Homili Hari Minggu Adventus II/A

Hari Minggu Adventus II/A

Yes 11:1-10

Mzm 72:1-2.7-8.12-13.17

Rm 15:4-9

Mat 3:1-12

 

Bertobatlah!

 

Fr. JohnPada hari ini kita memasuki hari Minggu Pekan Adventus II. Figur yang menjadi inspirator kita adalah Yohanes Pembaptis. Kita semua mengenal Yohanes dari kesaksian Injil sebagai figur yang penting yang menyiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Penginjil Matius hari ini melaporkan persiapan-persiapan praktis yang dilakukan Yohanes dengan mewartakan dan membaptis. Yohanes adalah suara yang berseru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya”. Ia menunjukkan semangat kesederhanan dan matiraga dalam hal makan dan minum. Ini kelihatan dari jubahnya yang terbuat dari bulu unta dan ikat pinggannya kulit. Makanannya adalah belalang dan madu hutan. Sebagai suara yang berseru maka Yohanes menyerukan tobat dengan berkata: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”

Yohanes mewartakan dan membaptis dengan hidupnya yang nyata. Banyak orang berdatangan dari Yerusalem, Yudea dan daerah sekitar Yordan. Mereka meminta untuk dibaptis bukan hanya karena mendengar suara Yohanes tetapi juga karena kesaksian hidupnya yang konkret. Orang-orang Farisi dan Saduki pun berdatangan untuk minta dibaptis. Kepada mereka Yohanes memberikan seruan yang sangat keras: “Hai kamu keturunan ular beludak, Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Hasilkanlah buah sesuai dengan pertobatan”. Menjadi anak Abraham belumlah menjadi jaminan keselamatan sebab keselamatan kekal hanya dalam nama Yesus Kristus.

Yohanes juga merendahkan dirinya dengan mengakui bahwa dirinya bukanlah Mesias.Ia hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan tetapi Mesias yakni Yesus yang sedang ada di tengah-tengah mereka akan membaptis dengan Roh Kudus dan api. Yesus akan menjadi raja yang adil untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Yesus harus semakin besar dan Yohanes akan semakin kecil. Yohanes dalam pewartaannya ini mau mengubah gaya hidup kita setiap hari untuk menjadi orang yang sederhana. Menanti kedatangan Tuhan dengan hati yang suci, hidup yang sederhana akan membantu kita untuk prihatin dan siap untuk berbagi dengan sesama yang lain.

Yohanes mewartakan seruan tobat di padang gurun. Padang gurun merupakan tempat simbolis yang mendalam. Di dalam Kitab Perjanjian Lama, padang gurun merupakan tempat perjumpaan antara manusia dan Tuhan. Tuhan berbicara kepada umat Israel dan mereka mendengarkanNya. Pada gurun menjadi tempat di mana Tuhan menunjukkan belaskasihNya kepada manusia yang berkali-kali jatuh dalam dosa dan salah. Mereka bersungut-sungut padahal sedang mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Padang gurun menjadi tempat pergumulan antara manusia dengan alam dan dirinya sendiri. Dari situ orang dapat mengubah dan menguduskan dirinya sehingga layak di hadirat Tuhan.

Yesaya di dalam bacaan pertama menggambarkan bagaimana rencana Tuhan untuk memberikan seorang pemimpin yang dapat membebaskan Israel. Sang pemimpin yang dijanjikan Tuhan itu penuh dengan Roh Kudus: Roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan. Sang pemimpin itu akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan dan dengan kejujuran akan menjatuhkan terhadap orang-orang yang tertindas. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan.

Gambaran pemimpin yang luhur ini berdampak pada suatu keharmonisan yang luar biasa antara manusia dan alam huniannya, demikian juga segala makhluk yang lain hidup dalam keharmonisan. Sebagai contoh keharmonisan adalah lembu dan beruang akan makan rumput bersama, anak-anaknya akan berbaring sama-sama, singa sendiri akan makan jerami seperti lembu. Bayi akan bermain-main dekat liang ular tedung, anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke dalam sarang ular beludak. Kejahatan akan lenyap dan yang ada hanyalah kebaikan. Keharmonisan adalah buah pertobatan dan menunjukkan bahwa Allah kita itu berbelas kasih, adil dan maharahim.

Santu Paulus dalam bacaan kedua memperjelas gambaran Yesaya dalam bacaan pertama dalam figur Yesus Kristus. Menurut Paulus, Yesus Kristus adalah keselamatan bagi umat manusia. Kitab Suci sebagai sabda Allah yang tertulisa dalam bahasa manusia adalah sumber bagi kita untuk mengenal Kristus. Oleh karena itu kita semua diharapkan untuk berpegang teguh pada Kitab Suci. dari KItab Suci juga kita berjumpa dengan Allah yang menghendaki keharmonisan. Paulus menamakan keharmonisan dengan kata kerukunan yang mempersatukan semua pribadi untuk memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Dampak dari kerukunan adalah setiap pribadi akan saling menerima satu sama lain. Dengan cara hidup seperti ini maka semua orang akan bersatu dan memuliakan Allah.

Sabda Tuhan pada hari Minggu adventus kedua ini sangatlah indah untuk kita renungkan ndan hayati di dalam hidup kita. Dalam masa adventus ini mari kita membangun pertobatan supaya layak menantikan kedatangan Tuhan. Buah pertobatan pribadi adalah ada damai dan sukacita di dalam hidup pribadi dan dari situ kita juga dapat mewartakannya kepada sesama. Kita juga diharapkan untuk akrab dengan Kitab Suci sebagai sabda kehidupan. Dari Kitab Suci kita akan mengenal lebih dalam Yesus Kristus. St. Hironimus mengatakan: “Tidak mengenal Kitab Suci sama saja dengan tidak mengenal Yesus Kristus.”

Doa: Ya Tuhan, Engkau sungguh baik bagi kami. Engkau sudah memanggil kami kepada pertobatan. Semoga kami boleh melakukannya dan mengalami kehadiranMu di dalam hidup kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply