Homili Hari Minggu Biasa V/A – 2014

Hari Minggu Biasa V

Yes. 58:7-10;

Mzm. 112:4-5,6-7,8a,9;

1Kor. 2:1-5;

Mat. 5:13-16

 

Kamu adalah garam dan terang dunia

 

Fr. JohnKetika masih kecil saya memiliki pengalaman yang indah tentang bagaimana membuat garam. Orang-orang di kampung saya pergi ke pantai yang jaraknya sekitar 10km dengan membawa peralatan sederhana yang terbuat dari pelepa pinang. Orang di kampungku menyebutnya “Kebakul”. Mereka mengisi “kebakul” dengan air laut sampai penuh dan membiarkanya selama satu minggu. Pada hari yang ke tujuh mereka kembali ke pantai untuk mengambil garam yang sudah ada di dalam “kebakul”. Garamnya agak kasar, berwarnah putih dan sangat asin. Dari garam laut, orang bisa mengawetkan makanan khususnya daging, memberi rasa pada makanan dan menyembuhkan penyakit tertentu. Di kampungku saat itu juga belum ada listrik. Maka orang menggunakan pelita, lampu lentera dan obor sebagai penerangan. Pada pagi hari ada keluarga tertentu menyalahkan api dan banyak orang berdatangan, mendekati api untuk mengambilnya atau sekedar menghangatkan badan sambil bercerita. Nah, garam dan api adalah dua unsur yang mempersatukan banyak pribadi di kampungku.

Tuhan Yesus mengajar Sabda Bahagia kepada para muridNya. Untuk membuat para muridNya lebih mengerti semua Sabda Bahagia maka Ia menjelaskannya dengan contoh-contoh yang praktis. Mengapa Ia mengambil contoh garam dan terang? Dua unsur ini kiranya paling populer dan mudah dipahami oleh para muridNya, terutama dalam hubungannya dengan cara mereka mendengarkan Sabda dan melakukannya. Ia mengambil contoh garam. Tanah Israel memiliki laut mati yang kadar garamnya 28 kali lebih asin dari kadar garam laut lainnya sehingga tidak ada kehidupan di sana. Di samping garam, Yesus juga mengambil contoh terang. Daerah Israel itu bergunung-gunung maka kalau di kampung atau kota di daerah pegunungan memiliki penerangan maka akan mengisyaratkan kepada tempat lain bahwa di sana ada manusia yang menghuninya.

Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam menjadi tawar, dengan apa ia akan diasinkan? Garam itu tidak ada gunanya sehingga dibuang dan diinjak oleh orang di jalanan. Garam digunakan oleh orang-orang untuk mengawetkan makanan, memberi rasa nikmat pada makanan dan menyembuhkan penyakit kulit tertentu. Garam dapat memberi rasa kepada makanan ketika ia harus kehilangan wujudnya, masuk ke dalam makanan dan dari dalam makanan itu ia memberi rasa nikmat tertentu. Kalau garam tidak kehilangan wujudnya maka ia juga tidak atau hanya sedikit memberi rasa pada makanan. Yesus mengatakan bahwa garam itu memang baik, tetapi jika menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? (Mrk 9:50).

Yesus juga berkata: “Kamu adalah terang dunia… Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan BapaMu yang di surga.” Yesus mengatakan bahwa para muridNya adalah terang dunia (Mat 5:14). Tetapi dalam injil Yohanes, Yesus berkata: “Akulah terang dunia” (Yoh 8:12). Pertanyaan kita adalah, siapakah yang menjadi terang? Apakah Yesus adalah Terang ataukah para pengikutNya? Jawaban pasti kita temukan dalam perkataanYesus ini: “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia”. Apa artinya ini bagi kita? Artinya ketika Yesus masih berada di atas dunia, Dia adalah satu-satunya Terang dunia. Ketika Ia beralih dari dunia ini Ia akan menjadikan para muridNya terang dan diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik.

Menjadi garam dan terang dunia mengandaikan kesaksian hidup yang nyata sebagai murid-murid Tuhan. Semua perbuatan baik, perbuatan kasih yang kita lakukan adalah tanda bahwa Allah hadir di dalam diri kita dan kita menunjukkanNya kepada semua orang supaya namaNya dapat dimuliakan. Tentang hal ini Yesus berkata: “Dengan demikian semua orangĀ akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh13:35). Murid Kristus tidak takut menghadirkanNya di dalam dunia ini. Nah, dalam hubungan dengan garam dan terang: garam itu tentu harus berbeda rasanya dengan makanan sehingga dari situ garam dapat memberi rasa. Kalau garam tanpa rasa asinnya maka garam tidaklah berguna. Terang juga harus berbeda dengan gelap. Dengan demikian terang akan menerangi kegelapan.

Tuhan Allah melalui nabi Yesaya dalam bacaan pertama bernubuat tentang bagaimana menjadi terang di dunia. Menjadi terang dunia diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan baik. Tuhan berfirman: “Aku menghendaki supaya engkau membagi-bagikan rotimu kepada orang yang lapar, dan membawa ke rumahmu orang-orang miskin dan apabila engkau melihat orang telanjang maka engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri”. Dengan berbuat baik bagi sesama maka ketika kita sendiri mengalami kesulitan, Tuhan akan siap membantu kita. Ketika kita berteriak minta tolong maka Ia akan mendengarkan kita. Terang itu adalah perbuatan baik atau perbuatan kasih kepada sesama. Perbuatan baik yang kita lakukan dapat membuat manusia menjadi manusia yang lebih bermartabat.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengajak kita untuk memandang kepada Yesus tersalib. Yesus adalah garam dan terang sejati bagi kita.Dalam rencana keselamatan, Bapa merelakan diriNya menjadi manusia, dan dengan menjadi manusia maka Ia dapat menyelamatkan kita dan menjadikan kita anak-anak Allah. Kristus tersalib yang diwartakan Paulus bagi jemaat di Korintus adalah garam dan terang sejati! Paulus sendiri dikuatkan oleh Roh kudus untuk mewartakan Kristus tersalib.

Pada hari ini kita semua dikuatkan Tuhan untuk berani bersaksi, berani berkorban, berani kehilangan diri untuk kemuliaan Tuhan. Hadirkanlah Tuhan dalam hidupmu yang nyata. Hendaknya garammu memberi makna kehidupan bagi sesamamu. Hendakanya perbuatan baikmu mengubah hati orang yang keras dan dangkal supaya menjadi setia kepada Tuhan.

Doa: Tuhan, jadikanlah kami garam dan terang bagi dunia sehingga namaMu makin dimuliakan oleh semua orang. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply