Homili 11 Februari 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa V

1Raj. 8:22-23,27-30;

Mzm. 84:3,4,5,10,11;

Mrk. 7:1-13

 

KepadaMu kupanjatkan Doaku!

 

Fr. JohnAda seorang ibu yang setiap hari mengajak anaknya untuk berdoa. Pada pagi hari ia mengajak anaknya untuk berdoa, mendengar firman harian dan mendengar sebuah lagu rohani. Pada malam hari sekali lagi mereka berkumpul untuk berdoa bersama. Semakin sering berdoa bersama orang tuanya, anak itu merasa bahwa doa dan pujian kepada Tuhan merupakan sebuah kebiasaan yang bagus. Ia pun mengajak teman-temannya untuk belajar berdoa. Pada suatu hari ia bertanya kepada ibunya: “Bu, apa artinya kita berdoa?” Ibunya bertanya, “Mengapa engkau bertanya demikian?” Anak itu menjawab, “Karena selama  ini kita berdoa bersama terapi saya belum mengerti apa artinya berdoa”. Ibunya menjawab dengan singkat: “Berdoa berarti kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan”. Sejak saat itu anak itu menyadari bahwa berdoa berarti selalu bersatu dengan Tuhan melalui hati dan pikiran.

Pada hari ini kita mendengar dari bacaan pertama, kisah Salomo berdoa kepada Allah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tabut Perjanjian sudah dipindahkan dari kota Sion ke dalam Rumah Tuhan yang dibangun oleh Salomo. Di dalam rumah Tuhan itu, Tabut Perjanjian diletakkan dan kemuliaan Tuhan menaunginya sekaligus menandakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah umatNya. Ini juga yang menjadi harapan dari Salomo supaya Tuhan selalu menyertai umatNya.

Ketika menyaksikan kemuliaan Tuhan di dalam Rumah Tuhan, Salomo menaikan doa-doanya untuk memuji kebesaran Tuhan di depan Mezbah: “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu”. Salomo dalam doanya ini mengenang kembali semua karya agung yang dilakukan Tuhan bagi Israel. Tuhan Allah yang dimiliki Israel adalah Dia yang sangat mengasihi dan menyertai umatNya. Ia telah mengikat perjanjian kasih dan tetap teguh selama-lamanya. Tabut Perjanjian merupakan tanda nyata ikatan kasih Tuhan dan manusia, dalam hal ini bangsa Israel.

Allah itu mahabesar. Ia mengatasi segalanya di atas bumi. Salomo menyadari bahwa langit dan bumi saja tidak akan mampu menampung kuasa Allah. Maka rumah yang didirikannya juga tidak layak menjadi tempat bagi Tuhan tetapi ia memohon supaya Tuhan mendengar pujian dan doanya. Kiranya mata Tuhan tertuju kepada umat kesayangannya yang berkumpul bersama dan berdoa di dalam rumah Tuhan. Kiranya Tuhan juga mendengarkannya dan mengampuni umat kesayanganNya

Bacaan ini mendorong kita untuk senantiasa berkumpul bersama, memanjatkan doa dan pujian kita kepada Tuhan. Kita boleh bertanya, apakah Gereja sebagai bangunan fisik sungguh-sungguh menjadi rumah doa bagi kita? Apakah kita menguduskan rumah doa kita atau kita mengotorinya dengan sikap dan prilaku kita. Banyak orang yang tidak menguduskan bangunan Gereja. Mereka duduk di dalam Gereja untuk memikirkan hal-hal yang jahat, membenci sesama di dalam Gereja, bermain gadget sehingga tidak mendengar Sabda Tuhan dan berbagai tindakan lainnya. Kita seharusnya menyadari bahwa Gereja adalah rumah doa, tempat di mana kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu tekun dalam doa dan pujian kami ke hadiratMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply