Homili 10 Februari 2014

Hari Senin, Pekan Biasa ke-V

Peringatan Wajib St. Skolastika

1Raj. 8:1-7,9-13;

Mzm. 132:6-7,8-10;

Mrk. 6:53-56

 

Merasakan kehadiran Tuhan!

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Skolastika. Skolastika adalah adik kandung St. Benediktus, pendiri Ordo Benediktin, Abbas terkenal di Monte Kasino. Sejak masih remaja, Skolastika sudah memiliki cita-cita untuk membaktikan diri bagi Tuhan dalam doa dan tapa. Setelah menjadi biarawati, ia mengikuti jejak kakaknya dengan mendirikan sebuah biara tersendiri yang berdekatan dengan biara monte Kasino tempat kakaknya bertapa. Banyak wanita yang mengikuti jejaknya untuk tinggal bersamanya di biara itu. Skolastika dan Benediktus saling mengunjungi dan meneguhkan panggilan. Skolastika mengunjungi Benediktus dan meminta bimbingannya, demikian Benediktus juga mengunjugi biara Skolastika dan membimbing para susternya. Dikisahkan bahwa sebelum meninggal dunia, Skolastika dikunjungi kakaknya Benediktus. Ia diminta Skolastika untuk menceritakan hidup para kudus yang sudah meninggal dunia. Skolastika meninggal dunia di hadapan kakaknya Benediktus pada tahun 543. Para kudus Allah selalu merasakan kehadiran Tuhan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk ikut merasakan kehadiran Allah secara terus menerus. Di dalam bacaan pertama, dikisahkan bahwa Salomo barusan diangkat menjadi raja bagi Israel. Ia diberkati Tuhan dengan kebijaksaaan yang dimintanya sendiri, dan juga harta kekayaan dan usia panjang yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Sebagai wujud kasihnya kepada Tuhan maka Salomo membangun rumah Tuhan yang megah di Yerusalem. Setelah selesai dibangun, Ia berniat untuk memindahkan Tabut Perjanjian dari kota ayahnya Daud di Sion ke dalam rumah Allah yang dibangunnya. Para tua-tua Israel, semua kepala suku, para pemimpin keluarga Israel berkumpul di depan Yerusalem untuk mengangkut Tabut Perjanjian dan ditempatkan di dalam rumah Tuhan. Tabut Perjanjian itu berisi dua loh batu yang diletakkan Musa di Gunung Horeb. Loh-loh batu itu merupakan ikatan Perjanjian antara Tuhan dan umat Israel.

Apa yang dilakukan Salomo dan umat Israel? Mereka sangat bersukacita sehingga mempersembahkan banyak korban persembahan kepada Tuhan, sambil Tabut Perjanjian itu diarak masuk ke dalam rumah Tuhan dan di tempatkan di tempat paling kudus yang sudah disiapkan. Tempat itu disebut tempat mahakudus, tepat di bawah kerub-kerub. Ketika para imam keluar dari tempat itu, turunlah awan memenuhi rumah Tuhan. Para imam sendiri tidak dapat tahan berdiri di tempat itu karena kemuliaan Tuhan memenuhi rumah itu. Pada saat itu Salomo berdoa: “Tuhan telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam di dalam kekelaman. Sekarang aku telah mendirikan rumah kediaman bagiMu, tempat Engkau menetap selama-lamanya” (2Raj 8:12-13).

Kisah pengalaman akan Allah dalam diri Salomo ini menarik perhatian kita. Mereka merindukan kehadiran dan penyertaan Tuhan. Kehadiran Tuhan di tengah-tengah umatNya ada dalam tanda nyata yaitu Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian adalah dua loh batu yang berisi ikatan kasih antara Allah dan manusia. Ikatan itu yang selalu dirasakan dan disyukuri umat Israel. Salomo berhasil membangun sebuah rumah untuk Tuhan dan ia berharap, kiranya Tuhan juga tinggal tetap selama-lamanya bersama mereka.

Kita juga merindukan Yesus untuk selalu hadir di dalam Gereja dan di dalam diri kita sendiri. Di dalam bacaan Injil dikisahkan bagaimana Yesus dan para muridNya mendarat di Genazaret dan banyak orang sakit berdesakkan untuk menyentuhNya sehingga mereka dapat memperoleh kesembuhan. Ada yang hanya menyentuh ujung jubahNya dan menjadi sembuh. Di sini Yesus menunjukkan kehadiranNya di tengah umat manusia yang menderita sakit. Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka semua.

Kehadiran Yesus dirasakan dalam tindakan keselamatan. Ia hadir dan menyertai mereka yang sakit serta menyembuhkan. Pada saat ini Gereja juga merasakan kehadiran Yesus yang terus menerus dalam sakramen-sakramen, khususnya Sakramen Ekaristi. Di dalam Sakramen Ekaristi, Tuhan hadir secara nyata dalam Sabda dan mempersembahkan Tubuh dan DarahNya untuk keselamatan manusia. Gereja juga dipanggil untuk hadir secara aktif dalam pelayanan kasih kepada kaum papa dan miskin. Apakah Gereja berani seperti Kristus yang hadir dan menyertai umatNya hingga akhir zaman (Mat 28:20)? Apakah umat beriman bersedia menjadi pelayan-pelayan bagi orang yang menderita sengsara? Mari kita juga merasakan kehadiran Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu hadir dan meneguhkan hidup saudara-saudari kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply