Uomo di Dio

Bagaimana saya bisa menjadi kaya?

P. John SDBBeberapa tahun yang lalu saya membaca sebuah buku karya Robert T Kiyosaki berjudul: “Rich Dad, Poor Dad”. Di dalam buku itu terdapat sebuah judul Bab yang selalu saya ingat: “Orang kaya tidak bekerja untuk uang”. Banyak orang pasti merasa heran membaca judul seperti ini. Mengapa? Karena banyak orang berpikir bahwa orang kaya pasti punya banyak uang. Mereka bekerja dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk dirinya dan juga seluruh keluarga. Kalau demikian, untuk apa mereka bekerja kalau bukan untuk mencari uang?

Di dalam Bab berjudul “Orang kaya tidak bekerja untuk mencari uang” itu terdapat sebuah dialog antara seorang anak dengan ayahnya: Anak bertanya: “Bagaimana saya bisa menjadi kaya? Ya, bisakah ayah katakan bagaimana caranya agar saya bisa menjadi kaya?” Ayah menjawab: “Mengapa kamu ingin kaya, nak?” Anak menjawab: “Karena tadi pagi ibu Jimmy datang ke sekolah dengan mengendarai mobil Cadillac, dan mereka pergi ke vila mereka di tepi pantai untuk berlibur akhir pekan. Jimmy mengajak tiga temannya, tetapi saya dan Mike tidak diajak. Mereka bilang, kami tidak diajak karena kami anak miskin”. Ayah berkata: “Mereka bilang begitu?” Anak itu menjawab: “Ya, mereka memang bilang begitu”. Sang ayah hanya menggeleng-gelengkan kepala, membetulkan kacamata dan kembali membaca Koran. Setelah cukup lama, ayah menurunkan korannya sambil berkata: “Begini, nak, kalau kamu ingin kaya, kamu harus belajar untuk menghasilkan uang”. Anak  bertanya, “Bagaimana menghasilkan uang?” Ayah menjawab, “Gunakan otakmu, nak. Hanya itu yang bisa ayah sampaikan. Ayah tidak tahu lagi jawaban lainnya, jadi jangan membuat ayah malu”.

Dialog sederhana ini masih laku hingga saat ini. Anak-anak pada zaman ini tidak jauh berbeda dengan dua kelompok anak di dalam kisah ini. Kelompok pertama adalah anak-anak yang memiliki segalanya. Ukuran kekayaan adalah memiliki banyak uang, vila dan mobil mewah. Dengan memiliki seperti ini maka bisa ada dua kemungkinan: mereka masih bisa bergaul bebas dengan semua teman atau membentuk kelompok khusus hanya bagi anak-anak orang kaya.  Kelompok kedua adalah anak-anak miskin. Anak-anak miskin juga memiliki patokan pada teman yang orang tuanya kaya karena memiliki rumah, kendaraan, dan uang. Mereka lalu mencoba membandingkan dengan keluarga sendiri yang belum bekecukupan.

Anak-anak di kelompok pertama berada di zona nyaman dan belum merasakan betapa susahnya mencari uang. Anak-anak kelompok kedua berada di zona yang sulit sehingga mereka harus berpikir dan bekerja untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa: “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya mempunyai uang yang bekerja untuk mereka.” Itu sebabnya tepat sekali sang ayah berkata kepada anaknya: “Kalau kamu ingin menjadi kaya, kamu harus belajar, kamu harus menggunakan otakmu”.  Ini seorang gambaran seorang ayah, seorang pria yang realistis dengan keadaan.

Saya membayangkan bahwa figur ayah di dalam kisah ini hebat. Dia tidak sedang membuat kiat untuk anaknya memenuhi harapan sebagai orang kaya. Ia juga tidak mengajarkan kiat negatif, melakukan kejahatan untuk menjadi orang kaya. Ayah yang baik percaya pada potensi yang dimiliki anaknya. “Kalau anda mau jadi orang kaya maka belajarlah dengan tekun, gunakanlah salah satu potensi dalam dirimu yakni otak”. Kepercayaan seperti ini membuat anak akan leluasa untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk kebaikannya.

Saya teringat pada Yesus sang Maestro dan inspirator kita. Tuhan Yesus juga memanggil para muridNya dan mengutus mereka pergi berdua-dua untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan banyak orang sakit. Yesus memberikan kebebasan kepada para muridNya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaanNya. Ia percaya para murid mampu melakukan pekerjaan-pekerjaanNya. Namun demikian, Yesus tidak pernah membiarkan para muridNya sendirian. Ia juga menyertai mereka bahkan menjajikan Roh Kudus sebagai paraclitus bagi mereka.

Para orang tua, terutama figur seorang ayah, tetaplah figur seorang pekerja yang baik. Allah Bapa juga senantiasa mencipta. Yesus juga senantiasa bekerja di dalam GerejaNya. Mari kita mendidik anak-anak untuk tidak bertumbuh sebagai pribadi yang mempunyai ketergantungan pada uang, dan harta duniawi. Mari kita mendidik anak-anak untuk menggunakan potensi yang mereka miliki untuk kebaikan bukan kejahatan. Anda harus menjadi ayah yang baik bagi anak-anak! Jadikanlah anak-anak menjadi kaya dengan potensi mereka sendiri, bukan dengan mencuri, merampok atau melakukan kejahatan-kejahatan lainnya. Anda Pria katolik, yang tua dan muda pasti bisa!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply