dan mentalitas bekicot adalah milik orang yang kurang percaya diri dan hidup dalam selubung ketakutan. Mungkin karena bekicot itu bertubuh lunak dan mudah bersembunyi dalam cangkangnya yang keras maka orang bisa diibaratkan seperti itu. Orang yang kurang percaya diri hanya berani berbicara dan bertindak dalam situasi yang aman dan tidak membahayakan dirinya. Ia bisa memberi kritikan yang pedas kepada orang lain kemudian menyembunyikan dirinya di dalam cangkangnya sendiri. Artinya ada orang yang hanya bisa berbicara tetapi tidak bertindak terang-terangan karena bersembunyi dalam cangkangnya sendiri. Ada saja alasan untuk membenarkan dirinya. Nah inilah kebiasaan omdo alias omong doang atau nato: no action talk only.

Mentalitas bekicot dapat melanda dan meracuni kehidupan pria katolik. Ada pria katolik yang bermental bekicot. Misalnya, ketika melihat atau mengalami situasi sosial tertentu langsung kurang percaya diri sehingga muncul aneka ketakutan di dalam dirinya. Ada pria katolik yang takut dipecat, takut ditindas, takut menderita, takut miskin dan takut mati. Pria katolik yang bermentalitas bekicot ini akan diam-diam mendukung kejahatan terselubung seperti korupsi yang merajalela. Mengapa? Karena ia berada di dalam pilihan yang sulit: atau korupsi atau kedudukan dan nyawa yang menjadi korban. Biasanya orang memilih lebih baik berdosa daripada mati bukan lebih baik mati dari pada berbuat dosa. Padahal Yesus sendiri mengingatkan bahwa di dalam situasi yang sulit menjadi kesempatan untuk bersaksi. Rambut kepala kita semuanya terhitung maka mengapa harus takut? (Mat 10:30-31).

Mari kita memandang Yesus, sang Maestro dan sumber Spiritualitas kita. Yesus tidak pernah memiliki mentalitas bekicot. Ia berani melawan arus ketika berhadapan dengan kaum Farisi dan para ahli Taurat. Opsi pelayanan Yesus adalah mewartakan Injil kepada kaum miskin maka selama hidupnya Ia menjadi akrab dengan kaum miskin, orang sakit dan pendosa. Ketika Yesus akrab dengan para pemungut cukai, orang Farisi hanya bisa bersungut-sungut. Yesus juga akrab dengan para pendosa tetapi Ia sendiri tidak pernah jatuh dalam dosa. Ia bahkan mengubah orang berdosa menjadi orang baik dan benar. Ia sendiri berkata: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukanlah persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Keberanian Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah, sebuah Kerajaan yang adil dan penuh kasih ini dituntaskannya dengan menderita, sengsara dan wafat di kayu salib untuk keselamatan banyak orang.

Pria katolik yang tidak bermental bekicot adalah Dia yang berani seperti Yesus untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan dengan terang-terangan. Pria katolik yang tidak terpasung dalam ketakutan. Mari kita keluar dari mentalitas bekicot dan memiliki keberanian dari Tuhan untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan di dalam hidup setiap hari.

Doa: Tuhan, semoga pada hari ini kami memiliki keberanian untuk hidup jujur dan adil bersama orang-orang di sekitar kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply