Homili 20 Februari 2014

Hari  Kamis, Pekan Biasa VI

Yak 2:1-9

Mzm 34:2-3.4-5.6-7

Mrk 8:27-33

 

Jangan Pilih Kasih!

 

Fr. JohnSaya pernah melakukan perjalanan dengan Bus Way dari ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat ke halte Harmoni. Saya memperhatikan seorang Bapa berdasi, memegang tas eksekutif duduk dengan santai dan nyaman. Sambil berdiri saya memperhatikan perilaku Bapak berdasi tersebut. Ia melihat ke arah seorang ibu tua, yang kesulitan berdiri di tengah penumpang yang lain. Ia menarik tangan ibu itu dan mempersilakannya duduk di bangkunya yang nyaman tersebut. Dengan ramah ia bertanya hendak ke mana ibu itu pergi dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Saya turun di halte bus Harmoni dengan sukacita karena telah melihat seorang Bapa berdasi memperhatikan seorang ibu yang miskin dengan memberi tempat duduk kepadanya. Cinta kasih kepada sesama itu meruntuhkan tembok-tembok pemisah.

Pengalaman sederhana ini kiranya membuka pikiran kita untuk memahami pengajaran St. Yakobus dalam bacaan pertama hari ini. Yakobus dengan tegas mengatakan kepada komunitas di Yerusalem supaya jangan memandang muka atau jangan pilih kasih terhadap sesama di sekitar kita. Mungkin saja pada zamannya St.Yakobus, komunitas Gereja perdana di Yerusalem sudah memiliki kebiasaan pilih kasih atau hanya melayani orang yang dikenal dan orang-orang kaya saja. Yakobus dengan tegas mengatakan bahwa sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus, kita jangan menghayati iman dengan memandang muka. Dalam hal ini kita jangan hanya memperioritaskan orang terpandang, kaya, punya kedudukan tertentu dalam masyarakat dan mengabaikan kaum papa dan miskin. Yesus sendiri, meskipun kaya, telah rela menjadi manusia yang miskin supaya kita menjadi kaya. Sikap pilih kasih adalah sikap menjadi hakim bagi diri dan sesama dan ini bukanlah sikap kristiani.

Bagi Yakobus, Tuhan Allah sendiri telah memilih orang yang dianggap miskin oleh dunia untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada orang yang mengasihiNya. Oleh karena itu kita semua dipanggil untuk menghayati hukum cinta kasih: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Inilah perbuatan baik kepada sesama! Perbuatan dosa bisa terjadi ketika kita pilih muka dalam karya pelayanan, masih membedakan orang ini dan itu. Yakobus mengingatkan kita untuk mawas diri karena selalu ada kecenderungan untuk memprioritaskan orang kaya atau orang yang berkuasa sedangkan orang-orang miskin sering diabaikan atau tidak dihargai.

Dalam bacaan Injil, Markus mengisahkan perjalanan Yesus dan para muridNya ke daerah Kaisarea Filipi. Dalam perjalanan kali ini Yesus bertanya kepada para muridNya, pandangan orang tentang diriNya. Oleh karena ini adalah pendapat orang lain maka mudah sekali para murid menjawabnya. Ada yang mengatakan Yesus adalah Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang nabi. Pertanyaan menjadi sulit dijawab ketika Yesus bertanya menurut mereka sebagai muridNya siapakah Yesus itu. Petrus mengakui imannya: “Engkau adalah Mesias” (Mrk 8:29). Bagi Petrus, Mesias bukanlah Mesias yang menderita melainkan Mesias yang jaya, penuh kuasa duniawi. Pikiran seperti ini menguasai Petrus sehingga ia melarangNya ketika Yesus mengatakan akan menderita hingga wafat dan bangkit.

Yesus menunjukkan satu sikap yang oleh Yakobus di sebut perbuatan kasih. Ia sebagai Mesias akan menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit setelah tiga hari (Mrk 8:31). Kita mengingat kembali apa yang dikatakan Yesus dalam malam perjamuan akhir: “Tak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Yesus mengasihi semua orang sampai tuntas. Ia tidak memilih orang ini atau orang itu. Semua orang dikasihi dan ditebusNya.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu pada hari ini untuk mampu mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan mereka. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply